HUTANKU
DI SEKOLAHKU
Ada
yang menarik dari berita di media cetak bahwa Badan Lingkungan Hidup mendorong
semua sekolah menjadi sekolah Adiwiyata. Selanjutnya sekolah beramai-ramai dan
berbondong-bondong untuk melaksanakan
program Adiwiyata. Harapannya adalah agar sekolah mendapatkan penghargaan
Adiwiyata.
Menurut
hemat penulis program Adiwiyata bagus. Selain berprestasi di bidang akademik
dan berkarakter diharapkan siswa memiliki wawasan lingkungan. Halaman sekolah, kebun dan di sudut-sudut
sekolah bernuansa hijau dan nyaman.
Banyak
hal yang dapat dilakukan untuk membuat sekolah kita hijau, sejuk dan nyaman.
Kita tidak perlu mengeluarkan biaya yang besar untuk mewujudkan semua itu.
Hijau, sejuk dan nyaman identik dengan tanaman dan tumbuhan. Kita tidak
memerlukan tanaman yang harus dibeli dengan merogoh uang banyak.
Semua
anggota keluarga sekolah, dari Kepala Sekolah, guru, karyawan dan siswa,
bersama-sama mewujudkan program penghijauan. Tumbuhan yang sudah ada kita
rawat, tumbuhan yang perlu kita adakan kita usahakan dengan mempertimbangkan
nilai ekonomi. Misalnya, bagi sekolah yang sudah ada tumbuhan menahun (pohon
buah-buahan), rawat dan pelihara dengan baik. Pohon yang sudah kita miliki
sudah memberikan sumbangan udara bersih atau oksigen.
Sebagian
besar halaman sekolah sudah diperkeras lantainya. Untuk menambah koleksi
tanaman, agar sekolah benar-benar kelihatan hijau, sejuk dan berseri, kita bisa
menggunakan pot dari drum (tabulampot) sebagai tempat menanam tumbuhan. Satu
contoh tumbuhan yang bernilai ekonomi adalah pohon pepaya (bisa pohon yang lain
dan jumlahnya banyak). Disamping buahnya, kita dapat memanfaatkan daunnya untuk
sayuran.
Apabila
penataan dan perawatan tanaman buah dalam pot ini rapi, serasi, memadai dan
mempertimbangkan nilai estetika, bukan hanya lingkungan hijau yang kita
dapatkan tapi bernilai ekonomi. Biasanya di teritisan (depan kelas) ada tempat
kosong. Dengan menggunakan barang-barang bekas (contoh gelas plastik dari air
mineral yang sama) dapat ditanami sayuran berumur pendek. Contoh: sawi hijau,
bayam cabut, daun seledri, daun bawang/loncang dan kangkung darat. Memang ini
bukan hal yang baru, tetapi bisa kita laksanakan program penghijauan dengan
mempertimbangkan nilai ekonomi.
Selain
halaman sekolah dan teritisan, kita bisa melaksanakan program penghijauan di
kebun (kalau ada). Yaitu menanam sayuran umur pendek (lagi-lagi sayuran
bernilai ekonomi). Misalnya kacang panjang, mentimun atau pare (masing-masing
tanaman memerlukan turus/lanjaran). Tanaman-tanaman ini bisa ditanam di pot,
plastik polybag, plastik kresek. Selain sayuran berumur pendek, kita juga bisa
menanam tanaman obat (kunyit, kencur, jahe) sebagai apotik hidup.
Penulis
menyampaikan hal ini (penghijauan yang bernilai ekonomi) karena tahu ada
sebagian sekolah yang mengusahakan penghijauan dengan biaya yang banyak untuk
membeli tanaman. Sebenarnya kita bisa menekan biaya untuk mewujudkan sekolah
berwawasan lingkungan, asal kita pandai-pandai mengelolanya.
Akan
lebih baik program penghijauan bukan hanya untuk meraih penghargaan Adiwiyata.
Sekolah berwawasan lingkungan harus berkelanjutan, sekarang dan seterusnya.
Agar biaya dapat ditekan maka kita menggunakan prinsip memanfaatkan yang ada,
dan mengusahakan yang belum ada dengan mempertimbangkan nilai ekonomi. Dengan
demikian sekolah kita benar-benar hijau, sejuk, dan berseri. Seperti kita
menghadirkan hutan di sekolah kita. (SELESAI)
Karanganyar, 8 Maret
2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar