Mudik
adalah acara tahunan, yang sebenarnya bukan suatu keharusan. Tapi tak apalah,
ambil saja hikmahnya. Hari pertama di Yogyakarta, pagi hari, saya menyempatkan
diri mencari rumah teman saya SMP. Setelah 27 tahun berpisah, akhirnya saya
bisa bersua dengan Siti Subadriyah atau mbak Indri. Ternyata rumahnya sekarang
satu kelurahan dengan saya. Dua puluh tujuh tahun, katanya saya tidak jauh beda
(masih imut, ckck).
Hari
berikutnya, Minggu, saya ingin bersilaturahmi ke rumah teman SMA beda jurusan. Sama
sekali saya tidak mengenal (atau lupa, karena belum pernah satu kelas), bertemu
saja lewat FB. Saya berusaha untuk mencari rumahnya Di Salakan, sebelah timur
Krapyak Wetan, Bantul, DIY. Sayang, Allah belum mengijinkan kami bertemu,
karena beliau posisinya berada di Bandara Adi Sucipto.
Pagi
itu juga, udara dingin. Saya, suami dan anak saya melanjutkan perjalanan ke
Makam Raja-Raja Imogiri. Saya tidak lewat jalur utama, depan masjid, karena
suami mengajak saya lewat jalur timur.
Gambar 1. Jalan menuju jalur timur
Sesuai
aturan yang ada di depan masjid (jalur
utama), pengunjung tidak diperkenankan membawa kamera (dan sejenisnya) untuk mengambil
gambar atau memotret. Maka saya hanya berpose di luar makam, di depan pintu.
Gambar 2. Di belakang gambar, sebelah kanan Makam Sri Sultan HB IX
Gambar 3. Batas membawa dan menggunakan kamera dan sejenisnya
Selama
Bulan Ramadhan, kompleks makam tidak dibuka bagi peziarah. Kompleks makam
dibuka bagi peziarah pada tanggal 1 dan 8 syawal.
Ada
minuman khas yang biasa dijual di kompleks makam, yaitu wedang uwuh.
Gambar 4. Komposisi Wedang uwuh (dalam plastik) : jahe, daun cengkeh, gula batu dan gula merah
Karena
saya khawatir terhadap anak saya yang naik-turun tangga, maka saya meminta
suami untuk menyudahi perjalanan ini.
Gambar 5. Si kecil sarapan
Gambar 6. Di tempat yang tinggi ini, raja-raja Mataram dimakamkan
Gambar 7. Di sebelah timur makam ada sumber mata air. Penduduk memanfaatkan sumber mata air tersebut. mata air tersebut terletak di depan saya
Pulang
dari makam raja, kami muter-muter di sekitar Imogiri. Semua itu mengingatkanku
pada tahun 1990-an. Dalam acara yang diadakan Karang Taruna, muda-mudi
berkunjung ke makam raja dengan naik sepeda onthel atau FUN BIKE. Lumayan,
sekitar 10 km lebih jarak yang harus kami tempuh hingga mencapai area makam,
belum lagi jalannya menanjak.
Hari
menjelang siang, ketika kami sudah sampai rumah ibu dan bapak. Hari itu waktu
terasa cepat berlalu. Ramadhan hari terakhir, seperti biasa menu utama buka
puasa adalah kupat/lontong, opor ayam dan sambel goreng krecek. Mantap. Selamat
Idhul Fitri, 1 Syawal 1435 H. Maaf lahir dan batin.
Karanganyar, 29 Juli
2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar