Gambar. Menghormati dan memuliakan tamu
Cerita ini berdasarkan kisah
nyata. Kisah dari seorang kenalan yang dimaki-maki tuan rumah kala bertamu. Ironisnya
kenalan saya ini masih berada di luar rumah dan yang memaki-maki adalah isteri
dari orang yang akan ditemui.
Kenalan saya sedang ada
urusan penting dengan seseorang yang bisa memberikan solusi masalah
pekerjaannya. Bukan hanya menyangkut nasibnya melainkan juga menyangkut nasib
kawan-kawannya. Kenalan saya harus menemui seseorang sebut saja Pak X. Singkat
cerita kenalan saya berdua bertamu ke rumah Pak X dan ditemui Pak X. Isteri Pak
X juga membuatkan minuman.
Pak X bertanya pada kenalan
saya, dari mana dia tahu rumahnya. Kenalan saya mengatakan dari Pak Y. Akhirnya
urusan kenalan saya selesai. Akan tetapi setelah diterapkan, masih ada kendala.
Di hari kedua kenalan saya datang lagi ke rumah Pak X. Oleh Pak X disarankan
untuk menemui di kantor saja.
Hari ketiga kenalan saya
menemui Pak X di kantor. Pak X member tahu semua petunjuk pengisian
administrasi. Karena bersifat online, maka memerlukan kesabaran. Sampai di
kantornya sendiri kenalan saya membuka computer dan online. Sesuai petunjuk
dari Pak X tahap-tahap pengisian dilakukan. Tapi gagal! Karena hari sudah sore,
kenalan saya yakin Pak X sudah pulang.
Ditemani sang pimpinan,
kenalan saya mendatangi rumah Pak X. Ternyata Pak X belum pulang. Mereka berdua
ditemui isteri Pak X. Ditemuinya di luar rumah, tidak dipersilahkan masuk ke
dalam.
Versi teman saya, kata-kata
dari isteri Pak X setelah diedit seperlunya, intinya adalah sebagai berikut:
“Pak, panjenengan itu ada urusan
apa dengan suami saya. Bolak-balik datang ke rumah saya. Saya malu dengan
tetangga, dikira ada apa-apa dengan suami saya.”
“Saya datang ada urusan
penting yang menyangkut anak buah saya, Bu,”jawab pimpinan kenalan saya. “Kalau
sampai hari ini urusan kami tidak selesai, maka nasib kami akan
terombang-ambing. Dan yang bisa memberikan solusi adalah Pak X.”
“Pak, perlu Bapak ketahui. Kami,
saya dan suami sudah sepakat tidak akan membawa pekerjaan ke rumah. Semua yang
ada kaitannya dengan urusan pekerjaan akan diselesaikan di kantor. Saya tidak
ingin terganggu dengan urusan pekerjaan suami.”
DORRRRR. Mendengar cerita
kenalan saya, saya kok jadi ingin tahu isteri Pak X itu pejabat mana to? Sampai-sampai
suami didatangi orang yang benar-benar membutuhkan saja kok dimaki-maki, di
luar rumah lagi.
“Isterinya Pak X itu adalah
Ibu Rumah Tangga.”
Saya jadi ngelus dada. Mengapa
ada orang yang tidak lunak, setelah tamunya menghiba. Dan Isteri Pak X tidak
sungkan memaki-maki kenalan saya dan pimpinannya. Apakah itu karena komitmen
atau kesepakatan yang telah dibuat antara Pak X dan isterinya?
Apakah kesepakatan itu tidak
ada pengecualiannya? Kecuali kalau keadaan darurat, mendesak atau kepepet.
Kalau saya menjadi isteri
model isterinya Pak X, wah bisa gawat darurat. Kebetulan suami saya guru olah
raga. Aktivitas di luar pekerjaan juga ada. Mau tidak mau suami juga
berhubungan dengan banyak orang. Bila ada urusan di luar kedinasan, itu tidak
mungkin dapat diselesaikan pada jam kantor. Pasti pertemuan non formal
diselesaikan di luar jam kantor.
Saya tak pernah merasa
terganggu dengan tamu-tamu, baik teman, saudara, karib, murid-murid atau
tetangga. Saya terbuka saja. Prinsip saya kalau saya memudahkan urusan orang,
pasti suatu saat saya juga akan dimudahkan di segala urusan.
Lalu, apa maksud dari
komitmen/kesepakatan sampai memaki-maki tamu? Cobalah, lupakan komitmen dan
hargailah tamu. Suatu saat kita berada dalam posisi membutuhkan orang dan
status butuhnya adalah mendesak dan penting.
SEMOGA BERMANFAAT!
Karanganyar, 27 Januari 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar