Oleh:
Kahfi Noer
Dengan alasan
isterinya “dingin”, Halim berniat menikah lagi. Katanya isterinya mengizinkan
dan ridha kalau dia menikah lagi. Tentu saja aku meragukan pengakuan Halim. Rasanya
itu hanya omong kosong Halim saja. Menurutku, isteri mana yang menerima dan
ridha begitu saja suaminya menikah lagi. Oh, aku tidak boleh mengatakan itu. Mungkin
saja isteri Halim benar-benar ikhlas!
Setelah beberapa
bulan berlalu, saat jalan sehat pada Jumat minggu kedua Halim bercerita kalau
dia tidak bisa rujuk dan menikah lagi dengan isteri pertamanya. Kalau dia mau
kembali dengan isteri pertamanya, maka mantan isteri harus menikah lagi dengan
orang lain. Tentu saja itu semua membuatku terperangah! Tidak percaya saja. Halim
dan isterinya benar-benar tahu tentang agama. Kok talak tiga begitu cepat
terjadi?
Ternyata bila
Halim marah terhadap isterinya dia mengatakan cerai. Menurut pengakuan
isterinya sudah 4 kali Halim mengatakan cerai tidak dalam satu waktu. Talak tiga
tanpa sidang dan tanpa hakim. Keyakinan isterinya, hubungan mereka sudah tidak
halal lagi.
Setelah menjatuhkan
talak dan menikah lagi dengan wanita lain, Halim mengontrak rumah. Halim meninggalkan
mantan isteri dan anak-anaknya di rumahnya. Rumah Halim bersebelahan dengan
rumah orang tuanya. Sebenarnya Halim masih mencintai isterinya. Tapi pertengkaran
kecil membuatnya emosi dan tidak bisa mengontrol diri. Tentu saja itu berkaitan
dengan poligami-nya.
Merasa anaknya
sudah ditalak tiga, mantan mertua Halim menyuruh anaknya meninggalkan rumah
Halim dan membawa 4 anaknya. Praktis ketika mantan isteri membawa anak-anaknya
pulang ke kampung halaman, Halim sama sekali tidak tahu. Orang tua Halim juga
tak memberi tahu Halim. Bahkan orang tua Halim mengizinkan menantunya itu
menjual sepeda motor Halim tanpa sepengetahuan Halim.
00000
Ada yang tidak
beres dengan pernikahan kedua Halim ini. Menurut kabar yang beredar, isteri siri
Halim masih berstatus isteri orang. Walah, berarti pernikahan Halim pernikahan
macam apa ini?
Sejak awal aku
sudah meragukan berita pernikahan itu. Pernikahan itu benar-benar ada atau
tidak? Jangan-jangan statusnya Cuma “jalan bareng” atau “suka sama suka”.
Pengakuan Halim
padaku berbeda dengan bila di hadapan temanku. Temanku yang satu ini memang
berani nanya-nanya yang bersifat pribadi. Mbak Amik mengatakan bahwa Halim dan
isteri sirinya tidak tinggal serumah. Mereka mengontrak rumah sendiri-sendiri.
(Keluarga macam apa ini?)
Pantas saja
kalau berada di kantor Halim sibuk membalas sms atau berbincang lewat telepon
dengan isterinya. Kalau memang suami isteri tentu saja tidak sering menelepon
atau ber-sms pada jam kantor. Pertanyaanku, apakah di rumah tidak pernah
mengobrol? Atau waktunya untuk mengobrol masih kurang?
00000
Suatu hari Halim
membeli kendaraan roda 4. Katanya sebagai wujud rasa syukur, Tuhan telah
memberi banyak nikmat. Bagiku apalah arti sebuah mobil bila tak bisa dinikmati
oleh anak-anaknya dan keluarga besarnya.
Aku ingat benar,
Halim memiliki niat untuk menikah lagi setelah mendapatkan tunjangan profesi. Baginya
laki-laki boleh-boleh saja berbagi kebahagiaan di kala hartanya berlebihan. Setelah
isterinya ditalak 3 dan anak-anak tinggal bersama mantan isteri, Halim tidak
memedulikan anak-anaknya.
Halim bukan membagi
kebahagiaan, melainkan menikmati sendiri kebahagiaan dan menelantarkan
anak-anak dan ibunya anak-anak. Tega benar! Halim juga egois, tidak mencatatkan
perceraiannya.
Artinya perceraiannya tidak ada hitam di atas putihnya. Kasihan status
mantan isterinya.
Sampai saat ini
aku masih meragukan pernikahannya yang kedua. Benarkah semua sudah terlaksana?
Pagi ini di
kantor Halim tidak memakai baju batik bebas. Halim mengenakan baju teknik. Sebenarnya
tiap Sabtu seragam pegawai adalah baju teknik. Tapi banyak pegawai tidak
memakai baju teknik melainkan memakai baju batik bebas.
“Lo tumben Pak
Halim memakai seragam teknik.Apakah Pak Halim mau menghadap Ketua Yayasan?”tanyaku.
“Enggak, Bu.
Seragamnya habis.”
“Lo, kok
seragamnya habis. Apakah tidak dicucikan isteriya?”
Aku tersenyum penuh
heran. Apakah mungkin baju seragam sampai habis? Berarti benar tak ada
penikahan kedua. Tentu saja kalau mereka benar-benar menikah, isterinya akan
menyiapkan semuanya untuk suami termasuk baju!
Ternyata benar
bila aku meragukan pernikahannya. Halim, Halim, kamu benar-benar tega menceraikan
isteri yang sah tanpa alasan dan memilih bersenang-senang dengan perempuan
lain. (SELESAI)
Karanganyar,
4 April 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar