Minggu, 03 November 2024

Tidak Ada Kata Terlambat Untuk Belajar Membaca Al Qur'an



TIDAK ADA KATA TERLAMBAT UNTUK BELAJAR DAN MULAI BACA ALQUR'AN. LUANGKAN WAKTU.


Sebenarnya saya membuka les privat untuk mapel umum. Namun, ada 2 orang siswa yang minta untuk mengajar baca tulisan Arab di buku Iqra'. Bagi saya tak masalah. Semoga saja ilmunya lebih berkah.


Salah satu siswa les sekarang sudah kelas XI SMA. Mulai les dari kelas 5 SD. Belajar mapel dan baca Iqra'. Alhamdulillah sudah lancar baca Qur'an. Sayangnya tidak setiap hari baca Qur'an, karena di rumahnya tak ada pembiasaan baca Qur'an. 


Siswa kedua anak kelas 3 SD. Ini juga les mapel umum, baca Iqra' dan (muraja'ah) hafalan Surat Pendek.


Di rumah saya juga tidak mau kehilangan momen penting untuk mendampingi anak lanang belajar membaca Al Qur'an. Bahkan saya memaksa. Kalau anaknya tidak mau, saya minta bantuan suami untuk mwnungguinya. Pesan saya pada anak lanang dan keluarga.


"Minimal seumur hidup sekali khatam Al Qur'an. Kalau mampu dua hari sekali khatam, atau seminggu sekali, sebulan sekali, atau setahun sekali. Caranya sehari satu juz, sehari setengah juz, sehari 4 halaman, sehari dua halaman, atau sehari satu halaman. Paksa diri sehari baca satu halaman. Paksa! Sehari sekali duduk pegang hp, scroll scroll, sampai berjam-jam saja betah. Mosok punya Al Qur'an cuma buat pajangan."


Saya sadar, tanpa kesadaran diri tak akan mampu untuk mengkhatamkan Al Qur'an. Kalau belum bisa baca huruf Arab mulailah dari sekarang. Metode Iqra' atau Ummi adalah metode paling gampang.


Eman-eman loh kalau seumur-umur nggak pernah baca Al Qur'an. Yuk, belajar baca Al Qur'an. Kalau malu belajar bersama orang lain, bisa belajar mandiri dengan bantuan video tutorial.


Yuk, gunakan waktu untuk membaca Al Qur'an. Luangkan waktunya ya.


00000

Sabtu, 05 Oktober 2024

Panen Rumput Odot



Sepulang dari tanah suci suami mulai menanam rumput odot. Bibit rumput odot diperoleh dari teman jemaah haji dari Jumantono. Rumput odot ini mudah tumbuh dan bisa cepat dipanen. 



Suami memanfaatkan tanah belakang rumah yang tak terpakai. Rumput odot ini digunakan sebagai pakan kambing dan kelinci. Anak laki-laki saya sekarang usianya 14 tahun. Sebagai peternak kambing, dia harus menekan biaya untuk pakan. Anak saya rajin memanen dan menanam kembali rumput odot.



Alhamdulillah, dengan memanen tepat waktu, rumput akan kembali tumbuh. Batang rumput yang mulai dewasa akan dipotong sepanjang 2 buku (ada 2 mata tunas) lalu ditanam. Dengan demikian ternak tidak kekurangan pakan.


Semoga bisa memperluas lahan untuk ditanami rumput. Berharap bisa mendapat penghasilan dari panen rumput odot. Tetap semangat dan pantang menyerah mencari cuan.


00000

Selasa, 01 Oktober 2024

Jodoh Tika (Cerpen)



Teman-teman sebaya di perumahan telah menikah. Sementara ini Tika masih sendiri. Sayangnya Yu Simah malah yang resah dan gelisah. Sudah kubilang kalau santai saja tentang jodoh Tika. Bila sudah masanya pasti juga menikah. Semakin banyak tanya, Yu Simah bakalan terluka. Sebab Tika termasuk anak yang nggak mau diatur-atur.


Yu Simah menyerahkan secarik kertas. Tika menerima lalu melihat sekilas. Ada nomor telepon yang tertera di kertas.


"Maksudnya apa, Buk? Aku disuruh menghubungi nomor ini. Buk, aku nggak murahan begitu. Mosok perempuan disuruh menghubungi laki-laki dulu. Kayak nggak punya harga diri."

"Bukan begitu, Tik."

"Setop, Buk. Jangan lagi paksa aku untuk segera nikah."

Tika meninggalkan Yu Simah sambil mendorong kursi lalu menendangnya. Kursi jatuh menimbulkan suara gaduh.


"Sudah, Yu. Tugasmu sudah selesai. Menyekolahkan Tika sesuai cita-citanya. Biarkan dia memilih sendiri. Tika punya teman banyak. Siapa tahu jodohnya juga tak jauh dari rumah."

"Teman-teman Tika sudah punya anak. Sedang Tika belum menikah."

"Nikah itu bukan lomba atau pertandingan yang ada kalah dan menang."


Seminggu setelah pertemuan itu, Yu Simah datang ke rumah.

"Kamu tenang, Yu. Menasihatiku untuk santai, tapi anakmu sudah siap. Diam-diam kamu menikahkan anakmu yang usianya jauh di bawah anakku."

"Mereka berteman sejak SMP. Jadi, mereka mengenal lebih dari 11 tahun. Biarkan Tika memilih."


Yu Simah kuajak menikmati tongseng kepala kambing. Hari ini aku membuat syukuran kecil-kecilan atas pernikahan putriku dengan memotong seekor kambing.


00000

Senin, 30 September 2024

Yu Simah (Cerpen)


Yu Simah pernah menghamburkan uang yang diterima dari suaminya ke hadapan suami. 


"Aku kelara-lara dibilang wong wedok angger nyekel duwit terus gage-gage le blanja."

"Seumur-umur, aku tidak pernah melakukan itu padahal aku bekerja. Dulu sebelum gaji masuk ke rekening, amplop gaji dari sekolah 100% diberikan padaku. Setelah dibagi-bagi sesuai porsi-porsinya, uang dari suami habis. Gajiku ikut terpakai untuk kebutuhan keluarga. Belum pernah sekali pun aku melemparkan uang di hadapan suami."


Yu Simah membela diri. Sayangnya Yu Simah tidak introspeksi. Sebagai tetangga yang telah kuanggap saudara, Yu Simah kalau curhat selalu tak mau mendengarkan masukan.


Pagi itu aku mengantar lauk dan sayur untuk makan siang. Wajah Yu Simah kusut.


"Ada apa?"

"Aku puas. Kemarin datang ke kantor suami. Aku ketemu pimpinannya."

"Kenapa?"

"Aku bilang pada pimpinannya bahwa suamiku dekat dengan temannya. Sering kirim pesan, saling membalas, dan kirim video-video nggak jelas."

"Terus?"

"Pimpinannya berjanji akan menyelesaikan semua itu."


Aku benar-benar tidak menyangka Yu Simah senekad itu.


Beberapa hari kemudian ketika aku sedang bersih-bersih halaman depan rumah, Yu Simah mampir.


"Yu, suamiku sekarang nggak mau ngomong. Kalau aku mendekat, dia langsung menjauh. Judheg aku."

"Kalau tidur masih seranjang, 'kan?"

"Sudah lama aku tidak tidur seranjang. Aku tidur di kamar, suami tidur di ruang tamu."

"Terus?"

"Dia tidak makan di rumah. Pagi berangkat tidak sarapan dulu. Malam hari juga tidak mau makan. Aku tawari suami cuma bilang sudah kenyang."


Sudah kubilang, jangan menyelesaikan masalah suami di sekolah. Begini akibatnya. Niatnya memberi efek jera, tapi salah langkah.


00000

Senin, 23 September 2024

Bukan Tidak Usah Haji Dan Umrah Lebih Baik Sedekah Kepada Fakir Miskin



Bagi orang Islam haji dan umrah hukumnya wajib sekali seumur hidup bagi yang mampu. Bila tidak mampu dalam arti tak ada biaya, sakit, dan dalam keadaan tidak aman maka tidak diwajibkan haji. Bila ada yang bilang haji dan umrah itu ibadah personal, untuk diri sendiri lantas bilang daripada berhaji atau umrah maka lebih baik uangnya digunakan untuk sedekah. Harta benda yang disedekahkan berguna untuk orang banyak.


Untuk haji dan umrah yang pertama hukumnya wajib. Jadi, bila sudah mampu harus berangkat haji atau umrah. Namun, Allah mengundang orang untuk beribadah haji atau umrah lalu memampukan. Banyak orang yang memiliki pengalaman dapat ke tanah suci padahal secara materi tidak mampu. Karena Allah mengundangnya langsung jadi Allah memampukan mereka. Bisa saja mendapat hadiah, mendapat kesempatan umrah atau haji gratis, diajak orang lain, dan lain-lain. 


Haji dan umrah itu hukumnya wajib, sedangkan sedekah hukumnya sunnah. 


Yang penting sebagai orang Islam harus punya niat untuk ke tanah suci untuk haji dan umrah. Soal bagaimana cara berangkatnya, apakah lewat menabung, menjual harta benda yang dimiliki, dan lain-lain, biarlah Allah yang mengatur.


Percayalah, bila telah sampai tanah suci lalu pulang ke tanah air, pasti ingin balik lagi ke tanah suci. Kamu tak akan lagi bilang lebih baik sedekah daripada ke tanah suci. Kamu akan melakukan keduanya. Sedekah banyak, dan berulang-ulang ke tanah suci. 


00000

Semoga bermanfaat

Minggu, 15 September 2024

Pilih Beli Motor Baru daripada Daftar Haji



Tulisan ini berdasarkan cerita dari sumber pertama. Sengaja saya tidak menyebutkan namanya. 


Seorang kenalan dulu pernah bilang ingin daftar haji. Setelah saya memberikan info cukup, kenalan saya membuka tabungan haji. Oleh karena dia punya suami maka pegawai bank menanyakan daftar haji sendiri atau dengan suami. Dia bingunh mau jawab apa. Maka dia pulang dulu. Ketika kenalan saya pulang dan bertanya pada suami, suami menjawab, "kalau kamu mau buka rekening haji ya silakan. Aku nggak nabung. Kalau ada uang 25 juta aku bayar kontan untuk setoran awal."


Setelah melalui pembicaraan yang panjang akhirnya kenalan saya dan suaminya ke bank. Buka rekening tabungan haji. Kalau ada sisa uang belanja kenalan saya mengumpulkannya lalu dibawa ke bank agar tabungan hajinya nambah saldo.


Beberapa hari yang lalu saya silaturahmi ke rumah kenalan saya. Di teras ada 4 sepeda motor. Salah satu di antaranya plat merah putih. Motor baru. Ada juga sebuah motor sedang dipakai anaknya. Total 5 buah motor.


"Motor baru, ya."

"Iya." 


Kenalan saya bercerita panjang lebar soal pembelian motor. Saya tidak menanggapi. Saya pikir aneh juga kenalan saya. Kadang mengeluh begini begitu. Kadang agak jengkel pada keluarga kecilnya. Namun, di sisi lain dia tidak konsisten dengan omongannya.


Tak apa, itu hak dia. Dia yang punya uang, dialah yang memutuskan uang itu mau digunakan untuk keperluan apa. Kadang dia menggebu-gebu ingin segera dapat nomor porsi. Di sisi lain dia membiarkan suami memutuskan sesuatu sendiri. Bahkan kenalan saya juga mengalah terhadap keinginan anak. 


Ketika saya cek, harga motor barunya adalah 28 juta. Setotan awal ONH 25 juta rupiah. Ternyata ujian orang mau naik haji itu banyak. Salah satu di antaranya adalah menunda membayar setoran awal 25 juta karena ada keinginan yang harus terpenuhi. Saya tulis keinginan, karena motor tersebut tidak terlalu dibutuhkan. Sebab, dengan anggota keluarga 5 orang, 4 buah motor sebenarnya sudah cukup. Salah satu anaknya sekolah dengan jarak antara rimah dan sekolah hanya sekitar 300 meter dapat ditempuh dengan jalan kaki.


Ah sudahlah, itu pilihannya. Lucunya nanti kenalan saya curhat kalau suaminya nggak mau menambah saldo tabungan haji. 


00000

Kamis, 12 September 2024

Setelah Tidak Melanjutkan Kuliah Pilih Daftar Haji


Tidak asal memutuskan. Saya memberikan yang terbaik buat anak-anak, terutama soal pendidikan. Setelah melalui diskusi panjang, ternyata Faiq menyerah. Untuk sementara dia merasa "cukup" lulus sarjana S1. Saya tawari untuk melanjutkan kuliah S2 tapi Faiq tidak mau. Alasannya sederhana, "Mau istirahat. Kalau kuliah lagi harus mikir."


Saya tahu Faiq bukan tipe kutu buku dan peneliti. Sejak kecil sudah suka berbisnis. Jadi, sejak kecil sudah terbiasa menghasilkan uang dari berjualan. Daripada lanjut kuliah tapi fokus berjualan, ya sudah saya penuhi keinginannya untuk fokus cari uang. Kerjanya juga cuma di rumah. Buka toko sesuka hatinya. Jadi, sementara penghasilannya cukup untuk makan dan untuk keperluan sehari-hari. Sebagian uangnya ditabung.


Karena tidak lanjut kuliah S2, saya menawarkan "akhirat". Dulu waktu kuliah S1 UKT per semester yang harus dibayarkan tujuh juta. Anggap saja 4 semester UKT yang dibayarkan 28 juta. Nah, seharusnya dana untuk bayar UKT lalu digunakan untuk membayar setoran awal daftar haji sebesar dua puluh lima juta rupiah.


Faiq setuju. Saya pikir, kalau akademiknya nggak menonjol amat ya akhiratnya dikejar. Kebetulan saya dan suami satu frekuensi. Faiq dan Faiz sudah paham bagaimana ayah dan mama nggak berlebihan untuk urusan dunia. Jadi, serumah sudah ada kesepakatan hati. Hehe. Kami terbiasa tidak membicarakan harta benda yang sifatnya hanya gebyar di mata. 


Semoga di masa yang akan datang Faiq bisa melanjutkan kuliah dengan biaya sendiri, tidak tergantung orang tua. Yang penting dunianya dapat, akhiratnya dapat. Mencari penghidupan di dunia, tapi tidak melalaikan akhirat.


0000