Gambar 1. Bersama keluarga besar
(Sumber: dok.pri)
Kehilangan sesuatu yang amat
berharga rasanya kecewa sekali. Tapi semua kita kembalikan pada pemilik yang
sesungguhnya. Sejatinya semua yang kita miliki hanyalah titipan dari Allah. Sebaliknya,
kalau kita mendapatkan sesuatu pasti kita akan merasa gembira, suka cita dan
bersyukur.
Beberapa waktu yang lalu,
tepatnya hari Selasa 3 Februari 2015, saya kehilangan laptop dan kamera saku. Kedua
barang itu diambil pencuri saat saya meninggalkan rumah untuk kepentingan di
tempat kerja. Rumah dalam keadaan kosong. Awalnya saya merasa kecewa. Tapi saat
itu pula saya memutuskan untuk berdamai dengan musibah dan pasrah. Mungkin semua
itu memang belum rezeki saya. Padahal laptop tersebut berisi data-data sangat
penting bagi saya sebagai guru dan penulis. Ya, saya ikhlaskan saja. Doa saya
semoga Allah segera menunjukkan hikmah dari peristiwa kemalingan ini.
Sehari setelah saya kemalingan,
saya ditelepon polisi (Satreskrim Kota Solo). Ketika polisi tersebut menelepon
saya, dia berada di sekolah tempat saya mengajar. Akhirnya saya dan suami
menemui 3 polisi di rumah. Singkat cerita : saya diminta untuk terus berdoa
agar barang-barang saya yang hilang dapat kembali lagi. Mereka tidak mengatakan
malingnya sudah ketangkap atau belum dan barang-barang saya sudah ketemu atau
belum. Tapi saya memiliki keyakinan kalau barang saya sudah ada di tangan
polisi.
Gambar 2. Keluarga kecilku
(Sumber: dok.pri)
Saya menduga polisi sudah
menemukan laptop saya. Mengapa saya yakin demikian? Sebab polisi tahu alamat tempat
kerja saya pasti sesudah membuka laptop saya. Tidak mungkin kan mereka tahu
alamat saya dan saya kehilangan barang? Kalau mereka tahu saya kehilangan
barang, lantas itu info dari mana? Saya dan suami belum melapor kehilangan di
kantor polisi, lo. Data saya tentang tulisan-tulisan, sebagian besar ada alamat
tempat kerja saya. Ya, tidak mungkin laptop saya belum ada di tangan polisi. Tapi
saya tidak menunjukkan rasa sok selidik dan sok
tau. Saya ikuti saja yang dikatakan Pak polisi.
00000
Sebelum memutuskan untuk membeli
laptop yang baru, bila malam hari saya meminjam laptop yang dipakai suami. Laptop
yang hilang milik suami. Sudah lama kami bertukar laptop. Sehari tak memegang
laptop rasanya hampa. (apa mungkin penulis berhenti menulis gara-gara tak punya
laptop sendiri). Alhamdulillah berbulan-bulan kami nyaman berbagi laptop.
Empat bulan kemudian, suami
diberi tahu polisi lewat pesan singkat bahwa laptop kami sudah ketemu. Alhamdulillah,
benar juga pikiran saya dulu. Polisi hanya memerlukan waktu yang tepat untuk memberi
tahu kalau laptop sudah ketemu. Akhirnya awal Ramadhan kemarin, laptop kembali
ke tangan saya. (Ya Allah, Kau mudahkan kami mendapatkan laptop dengan sedekah
kecil).
Gambar 3. Di kantor polisi, laptopku diamankan
(Sumber: dok.pri)
Saya tak perlu membeli laptop lagi.
Tapi saya harus segera membeli kamera lagi. Tanpa kamera hidup ini kurang penuh
warna. (Saya dan Faiq suka memotret). Saya terus bersabar, berharap ada rezeki
nomplok datang sesegera mungkin. Suatu hari Faiq bilang menginginkan kamera DSLR
seperti yang diidam-idamkan dulu. Sebenarnya saya ingin memenuhi keinginan itu,
tapi apa daya, saya belum memiliki dana.
Memang sejak lama saya ingin
membeli kamera digital untuk Faiq (putri saya, 15 tahun). Saya berjanji bila
ada rezeki akan saya belikan. Sebenarnya saya menunggu tunjangan sertifikasi
saya yang belum cair. Karena ada masalah teknis, tunjangan tersebut belum cair.
Saya cukup menyerahkan semua pada Allah. Kalau tunjangan itu masih rezeki saya,
insya Allah cair juga. Tapi seandainya belum rezeki saya, saya harus menerima
rezeki yang lain. Karena pada dasarnya tunjangan sertifikasi ini tidak bisa
diharapkan (apalagi untuk guru swasta seperti saya).
Pertengahan bulan Agustus ini
saya ditelepon teman sekantor. Malam itu teman saya meminta saya untuk mengecek
rekening saya lewat ATM, karena ada dana yang masuk selain tunjangan untuk 6
bulan terakhir. Kali ini saya mengajak suami untuk mengecek saldo. Alhamdulillah,
ada pemasukan dana yang jumlahnya amat besar. Saya segera memberitahukan pada
Faiq kalau saya mau memenuhi membelikan kamera digital (Katanya harganya
sekitar 6-jutaan, itu saja lensanya masih yang bawaan). Tak apalah, yang
penting saya tidak ingkar janji.
Selain rezeki tunjangan
sertifikasi, suami yang juga guru mendapatkan pembagian warisan dari
kakek/neneknya. Karena bapak mertua sudah meninggal maka warisan itu jatuh pada
suami dan tiga saudara kandungnya. Jumlahnya tidak sedikit. Dengan datangnya
rezeki hampir waktunya bersamaan di bulan Agustus ini, rasanya bulan Agustus
ini penuh dengan berkah. Tak lupa kami keluarkan sedekah. Semoga ujian nikmat
yang melimpah ini tak membuat kami lupa diri. Kami bersyukur dan kami jauhi
kufur.
Gambar 4. Bersama murid di rumah makan bakso, syukuran
(sumber: dok.pri)
Suatu hari saya memberi tahu
kakak perempuan saya. Rumah kakak bersebelahan dengan rumah bapak dan ibu. Saya
mau mengirim sejumlah uang buat bapak dan ibu lewat rekening kakak saya. Tapi sayang
karena saya repot, sampai beberapa hari saya belum sempat mengirimkan uang
(transfer).
Pada suatu malam, tiba-tiba
kakak perempuan saya menelepon. Dia menanyakan sebenarnya tujuan saya mau
mengirim uang buat apa dan jumlahnya berapa. Saya menyebutkan jumlah dan maksud/tujuan
mengirim uang.
Kemudian kakak perempuan saya
malah bercerita bahwa dia ditawari rumah letaknya persis depan rumah bapak dan ibu.
Tetangga bapak akan menjual tanah dan rumahnya. Kakak saya menyebut suatu
bilangan, harga penawaran itu. Dia sudah memiliki dana separo. Harapannya dana
kekurangan bisa dipikul saya dan 4 saudara saya lainnya.
Ketika saya mengatakan pada
suami (sekaligus minta izin), suami setuju malah dia menyebutkan angka yang di
luar dugaan saya alias banyak sekali. Bagi suami sendiri berita ini sangat
menggembirakan, sebab dia juga ingin berinvestasi berupa tanah. Kebetulan ini
ditawari di dekat rumah orang tua. Tentu saja rumah tersebut bakalan ramai
untuk berteduh cucu-cucu bapak dan ibu yang kuliah di Yogya (termasuk anak saya
kelak, 3 tahun lagi).
Gambar 5. Sedekah mempererat tali silaturahmi
(Sumber: dok.pri)
Tiba-tiba saya ingat kata-kata
kakak perempuan saya dulu. Allah mengatur rezeki tiap manusia. Rezeki itu bukan
untuk dirinya sendiri. Rezeki harus didistribusikan pada orang lain yang
berhak. Jangan takut kekurangan. Sebab yang kita miliki itu justeru yang kita
sedekahkan. Rezeki kita akan memberikan barokah/berkah bila kita sedekahkan. Ketika
laptop saya ketemu, kakak saya juga bilang itulah dahsyatnya sedekah.
Tidak berlebihan kalau saya
mengatakan apa yang terjadi pada keluarga saya selama ini adalah,” Berkah
Terindah dari Sedekah.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar