Laman

Senin, 22 Desember 2014

Ingin Selalu Bersama Mama


Aku ingin selalu bersama keluarga. Tidak hanya di akhir pekan saja. Aku ingin setiap hari bisa menikmati waktu bersama ayah, mama dan adikku.
Ayah dan mama bekerja sebagai guru. Ayah sangat sibuk. Setiap hari, sepulang mengajar ayah selalu keluar untuk melakukan kegiatan olah raga. Kalau mama tidak begitu sibuk. Mama selalu menyempatkan untuk berkumpul bersama anak-anak.
Kadang aku berpikir, jaman sekarang orang tua sibuk mencari nafkah itu biasa. Tapi mama berbeda. Sesibuk apapun pekerjaan mama bila waktunya harus bertemu dengan aku dan adikku bisa jadi pekerjaannya ditinggal.
Mama memang luar biasa. Apa saja bisa mama lakukan sendiri. Barulah kalau mama tidak sanggup melakukan suatu pekerjaan, mama akan minta bantuan ayah.
Pagi hari, mama sudah menyiapkan segalanya untuk kami sekeluarga. Aku tinggal menikmati teh hangat tanpa harus memasak airnya. Aku akan menikmati sarapan tanpa harus menanak nasi. Berangkat ke sekolah, aku dan adik diantar ayah. Kebetulan aku sekolah di mana ayah mengajar.
Sebelum pergi untuk mengajar, mama selalu membereskan semuanya terlebih dahulu. Aku pulang sekolah tidak sama waktunya dengan ayah. Aku selalu mampir dulu ke rumah temanku, Mutia. Rumah Mutia dekat dengan sekolah. Tidak hanya aku yang sering menumpang menunggu jemputan orang tua. Teman-temanku yang lain juga menumpang untuk beristirahat. Daripada pulang lalu balik lagi untuk mengikuti les pelajaran tambahan.
Kalau sudah waktunya ayah atau mama pulang dari mengajar, aku mengirim pesan pada beliau untuk menjemput. Yang sering menjemput aku adalah mama. Sepertinya mama tidak mau kehilangan momen ini. Mama selalu bercerita itu. Mama tidak akan membiarkanku bersusah payah untuk sampai di rumah.
Bila saatnya les, mama akan mengantar. Lalu bergantian dengan ayah menjemputku di tempat les. Setelah di rumah, pasti mama mendekatiku sekedar mendengarkan aku bercerita tentang apa saja yang terjadi selama sehari ini.
Mungkin aku terlalu dekat dengan mama. Kalau aku berbagi cerita dengan teman-teman, biasanya mereka bilang aku dekat dengan mama. Dan aku bangga itu!
Bila suatu saat ayah mendapat tugas ke luar kota beberapa hari, aku tak perlu risau. Karena biasanya ayah hanya mengantar aku sekolah. Urusan yang lain tetap mama yang melakukan. Suatu hari mama akan mengikuti pelatihan. Beberapa hari mama harus menginap karena jadwal pelatihan selesai sampai sepuluh malam. Pelatihan diadakan di Tawangmangu. Untuk pulang ke rumah, jelas itu tidak mungkin.
Jelas aku kalang kabut. Aku tidak yakin alias meragukan ayah. Apa-apa aku lakukan sendiri. Cuci baju, seterika, membeli makan, aku kerjakan sendiri. Belum lagi aku harus menyediakan keperluan dan seragam adik kecilku.
Hanya empat hari ditinggal mama, tapi serasa lama sekali. Dan ini yang paling membuatku lebih menyadari : betapa sayang dan perhatiannya mama pada keluarga. Mama mengikuti pelatihan hari Senin-Kamis. Hari Selasa mama mengirim pesan pada ayah, seragam adikku yang dikenakan adalah hijau. Hari Rabu mama tidak mengirim pesan tentang jadwal seragam adikku. Aku sendiri juga tidak hapal (tidak pernah memperhatikan), ayah juga tidak hapal.  Adikku mengenakan seragam biru kotak-kotak.
Ketika ayah menjemput adikku, Bu Lastri (Bu Guru sekaligus yang mengelola tempat penitipan anak) bercerita kalau tadi pagi seragamnya keliru. Seharusnya putih-putih, bukan biru kotak-kotak. Karena adikku menangis, mungkin malu seragamnya salah, maka Bu Lastri memberikan seragam baru lagi yang putih-putih. Padahal memakai biru juga tak apa-apa.
Ayah tidak bercerita pada mama soal seragam yang keliru. Hari Kamis mama mengirim pesan, hari ini adik memakai seragam olah raga. Sukses!

Hari ini mama selesai mengikuti pelatihan dan pulang ke rumah. Mama membawakan kami jeruk baby yang super manis. Sore hari, mama mau menyeterika seragam. Anehnya, kata mama kok seragam olah raga adik ada di almari. Padahal tadi dipakai untuk olah raga. Ternyata ayah salah mengambilkan. Seragam olah raganya memang sama. Tapi tulisan di punggung berbeda. Dan adik bukan mengenakan seragam TK-nya melainkan seragam olah raga dari penitipan anak. Ternyata mama lebih teliti daripada ayah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar