Bertemu
Ibu Susuan Anakku
Gambar. Dik Faiz dan Kakak Faiq
( Foto Dokumen Pribadi)
Sebelum jam 12 siang saya pulang dari mengajar dalam suasana agak santai.
Saya menikmati perjalanan dari sekolah menuju rumah. Sesampai di depan SD 3
Karanganyar ada orang yang membunyikan klakson sepeda motor pertanda menyapa
saya. Saya membalas membunyikan klakson.
Karena saya harus melewati perempatan jalan yang tidak ada lampu bangjo
maka saya harus berhenti dahulu. Orang yang tadi menyapa saya juga berhenti. Akan
tetapi karena saya tidak hapal dengan pengendaranya, si pembonceng dan motor
yang dikendarai, terpaksa saya diam tidak sok kenal. Setelah jalan sepi saya
melaju. Kendaraan itu kembali mendahului saya. Si pembonceng menoleh, menyapa
dan melambaikan tangan. Ternyata saya mengenal si pembonceng. Sedangkan yang
berada di depan memakai masker penutup muka tapi saya akhirnya tahu siapa dia. Orang
yang mengendarai sepeda motor tersebut adalah Ummu Halim.
Ummu Halim dahulu tinggal satu RT dengan saya. Sekarang beliau sudah
pindah rumah. Saya pernah berkunjung ke rumah Ummu Halim. Siapa Ummu Halim
tersebut. Ummu Halim adalah orang yang pernah berjasa, beliau pernah menyusui
anak saya. Kebetulan anak saya dan anaknya sebaya, selisih umurnya hanya satu
bulan.
Pada bulan Agustus 2010, Faiz anak saya berusia kurang dari 3 bulan. Waktu
itu saya harus mengikuti sertifikasi guru dengan jalur PLPG. Selama mengikuti
PLPG saya harus berangkat pagi-pagi dan pulang malam hari. Sebenarnya di tempat
saya menempuh PLPG disediakan penginapan. Akan tetapi saya tidak mungkin
menginap, karena saya memiliki anak (bayi) dan saya tidak memiliki asisten
rumah tangga.
Sejak berumur 1,5 bulan Faiz sudah terbiasa saya titipkan di Taman
Penitipan Anak selama saya tinggal mengajar. Ketika saya mengikuti PLPG Faiz saya
titipkan di rumah tetangga, namanya Bu Bambang. Alhamdulillah, tetangga saya
yang baik hati tersebut merawat dan memperhatikan Faiz dengan baik.
Hari pertama saya mengikuti PLPG dan pulang kemalaman, Faiz rewel. Faiz menangis
dan tak bisa diredakan tangisnya. Bu Bambang langsung tanggap, ini pasti karena
sudah kangen sama Ibunya dan waktunya minum ASI (selama saya tinggal, Faiz minum
susu formula). Kebetulan rumah Bu Bambang dekat rumah Ummu Halim. Halim berumur
4 bulan. Bu Bambang membawa Faiz menuju rumah Ummu Halim.
Kebetulan Halim sudah tidur. Ketika Bu Bambang menceritakan kondisi Faiz,
Ummu Halim langsung memangku Faiz dan menyusuinya. Faiz minum dengan lahap dan
tidak rewel. Bahkan Faiz tidur di pangkuam Ummu Halim. Setelah Faiz tidur,
barulah diambil alih Bu Bambang.
Ketika saya diberi tahu seperti itu saya benar-benar terharu. Terima kasih
ya Allah. Kau beri jalan keluar kesulitan anakku. Karena hari sudah malam, saya
langsung pulang sambil menggendong Faiz.
Hari berikutnya saya menemui Ummu Halim. Saya mengucapkan terima kasih karena
Faiz menjadi kenyang, nyaman dan bisa tidur dengan pulas. Dengan demikian Faiz
menjadi saudara sepersusuan dengan anak-anak Ummu Halim. Ummu Halim memiliki
anak perempuan. Saya harus mengingat-ingat itu dan saya harus bercerita kepada
Faiz mulai sekarang.
Alhamdulillah hubungan keluarga saya dan keluarga Ummu Halim terjalin
dengan baik hingga sekarang. Meskipun tidak pernah bertemu karena kesibukan
saya dan beliau tetapi saya berusaha mengagendakan untuk bersilaturahmi ke
rumah Ummu Halim.
Oleh karena itu tadi ketika saya melihat si pembonceng, saya langsung
membatin berarti yang ada di depan adalah Ummu Halim. Saya tahu, mereka teman
sekantor dan ke mana-mana selalu berdua. Selain itu badan Ummu Halim yang
tinggi besar mudah saya kenali. Apalagi kalau saya bisa berbincang meskipun
beliau memakai masker, saya begitu kenal suaranya.
Bertemu sekilas dengan ibu susuan anak saya, ingatan saya kembali ke masa
kurang dari 5 tahun yang silam. Di usianya yang 5 tahun ini, Faiz sudah tahu
siapa Ummu Halim. Saya selalu bercerita dan cerita itu saya ulang-ulang. “Faiz,
Ibunya Halim itu Ibumu juga. Dulu pernah menyusui kamu ketika mami sedang
belajar.” Faiz plengah-plengeh. Faiz juga mengenal Halim sebagai saudaranya.
Semoga tulisan saya berdasarkan kisah nyata ini bermanfaat. Ini tulisan
saya hari ini. Sudahkah Anda menulis hari ini?
Karanganyar, 8 Mei 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar