BENDA KENANGAN
Sebagian orang tetap akan mempertahankan benda-benda
yang dianggap bersejarah dalam hidupnya. Tak peduli betapa usang dan tak
berharga di mata orang lain. Si empunya akan tetap setia berdampingan
dengannya. Tak ada rasa malu dan risih. Enjoy dan nyaman. Mungkin itulah
mengapa orang akan merasa kehilangan sesuatu yang teramat berharga, bila
tiba-tiba benda itu raib. Bukan nilai jualnya tapi nilai historisnya.
Ada yang bersikeras untuk mempertahankan kendaraannya
yang sudah tidak “layak” pakai. Alasannya karena usianya sudah tua, usang,
nilai historisnya tinggi. Tak bisa diganti dengan benda apapun yang
nilainya/harganya cukup mahal.
Dulu jaman susah kendaraan itu dipakai. Kendaraan yang
sudah puluhan tahun telah berjasa. Kini setelah jaman berubah, terlalu sayang untuk
disingkirkan. Walaupun sekarang kondisinya teramat jauh dari dua puluh tahun
yang lalu. Kini suara knalpotnya memekakkan telinga. Namun itu justeru menjadi ciri
khas.
Sepeda onthel yang biasa untuk pergi kuliah, dan
memiliki nilai sejarah yang tinggi, tidak mungkin direlakan untuk berpindah tangan.
Jangan pernah mengabaikan benda bersejarah milik orang lain.
Barangkali kita
malu melihat benda-benda itu. Tapi, apa urusan kita bila si empunya nyaman
sekali memakai benda kenangan itu?
Meskipun untuk membeli yang lebih baik dari benda yang
bersejarah itu bisa, orang tidak lantas mengabaikan benda penuh kenangan itu.
Banyak orang yang mengolok-olok, mencibir dan
meremehkan. Dengan nyaman si empunya tetap percaya diri saja. Ketika ada orang
yang bilang dia kurang syukur, dia akan menjawab bahwa cara seseorang mengungkap
syukur itu berbeda alias tidak sama.
Memiliki harta benda, rezeki yang melimpah bukan untuk
dihambur-hamburkan. Manusia harus mempertanggungjawabkan materi yang
dimilikinya.
ZUHUD, itulah yang cocok untuk siapa saja. Terutama bagi
orang yang mampu dan memiliki harta yang berlimpah. Akan tetapi
dia mampu menahan diri untuk tidak berlebihan.
Kalau kita menjadi OKB (orang kaya baru), jangan sok
menjadi orang yang hebat. Lantas mencibir orang. Belum tentu kita lebih baik
dari orang yang kita olok/kita cibir. Hargailah pendapat orang lain. Jangan sekali-kali
kita mengatakan sesuatu bila kita tak tahu yang sebenarnya.
Karanganyar, 10 Januari 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar