Gambar : Buku Kas Sederhana
(Sumber : dok.pri)
Ingin rasanya semua kebutuhan dan
keinginan kita terpenuhi tapi pengeluaran ditekan semaksimal mungkin. Bisakah? Ya,
yang masuk akal saja. Bila kita menginginkan pengeluaran kita berkurang alias
dompet tetap tebal, tentu saja kita harus mampu memilih dengan cermat apa saja
yang harus dipangkas. Memang kebutuhan kita banyak. Kita bisa memenuhi
kebutuhan sesuai skala prioritas.
Bila sudah sesuai skala prioritas
kita terapkan, tapi tetap saja pengeluaran kita banyak maka kita harus
melakukan sesuatu. Kita melakukan langkah sederhana yaitu dengan menuliskan
pemasukan dan pengeluaran uang kita dalam buku kas. Buku kas yang kita buat
sederhana saja. Yang penting semua sumber pemasukan kita tulis dan pengeluaran
meski sedikit tidak lupa kita tulis.
Bila semua pengeluaran kita tulis
maka kita akan tahu pos mana yang membengkakkan anggaran. Mengapa pengeluaran
kecil kita tulis? Sebab yang kecil atau sedikit ini kalau kita kumpulkan
ternyata jumlahnya jadi banyak.
Dari menuliskan semua pengeluaran
kemudian kita evaluasi pengeluaran-pengeluaran kita. Kita akan mudah mengurangi
pengeluaran yang tidak penting di masa yang akan datang. Kita tidak perlu
mengencangkan ikat pinggang. Yang penting apa yang kita keluarkan sudah sesuai
dengan kebutuhan kita. Kita akan terbelalak dengan cara menulis pengeluaran
ini, sebab setelah kita evaluasi sebenarnya banyak uang yang kita keluarkan
untuk hal remeh.
Kebiasaan baru untuk memenuhi
kebutuhan bukan karena sekedar keinginan akan membuat kita takjub. Luar biasa,
keuangan kita tak lagi morat-marit bahkan bisa menabung, bisa merinfak sedekah
dengan uang-uang receh, tidak boros tapi tidak pelit. Kita tetap bisa
memanjakan keluarga dengan cara menurunkan standar.
Contoh di Karanganyar : bila setiap makan di luar
dengan menu istimewa setiap orang satu porsi, kita ubah tetap membeli makanan
di luar. Sekarang satu porsi tidak untuk satu orang, misalnya dua porsi untuk
tiga orang. Makanan kita bawa pulang, disantap di rumah dengan suasana
kekeluargaan dan minumannya tidak beli tapi membuat sendiri di rumah. Berapa rupiahkah
yang kita pangkas untuk setiap makan?
Standar di Karanganyar satu
potong tempe goreng di warung harganya lima ratus rupiah. Bila dalam satu
keluarga terdapat 4 orang, tiap orang makan 2 potong maka uang yang dikeluarkan
sudah empat ribu rupiah. Seandainya membeli tempe satu papan seharga dua ribu
rupiah, bila dipotong bisa menjadi 10 dan digoreng. Dari sini pengeluaran bisa
ditekan. Tapi bila tak mau repot memang harus “boros” mengeluarkan uang.
Semua tergantung individunya. Saya
memang sering menuliskan pengeluaran meski tidak detail (karena saya tidak
pernah bertanya pada suami, hari ini beli apa saja dan berapa rupiah. Nanti
saya malah dibilang pelit amat). Saya jadi tahu apa saja yang harus saya
keluarkan dan apa saja yang bisa ditahan. Hidup ini tidak sekedar memuaskan
keinginan. Pilihan hidup tergantung pada Anda sendiri. Jika saya masih boleh
memilih maka saya akan memilih hidup pas-pasan saja.
Pas lapar, makan. Pas haus,
minum. Pas sakit, berobat. Pas butuh sepeda motor, beli. Pas rumah mulai bocor
sana-sini, perbaiki. Pas akhir puasa, keluarkan zakat fitrah. Pas ada panggilan
haji, penuhi. Pas banyak uang, sedekah banyak. Pas tak banyak uang, sedekah
sedikit. Pas tak ada uang, sedekah tenaga dan senyum.
Semoga bermanfaat.
Karanganyar, 9 September 2015
Tulisan ini juga tayang di :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar