WIRAUSAHA
KELUAR
DARI PABRIK : MEMBUKA WARUNG MAKAN
Oleh
: Kahfi Noer
Sudah dua hari
(sebelum berpuasa) yang lalu saya makan di warung lama, pemilik baru. Biasanya saya
hanya makan nasi sayur dan minum teh panas. Bayarnya hanya 3-4 ribuan. Bukan berarti
saya suka jajan, lebih karena ingin langrisi (biar warungnya laris saja).
Beberapa
bulan yang lalu warung makan ini milik mbah Mul. Masakan mbah Mul memang enak. Karena
saya termasuk pembeli yang manut, tidak banyak nawar atau banyak komentar,
kadang-kadang saya diberi murah.
Setelah
mbah Mul meninggal, usahanya diteruskan anaknya yang pertama (mbak Sri). Selain
masakannya jauh di bawah standar rasanya, juga menunya tidak mengundang selera.
Tapi untuk makan siang saya juga makan di warung itu juga. Warung makan yang
diteruskan anaknya tidak bertahan lama.
Tempat
tinggal mbak Sri jauh dari warung mbah Mul. Lagian, mbak Sri setiap malam juga
berjualan nasi sayur di rumahnya sendiri. Dengan demikian repot sekali. Belum lagi
ongkos becak jasa antar jemputnya yang tinggi. Praktis warung mbah Mul tutup
lagi.
Lama warung makan
mbah Mul tutup, lalu usaha ini diteruskan anak yang ragil. Saya biasa memanggil
Mas Devi. Mas Devi (pendidikan terakhir SMK/STM) awalnya bekerja di pabrik. Setelah
menikah, pasangan suami isteri yang pernikahannya baru 3 bulan ini memutuskan
untuk keluar dari pekerjaannya. Isterinya Mas Devi (pendidikan terakhir SMP) juga
bekerja di pabrik. Lalu meneruskan usaha simboknya mengelola warung makan.
Selain
membuka kembali warung makan, Mas Devi juga membuka jasa cuci sepeda motor. Ternyata
Mas Devi ini juga tukang masak yang tidak diragukan. Sebagian sayur yang dimasak
bumbunya dari Mas Devi, sedang isterinya tinggal mengolah atau sreng-sreng.
Menurut
hemat saya, pasangan muda ini sangat kompak. Suatu hari sang isteri sempat saya
ajak bincang-bincang. Katanya dengan membuka warung sendiri ternyata bekerja
lebih nyaman. Tidak ada yang memerintah. Waktunya juga fleksibel.
Sayur
dan lauk yang ada, rasanya hampir sama dengan sayur yang memasak mbah Mul. Kalau
saya lihat, berjualan dengan membuka warung makan sampai saat ini masih
prospek. Memang berjualan ada pasang surutnya. Bila tekun atau tidak mudah
putus asa pasti berhasil juga.
Saya
salut dengan pasangan muda ini! Berani memutuskan keluar dari pabrik untuk
membuka warung makan dan jasa cuci sepeda motor, usaha sendiri. Inilah contoh wirausahawan.
(SELESAI)
Karanganyar, 28 Juni
2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar