Gambar 1. Abu-abu Putih alias jadul
(Sumber : dokumen Edi Yulianto)
Alhamdulillah, lebaran tahun ini saya bisa mudik ke kampung halaman. Tepatnya
di Kecamatan Mantrijeron, Kodya Yogyakarta. Bersilaturahmi, berkumpul bersama
orang tua dan saudara merupakan anugerah yang luar biasa. Saya wajib bersyukur,
umur saya bisa bermanfaat dan waktu luang bisa saya gunakan untuk hal-hal yang
positif.
Kesempatan yang baik ini saya gunakan untuk memenuhi undangan Reuni
Angkatan ’90 kelas 3A1 SMA N Tirtonirmolo, Yogyakarta. Reuni ini diadakan di
rumah mbak Warti, teman saya yang jenius. Dari kelas 1 sampai kelas 3 dia
selalu yang terdepan. Mbak Warti mengikuti suami yang tinggal di Palpabang,
Kabupaten Bantul, DIY.
Hampir 25 tahun setelah lulus SMA saya tidak bertemu sahabat-sahabat
saya. Terakhir saya bertemu mereka ketika reuni di rumah mas Hari Sakti
Pancasunu di Suryowijayan. Setelah itu bila ada reuni saya termasuk ketinggalan
berita. Konon kabarnya tahun 2009 juga ada reuni untuk kelas kami, tapi waktu
itu saya tidak mudik karena mertua sakit dan masih dalam suasana lebaran mertua
saya meninggal.
Tahun 2010, seingat saya di SMA juga ada reuni lintas angkatan. Saya juga
tidak bisa mudik karena saya memiliki baby yang berusia 3 bulan. Jadilah reuni
tahun 2015 ini teramat berharga buat saya. Meskipun yang datang hanya sebagian
kecil saja, alhamdulillah yang berhalangan hadir dalam keadaan sehat wal afiat.
Dua puluh lima tahun bukanlah waktu yang singkat. Akan tetapi setelah
berkumpul kembali, kami merasa suasananya masih seperti di ruangan kelas antara
tahun 1989-1990. Masya Allah, saya tak mengenal sahabat-sahabat saya menjadi
orang yang sekarang. Saya mengenal mereka seperti berseragam abu-abu putih
berusia 17 tahun (merasa masih imut).
Gambar 2. Penampakan 25 tahun dari abu-abu putih
(Sumber : dokumen Adi Cahyadi)
Yang membuat saya terharu, sahabat-sahabat saya berkumpul bukan untuk
pamer kesuksesan, bukan untuk pamer pangkat dan jabatan, bukan untuk pamer
kekayaan. Kami mengenang cerita masa SMA. Dan kami dengan suka cita bertukar
cerita dengan keluarga besar. Anak-anak dan pasangan ikut serta berbaur. Benar-benar
seperti keluarga.
Gambar 3. Ima Libil, sahabat-sahabat dan keluarga
(Sumber : Dokumen Adi Cahyadi)
Suasana reuni penuh keakraban. Berkumpul di rumah teman berbeda sekali
dengan berkumpul di rumah makan atau gedung pertemuan. Apalagi rumah mbak Warti
dekat dengan tanah pertanian. Banyak pohon tahunan yang tumbuh di sekitar
rumah. Udara benar-benar sejuk.
Ada lagi yang membuat saya kerasan dan betah di rumah ini, yaitu di rumah
mbak Warti serasa di rumah saya sendiri. Rumah saya juga dikelilingi sawah dan
kaya pohon tahunan. Pohon-pohon besar tersebut menyumbang oksigen. Alhamdulillah,
sehatku dengan oksigen gratis!
Sahabat-sahabat yang hadir di rumah mbak Warti yaitu:
Mas Harjono Padmono Putro, pak ketua kelas. Mas Harjono ini
orangnya super kocak (memang teman sekelasku kocak kabeh), pemain basket
handal, pandai memimpin, arif dan bijaksana. Sekarang menjadi dosen dan
ternyata punya yayasan yang mengelola SMK jurusan IT. Saya doakan sukses. Mas Harjono
ini seorang mualaf.
Mas Edi Yulianto, si jago MIPA. Mas Edi memiliki keahlian di bidang
perkayuan (mebel ya). Selain ini memiliki kos-kosan dan dapurnya terus mengepul
berkat usahanya di bidang laundry. Sukses ya Mas Edi! Beberapa tahun yang lalu
tiba-tiba Mas Edi dan Ahmad Darojat pada hari yang sama
tapi waktunya berbeda datang ke rumah saya di Karanganyar. Saya sangat terharu waktu
itu, kedatangan tamu istimewa.
Mas Adi Cahyadi, pemain basket dan pembalap (wuih hobinya hebat). Setelah
lulus SMA Mas Adi bekerja di kantor pos. Sekarang jabatannya juga sudah berada
di atas. Mas Adi juga jago melacak rumah yang sulit dijangkau karena terbiasa
mengantar surat (haduh, ini bercanda). Mas Adi termasuk menikah di usia masih
muda, tahun 1993 sudah memiliki anak. Sttt isterinya bernama mbak Penta, adik
kelas kami dan pemain basket juga. Hehe seiya sekata ya. Selamat dan sukses ya
Mas Adi.
Mas Barudi Hidayat, sahabat saya yang pendiam. Dia mengaku orangnya
biasa-biasa saja, tidak menonjol dan tidak punya prestasi yang dibanggakan waktu
di SMA. Sepertinya Mas Barudi ini tidak mau menyombongkan diri. Katanya, dia
tidak bekerja. Tapi kami tidak percaya begitu saja. Dia memang tidak bekerja
tapi di galerinya terdapat karyawan yang mendapatkan gaji darinya. Cekcekcek, bersama
isterinya menjadi team solid yang kompak!
Mas Agus Nurjanto, sahabat saya paling akrab dari kelas 2. Mas Agus
pindah ke SMA Tirtonirmolo dari Kalimantan. Dahulu saya suka mencatatkan pelajaran
apa saja di bukunya. Mas Agus dan saya suka bercerita tentang keluarga. Pada suatu
hari Mas Agus datang ke rumah saya. Kebetulan bapak saya sedang membuat
perabotan dari kayu. Mas Agus tak percaya kalau seorang tukang kayu yang
membuat perabotan itu adalah bapak saya. Saya sih pede saja. Tak minder sama
sekali!
Mas Kukuh Heru Kuncoro, si hitam manis pede habis! Mas Kukuh ini
orangnya supel. Kalau laki-laki yang satu ini memang terkenal di sekolah. Bapaknya
Mas Kukuh namanya juga Pak Kukuh, dulu menjabat sebagai kepala sekolah. Mas
Kukuh aktif dalam kegiatan OSIS. Seingat saya Mas Kukuh ini kerap mewakili
sekolah untuk kegiatan di luar. Mas Kukuh sekarang sukses. Kesuksesan ini
menjadikan dia jarang di rumah. Meskipun saya tidak tahu yang sebenarnya
(karena tidak ngobrol) tapi saya mengikuti kabarnya lewat facebook. Statusnya yang
sering ditulis antara lain perjalanan terbangnya, menginap di hotel, reparasi
body alias pijat. Yang tak kalah penting statusnya adalah cek kesehatan. Hehe,
jaga pola makan dan istirahat yang cukup ya Mas Kukuh!
Mas Bambang Prasetyo, pak dokter. Mas Bambang ini pindahan dari SMA
N 5 Yogyakarta. Saya tak begitu dekat dengan Mas Bambang. Tapi saya tahu dia
suka pelajaran MIPA. Dahulu Mas Bambang dekat dengan Lia (maksudnya akrab ya,
tak ada unsur lain menurut saya). Sejak dulu Mas Bambang ini memakai kacamata
tebal. Dia terlalu serius untuk pelajaran. Waktu ketemu saya tidak pangling,
malah saya juga cepat mengenal anaknya yang juga memakai kacamata tebal.
Mas Budi Santoso, Pak dokter yang menikah dengan teman sekelas kami
Mbak Rosa
Listyandari. Mas Budi ini satu kampung dengan saya. Dulu saya menjadi
teman dekat Mas Budi (hanya teman biasa, bukan teman tapi mesra loh). Mas Budi
ini senang berkelahi. Tapi dia orangnya konsekuen. Menang atau kalah habis
berantem tetap menjunjung tinggi sportifitas. Dengan lawannya dia akan
merangkul dan dari berkelahi pulangnya jalan bareng. Aneh, ini orang! Ada peristiwa
yang tak bakal saya lupakan tentang kebandelan dan usilnya Mas Budi. Setelah pulang
sekolah (pelajaran terakhir praktek kimia), kami melewati jembatan Julantoro. Dari
atas jembatan, Mas Budi lempar benda ke air dan menimbulkan ledakan. Ternyata Mas
Budi mengambil logam Natrium. Tahu tidak kalau logam Natrium bila bereaksi
dengan air akan menimbulkan gas hidrogen disertai ledakan? Jangan ditiru ya
perbuatannya.
Mbak Rosa Listyandari, panggilan akrabnya Lilis. Mas Budi dan mbak Lilis
ini dekat sejak SMA. Tentu saja dekat dalam artian ada pletik-pletik. Kebetulan
satu kelas, hanya ada 9 anak perempuan.dari kesembilan anak ini satu sama lain
menjadi teman dekat. Mbak Lilis juga jago MIPA. Ah, ternyata anak-anak kelas
3A1 memang jago MIPA. Saya bertemu Mbak Lilis hanya lewat fb. Dari fb ini
barulah saya tahu dia menikah dengan Mas Budi. Mbak Lilis juga penulis buku. Dulu
mengakunya hanya membantu meracik obat. Oalah ternyata memiliki usaha di bidang
per-obatan. Ya sudah, sukses buat kalian berdua mbak Lilis dan Mas Budi.
(Pasangan ini pemecah rekor, reuni terus).
Mbak Warti, si jenius dan selalu nomor satu. Mbak Warti namanya
cukup singkat dengan 5 huruf saja. Tiga tahun menjadi teman saya. Mbak Warti menguasai
pelajaran apa saja. Dia adalah murid kesayangannya Pak Ramelan, guru Fisika dan
Pak Mardi, guru Matematika. Ada pengalaman yang tidak akan saya lupakan bersama
mbak Warti dan mbak Siti. Kami bertiga mengikuti Lomba Kimia yang diadakan di Universitas
Gadjah Mada. Tanpa persiapan yang berarti. Mewakili sekolah tapi berangkat
sendiri. Meskipun bertarung hanya sampai tahap 2, tapi saya bersyukur. Terlalu pede
mengikuti lomba yang diikuti dari berbagai daerah (kalau tidak salah DIY-Jateng
atau Jawa-Bali). Sekarang mbak Warti menekuni usaha di rumah. Dia lulus dari
UGM dengan gelar sarjana (Jurusan Kimia Ilmu Murni).
Yang terakhir adalah saya, Noer Ima Kaltsum dengan panggilan Ima
Libil. Libil orangnya sederhana, tidak berprestasi, tidak suka neko-neko dan
simpel. Mudah bergaul dengan siapa saja. Dari suka pelajaran MIPA akhirnya
jatuh cinta pada Kimia. Pengalaman bersama teman-teman kelas 3A1 yang membuat
heboh adalah menyembunyikan buah nangka yang sudah diincar karyawan sekolah
yang merawat pohonnya. Meskipun tak memiliki prestasi, Libil tetap percaya
diri. Ekstrakurikuler yang diikuti KIR memudahkan dia menulis. Sekarang Libil
mengajar Kimia dan menjadi petani sayuran.
Itulah hasil pertemuan, temu kangen, bincang-bincang ringan dan mengenang
masa lalu. Kalaupun bercerita dentang pekerjaan itu tidak bermaksud pamer
kesuksesan. Terima kasih sahabat. Berjumpa lagi di tahun mendatang di rumahnya
Mas Edi Yulianto, Insya Allah.
Karanganyar, 22 Juli 2015
By Ima Libil
Tidak ada komentar:
Posting Komentar