Aku paling kemropok kalau
dibilang bengese kurang abang. Aku bukan artis. Aku hanya guru biasa, statusku
juga hanya GTY. Gajiku tak cukup untuk membeli benges mahal yang warnanya merah
menyala dan awet di bibir. Paling-paling kalau sudah makan, bibir dilap, benges
ikut di tisu. Tapi tidak lantas wajahku jadi pucat! Karena dengan tersenyum
saja wajahku sudah ceria, tak perlu polesan kosmetik tebal.
Aku paling benci kalau ada
orang yang membandingkan antara aku dengan perempuan lain. Apalagi itu yang
bilang laki-laki, bukan suamiku pula. Kalau ada laki-laki yang terlalu reseh
dengan penampilanku, itu artinya laki-laki kurang kerjaan dan pasti tak bahagia
dengan isterinya.
Apa ada laki-laki semacam
itu? Tentu saja ada. Sebut saja Hari. Hari temanku di kantor. Sepertinya dia
tak bahagia dengan kehidupan rumah tangganya. Itu kata teman-teman. Aku sendiri
tak tahu.
Secara ekonomi Hari dan
isterinya sudah mapan. Tapi di usia perkawinannya yang sudah matang, keduanya
belum dikaruniai momongan. Isteri Hari adalah seorang pegawai bank. Dahulu isteri
Hari pernah menjalani operasi untuk mengambil kista di rahimnya.
Beberapa tahun yang lalu
Hari mengadopsi seorang bayi yang baru saja dilahirkan. Kebetulan ibu dari si
bayi adalah tetangga orang tuanya. Setelah bayi tersebut dibawa pulang, Hari
dengan sengaja memutus kontak antara ibu dan anak.
Bayi Hari ternyata mengalami
downsyndrom. Di usia 8 tahun anak itu baru bisa berjalan. Tak banyak kata-kata
yang keluar dari gadis kecil itu. Sekedar bapak, mbak, maem, mah. Kadang ungkapan
isyarat keinginan anak tak bisa Hari respon. Anaknya frustasi. Marah lalu
mengamuk.
Berkali-kali Hari memakai
jasa asisten rumah tangga, gonta-ganti. Tidak ada yang kerasan. Maklum anak
Hari hiperaktif. Sang asisten rumah tangga kewalahan menghadapi anak Hari. Biarpun
diberi bayaran tinggi, mereka tak sanggup untuk melayani anak Hari. Kalau
dikerasi, kok ya kebangetan. Kalau tidak dikerasi, si asisten remuk sendiri. Gerakan
anak Hari tak bisa dikendalikan.
Akhirnya Hari dan isterinya
menyekolahkan anaknya ke SLB sekaligus anaknya tinggal di YPAC. Setiap hari
Jumat sore-Minggu anak Hari tinggal di rumah. Senin-Jumat siang anak Hari
tinggal di YPAC.
00000
Teman-teman sudah mencium
kedekatan Hari dengan beberapa perempuan beristeri. Aku tak mau mengikuti perkembangan
kisah asmara Hari. Bagiku cukup tahu saja. Beberapa kali desas-desus berhembus,
Hari tetap mengelak. Bahkan teman sekantor juga ada yang dekat dengan Hari. Mungkin
keduanya sama-sama gila. Sudah pernah kepergok saja masih mengelak. Gila benar
tuh.
Aku paling benci kalau Hari
membandingkan aku dengan perempuan yang mau diaturnya. Perempuan itu tak lain
teman sekantor. Perempuan itu (mungkin) cantik. Dulu sebelum dekat dengan Hari
perempuan itu lugu. Tapi sekarang beda banget. Kayaknya gak masuk akal. Gaji perempuan
itu berapa? Sama dengan aku, tak lebih dari lima ratus ribu rupiah. Tiap bulan
facial, creambath, pakai bedak tebal dan lipstick tebal.
Aku tersenyum, hem. Beruntung
aku bisa mengendalikan diri. Kalau Hari mengatakan mukaku pucat karena tidak
pakai lipstick aku tak pernah menanggapinya. Bahkan aku tidak mengatakan,”lihat
perempuan itu. Kayak badut! Apa yang membuatmu tertarik?”
Memang suatu ketika aku
pernah memakai benges warna merah. Lipstick
yang kumiliki, jarang sekali aku pakai karena suami tidak mau aku berdandan
norak. Apalagi seperti ondel-ondel. Busyet, suamiku memang ingin aku tampil apa
adanya. Jangan mengada-ada hanya karena omongan orang yang kurang bahagia.
Benar dugaanku, Hari
memujiku. Sebaliknya di ruangan kelas murid-murid bersorak. Siswa yang duduk di
depan meja guru berkata setengah berbisik,”Bu, nggak pantas pakai lipstick merah.”
Belum lagi teman-teman kantor yang setengah memprotes, berbisik,
“Pakai lipstick merah, norak
Bu.”
Plong! Lega rasanya, aku
diperhatikan murid dan teman-temanku. Sedangkan suara Hari tak ada yang mendukungnya.
Tak ada artinya aku
mengatakan semua itu di depan Hari. Aku cukup menulis status di BBM. Intinya aku
guru dan penulis. Aku beda dengan artis. Perbedaannya terletak pada bedak dan lipstick.
Tanpa permisi Hari
mengomentari statusku. Beberapa hari statusku sama. Dan Hari mengomentari
dengan kata-kata yang sama. Terakhir aku nulis status,”orang yang bahagia tak
akan mengomentari yang bukan ladangnya.”
Pet! Hari tak memberikan
komentar sedikitpun. Mungkin dia tersinggung. Tapi ini dinding-dindingku
sendiri. Aku tak bermaksud menyinggung siapapun. Daripada aku teriak-teriak
membela diri, lebih baik aku diam, tapi tulisanku bisa dibaca.
00000
Aku paling benci dengan
orang munafik. Kadang aku berpikir, kok ada orang seperti itu? Diuji dengan
bermacam hal, tetap saja tak mau introspeksi.
Beberapa bulan yang lalu
Hari menjalankan ibadah umroh. Pikirku, Hari pasti sudah berubah. Ternyata tidak.
Malah semakin menjadi. Padahal selama pelaksanaan ibadah di tanah suci, ada
beberapa teguran.
Aku memang lugu apa adanya. Tapi
sungguh, aku ingin berbuat yang terbaik buat keluargaku terutama suamiku. Aku tak
mau menyakiti suami. Aku bahagia dengan kehidupan ini. Kehidupan tanpa
kemunafikan.
Siang tadi, seperti biasa
setelah tidak mengajar, aku membuka internet di kantor. Tiba-tiba Hari
mendekatiku. Huh, apalagi?
“Bu, maaf. Tadi saya
mengirim sms ke nomer jenengan. Tadi salah kirim, seharusnya bukan di nomer
jenengan.”
Spontan aku membuka hape. Tak
ada pesan masuk.
“Tak ada pesan masuk, kok
Pak. Mungkin tidak terkirim.”
Waktu terus berlalu. Hari sudah
pergi meninggalkan sekolah. Aku masih membuka berita lewat internet. Tiba-tiba
hapeku bergetar. Aku membuka pesan yang masuk. Wow, dari Hari. Berarti ini yang
dibilang Hari salah kirim. Stt, sms nyasar!
Isinya bikin merinding. Aku buru-buru
memberi tahu temanku.
“Pak, Pak Hari tadi bilang
salah mengirim pesan. Seharusnya pesan tidak dikirim padaku. Tapi tadi memang
belum ada pesan yang masuk, pesannya baru saja sampai.”
“Coba isinya apa?”
“mama sudah di lab belum? Jagong
sama siapa Ma? Kok kemarin gak cerita.”
“Pak, mestinya itu bukan
untuk isterinya. Lalu buat siapa?”
“Oh, itu. Buat orang PDAM
kalee.”
Aku ndak mudeng maksudnya. Kutanyakan
maksud sms itu pada temanku yang lain.
“Oh, itu. Buat orang PDAM.
Bahkan ada orang yang bilang kalau isterinya Hari bekerja di PDAM.”
“Badalah. Jadi Pak Hari itu
ada sesuatu dengan orang lain to?”
“Kok dirimu baru tahu. Itu sudah
lama.”
“Pantas saja dia nanya
seperti itu. Takut kalau aku tahu cerita tentang perempuan itu.”
Bagaimanapun juga aku harus
bercerita pada suamiku tercinta tentang sms nyasar ini. Agar kelak kalau ada
sms nyasar, kebetulan suami yang membuka, suami tidak main curiga dan asal
tuduh aku berselingkuh.
Ketika aku ceritakan pada
suami tentang sms nyasar tadi, mungkin dia akan bilang Hari lagi Hari lagi. Anehnya
suami malah bilang,”sepertinya aku mengenal perempuan yang dimaksud. Dia bernama
Rosa, pegawai PDAM yang nyambi bekerja di laboratorium. Belum lama ini suami
Rosa meninggal. Bla-bla-bla. “
Plong, lega sudah. Rasa penasaranku
hilang. Kalau dulu aku selalu ingin teriak-teriak memaki Hari, sekarang aku
terenyum dalam hati dan mencibir.
“kau tak lebih baik dari
penilaianku. Terima kasih atas sms-mu yang nyasar.”
(SELESAI)
Karanganyar, 19 September
2015
http://www.kompasiana.com/noerimakaltsum/sms-nyasar-selingkuh_55fd7a0c4223bd2f1eec389a
Tidak ada komentar:
Posting Komentar