Keluarkan Sedekah
Setelah Panen
Oleh : Kahfi Noer
Gambar 1. Padi Menguning
Saya jadi
ingat masa kecil (tahun 1982), di mana panen padi sedang berlangsung. Waktu itu
hampir semua pekerjaan di bidang pertanian di sawah dilakukan oleh manusia
beserta sapi/kerbau. Demikian juga ketika panen telah tiba. Para ibu
menggendong “tenggok” untuk wadah padi/gabah yang sudah dipetik.
Sekarang telah
berubah. Hampir semua dikerjakan oleh mesin. Membajak sawah, menanam padi dan
merontokkan biji-biji padi. Dengan alasan lebih praktis dan pekerjaan lebih
cepat selesai.
Tak apalah
kita menggunakan mesin untuk memudahkan pekerjaan. Yang penting dalam proses
menanam sampai memanen tidak semata-mata instan. Untuk menyuburkan tanah dan
mengusir hama jangan menggunakan bahan kimia. Gunakan saja dengan pupuk dan
pengusir hama organik alias alami.
Gambar 2. Panen telah tiba
Penggunaan pupuk
organik dan pembasmi hama non kimia jelas akan membantu menjaga lingkungan dan
tidak memperparah pencemaran air dan tanah. Bila mulai sekarang bersedia
menggunakan yang alami, insya Allah beberapa tahun yang akan datanghasil panen
akan melimpah.
Ciri-ciri
tanaman padi yang baik sampai ketika mau panen adalah padi semakin kuning akan
tetapi malai/batang padi tetap masih hijau. Alhamdulillah, rupanya panen kali
ini hasilnya baik. Sawah belakang rumah, luas tanah sekitar 3000 meter persegi
menghasilkan 36 karung besar (karung pakan ayam). Hasilnya dibagi 2 dengan
petani penggarap sawah. Delapan belas karung ini masih dibagi berempat dengan
saudara suami. Masing-masing mendapatkan 4,5 karung. Lumayan bisa untuk 6 bulan
lebih. Semoga musim tanam yang akan datang tidak terjadi penurunan hasil secara
drastis.
Gambar 3. Mesin Perontok Padi
Saya mengajak
suami terus bersyukur. Tapi bersyukurnya jangan hanya lisan saja, keluarkan
zakat dan sedekah dari hasil panen.
Saya sudah
panen, sudah panenkah Anda?
Karanganyar, 30 Maret
2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar