Bapak Kepala Sekolah mengajak
bincang-bincang kecil dengan sebagian guru-guru dengan santai. Pertama kali
yang mendapat pertanyaan adalah Painem Mursalin.
“Bu, menurut penjenengan, K13 ini
tetap jalan atau bagaimana?”
“Jujur mawon Pak. Saya kembali ke
KTSP. K13 itu bagus, bagus untuk siapa? Ada pendidikan karakternya masuk di
dalamnya. (RPP-ne sadampyak. Gawe RPP 1 materi saja, anak dan suami sudah
disuruh beli makan sendiri, cuci pakaian sendiri dan seterika sendiri. La kalau
buat beberapa materi, beberapa RPP pada kukut semua nanti).
Apa jaman dulu gak
ada pendidikan karakter? Malah jaman dulu orang berbudi pekerti bagus. Sekarang
ini guru dengan sekuat tenaga memberikan teladan berkarakter yang baik (we kuwi
gajine sithik, la wong mulang neng swasta). Lantas kok anak menjadi tidak
berkarakter? Jangan hanya menyalahkan guru dan sekolah.
Orang tuanya sudah
berkarakterkah? Lingkungannya adalah lingkungan yang baikkah? Tontonannya
adalah yang sesuai dengan yang kita inginkankah?
Ini Pak, kalau baca status
orang-orang, tapi ada benarnya : guru digaji sedikit untuk memperbaiki karakter
anak. Artis digaji banyak untuk merusak karakter anak. (Miris banget)”
Jaman dulu, dulu sekali po yo
pakai K13. Mantan presiden RI yang jenius itu dulu tidak memakai K13. Menteri
yang mencanangkan K13 juga tidak pakai K13. Mereka pandai dan berkarakter.
Dokter-dokter jaman dulu itu juga pandai, padahal bukunya pakai buku turun
temurun.
K13 itu cocok untuk murid-murid
pandai yang punya rasa ingin tahunya besar. Kalau untuk murid-murid yang
sekolah saja sepertinya enggan (mau sekolah saja, guru BP harus mencari
anak-anak didiknya di pasar, di terminal, di tempat hiburan, di Tawangmangu
atau di kebun teh, terus piye, jal?) itu belum pas.
Kesimpulannya kalau di sekolah
kita bagaimana? Seorang Bapak yang sudah senior berpendapat. Kalau K13
dipaksakan, muridnya pada stress. Gurunya tidak jadi mulang, membuat
administrasi sadampyak, belum lagi penilaiannya yang rumit. (sambil
menggeh-menggeh).
Pakai KTSP tapi juga pakai 5M (mengamati, menanya,
mengasosiasi, mengkonfirmasi dan mengomunikasikan).
Maaf, judulnya tidak sesuai
dengan isinya.
Karanganyar, 3 Desember 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar