Kebetulan
saya suka menulis cerita, biasanya cerita anak dan cerita pendek. Maksud hati
menuliskan sesuatu yang ideal menurut hati kita. Akan tetapi idealisme ini
terbentur tembok dan akhirnya tidak dapat menembus media. Saya mencoba mengikuti
pasar, mengikuti tren dan perkembangan informasi terkini.
Bumbu-bumbu
sedap dalam cerita memang tidak mesti rasanya mak nyus, tetapi justeru
kadang-kadang berasa terlalu manis, terlalu asin bahkan pahit sekalipun.
Mengapa demikian? Karena pasar atau konsumen menginginkan hal itu.
Benar
kata orang, namanya juga cerita, ya harus dibuat sedemikian rupa. Supaya
ceritanya hidup, membuat penasaran pembaca, membuat pembaca geram, atau
terpingkal-pingkal.
Saya
bertemu kawan lama dan dia mengeluhkan soal sikap Gubernur Jateng yang marah
masalah jembatan timbang. Keluhan kawan lama saya yang bekerja di dinas
perhubungan, memberikan inspirasi pada saya membuat cerpen Jembatan Timbang.
Tak
lama kemudian cerpen ini dimuat di koran SOLOPOS. Wah, ternyata secuil cerita
dari kawan saya ini menghasilkan uang, hehe. (Terima kasih kawan). Saya memang
harus paham betul dengan keadaan sekarang sehingga dapat mengikuti pasar.
Sama
halnya mengirim naskah pada media massa, untuk mengirimkan naskah ke penerbit
kita juga harus tahu buku yang sedang ngetren saat ini. Selain isi dalam buku
harus sesuai dengan selera konsumen dan sesuai dengan visi dan misi penerbit.
Yang tidak kalah penting adalah judul buku “harus yang menjual”. Judul buku
menarik! Karena pasar menginginkan seperti itu!
Karanganyar, 3 Juni 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar