Gambar 1. Lilin Kristal
Setiap orang dewasa pasti memiliki pengalaman memakai/menggunakan lilin.
Entah itu digunakan untuk penerangan, membuat mainan atau untuk menutup
plastik. Ada bermacam-macam lilin berdasarkan kegunaannya. Ada lilin untuk
ulang tahun, lilin untuk penerangan dan lilin yang digunakan pada tempat-tempat
ibadah. Ukuran lilin juga bervariasi dari yang kecil, sedang, sampai ukuran besar
atau jumbo. Bahkan ada yang tingginya melebihi tinggi manusia dengan diameter
lebih besar.
Saya memiliki pengalaman menggunakan lilin untuk penerangan. Akhir-akhir
ini curah hujan masih tinggi. Hujan yang sering disertai guntur. Biasanya bila
hujan disertai guntur, kilat/petir, aliran listrik akan dimatikan oleh PLN.
Bagaimanapun juga ini untuk keamanan pengguna/pemakai.
Bila pemadaman di siang hari rasanya tidak masalah. Tapi bila pemadaman
dilakukan pada malam hari maka kita membutuhkan penerangan dengan menggunakan
energi yang lain. Dahulu orang menggunakan lilin, lampu teplok, petromaks,
lampu dengan energi menggunakan aki. Sekarang sudah lazim orang menggunakan
lampu emergency, genset dan diesel.
Beberapa hari yang lalu listrik mati dalam waktu cukup lama. Saya perkirakan
sekitar 4,5 jam. Itu terjadi pada malam hari. Dengan demikian saya membutuhkan
penerangan. Ada lampu senter dengan energi listrik yang bisa disimpan. Tapi sayang,
hanya hitungan menit saja nyalanya sudah redup. Lalu saya menggunakan lilin
sebagai penerangan.
Dua kamar saya beri penerangan lilin, lilin kristal. Tiga jam kemudian
lilin tinggal 2 cm, lalu lilin saya matikan dan saya ganti yang baru. Entah berapa
jam kemudian listrik hidup kembali. Lampu yang ada di dalam rumah menyala semua
saat tengah malam. Waktu itu kantuk saya sudah tak bisa saya tahan. Saya membangunkan
suami untuk mematikan lilin.
Pagi harinya saya mendapatkan sisa lilin yang saya matikan tadi malam. Di
mana lilin yang satunya. Saya ke kamar anak saya. Lilin yang kedua masih
separoh. Setelah suami bangun, saya bertanya di mana lilin yang satunya? Dia tidak
tahu, karena waktu saya bangunkan dia tidak bangun. Anak saya yang berada di
kamar yang satu juga tidak tahu. Ketika lampu menyala, dia hanya mematikan
lilin yang ada di kamarnya.
Aneh, kalau lilinnya terbakar semua, mestinya ada lelehannya. Di mana
lelehannya, kok tidak ada? Saya jadi ingat “teman yang menggoda” saya waktu
malam hari. Kadang ada bayangan, kadang seperti ada orang lewat. Wah, ini
berulah lagi. Pasti “dia” mengambil lilin saya, kata saya pada suami.
Saya juga bercerita di kantor tentang lilin tadi. Teman saya menanggapi,”Awas,
bahaya lo. Kalau nanti “dia” menyerupai suamimu gimana?”
“Saya sudah hapal bagaimana suami saya,”jawab saya.
Berhari-hari saya masih mengingat-ingat tentang lilin itu. Kalau lihat
lilin-lilin yang ada di atas mesin jahit, saya tersenyum. Ah, lilin itu lagi.
Tadi malam listrik mati-hidup-mati-hidup sampai berulang-ulang. Awalnya saya
menghidupkan lilin yang utuh untuk kamar anak saya. Kamar saya sendiri saya
nyalakan sisa lilin milik anak saya. Iseng-iseng saya amati lilin tersebut
ketika tersisa sekitar 1 cm. Tak ada lelehan sedikitpun! Sampailah pada titik
penghabisan. Lilin terbakar semua tanpa lelehan dan meninggalkan sedikit abu
dari sumbunya.
Saya baru tahu, ternyata memang tak ada sisa lelehan. Lilin kristal ini
sangat berbeda dengan lilin yang sebelumnya saya kenal dan sering saya dapatkan.
Kalau dulu saya selalu mendapatkan lelehan lilin cukup banyak, ketika lilin
telah dingin, sekarang tidak. Itu artinya dugaan saya beberapa hari yang lalu
keliru. Ternyata saya tidak digoda oleh “dia”.
Wah, ya maaf-maaf saja kalau saya sudah berburuk sangka. Padahal teman
saya sudah ada yang berkomentar, “dia” juga butuh lilin untuk penerangan agar
tak salah jalan. Ya semoga saja ilmu kita bertambah dari benda yang sederhana,
sesederhana lilin kristal.
Karanganyar, 1 Mei 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar