Gambar 1 : IIDN dan IIDMejeng
Sumber: dok.Yuni Astuti
Beberapa hari yang lalu ketua IIDN Solo, mbak Siti
Nurhasanah memberitahukan kepada anggota bahwa Majalah Hadila akan
bersilaturahmi ke IIDN Solo. Setelah melalui perundingan dan beberapa
pertimbangan, disepakati wawancara dilaksanakan di rumah Ibu Astuti yang biasa
dipanggil Uti, pada hari Kamis, 8 Oktober 2015 setelah Shalat Ashar.
Oleh karena tidak semua anggota IIDN Solo bisa hadir,
maka bagi yang waktunya longgar diminta untuk bisa datang ke rumah Uti Astuti. Alhamdulillah,
saya sendiri berusaha untuk bisa hadir. Walaupun demikian, ada sedikit kendala
sebelum berangkat menuju rumah Uti Astuti.
Saya berencana berangkat pukul 2 siang karena saya
selesai mengajar pukul setengah dua. Dalam
perjalanan pulang dari sekolah, saya harus menjemput Nok Faiq di tempat
penitipan anak. Saya harus menunggu Nok Faiq karena dia diajak makan siang
bersama temannya.
Sampai rumah pukul dua lebih sedikit.Ternyata suami
sudah bersiap-siap. Sebelum berangkat saya membuka nasi bungkus yang saya beli
di warung. Baru beberapa suap nasi melewati kerongkongan, datanglah adik ipar
saya, adik suami. Dia dari takziah dan bermaksud mampir saja. Nasi bungkus saya
tinggal begitu saja. Saya membuatkan minuman dan menemui adik ipar. Mungkin sudah
suratan takdir saya, suami bilang,”Mi, buatkan mie telur buat adikku.” Saya mengiyakan
saja. Padahal saya diburu waktu. Waktu terus berjalan. Ketika adik saya makan,
azan ashar berkumandang. Setelah mandi dan menunaikan ibadah shalat, mau tidak
mau, tega tidak tega, saya bilang pada adik ipar,”Om, maaf. Saya mau ke Solo
ada kepentingan wawancara dengan Majalah Hadila (sok penting). Sungguh,
bukannya saya mengusir tapi saya sudah ditunggu teman-teman (halah, yang nunggu
ya siapa kok ge-er banget nih orang).”
Akhirnya perjalanan dengan mengejar waktu dimulai. Alhamdulillah,
saya tiba di rumah Uti Astuti dengan selamat. Ternyata di rumah Uti sudah
datang mbak Eki, reporter Majalah Hadila. Beberapa anggota IIDN Solo yang hadir
adalah saya, Noer Ima Kaltsum, Bunda Yuni Buy, Astutiana M, Zakiah Wulandari,
Arinta Adiningtyas, Siti Nurhasanah, dan Fafa Fatturochma.
Dengan penuh keakraban dan santai, wawancara pun
dimulai, meskipun pertanyaannya umum tapi yang punya kewajiban menjawab biasanya
hatinya tersentuh secara spontan untuk menjawab. Bahkan, karena sudah terbiasa
mendapat pertanyaan dari luar anggota IIDN Solo (ceileeee, sttt soalnya sudah
pernah tampil Talkshow di Goro Assalam dua kali), kami menjawab pertanyaan
dengan cara saling melengkapi. Kami kelihatan banget kompaknya. Mbak Eki
menanyakan:
1.
awal
mulanya dibentuk IIDN Solo, kapan lahirnya dan bagaimana kepengurusannya,
berapa anggotanya,
Ini tokoh utamanya yang menjawab adalah mbak Ketua,
Nurhas yang lainnya menyemangat: IIDN Solo adalah komunitas Ibu-ibu Doyan Nulis
yang berada di daerah. Pusatnya di Bandung. IIDN didirikan oleh mbak Indari
Mastuti. Group di FB ini kemudian memiliki niat untuk bertemu dengan anggotanya
di wilayah eks Karisidenan Surakarta. Niat
bertemu alias kopi darat atau yang keren disebut Kopdar terwujud pada tanggal 25
Desember 2013. Dipilih tanggal itu karena hari libur dan sebagian bisa hadir. Resmilah
IIDN Solo lahir pada saat Kopdar I.
Dengan pertemuan pertama itu berhasil dibentuk
kepengurusan. Pembina : Candra Nila Murti Dewojati, Ketua: Siti Nurhasanah, Sekretaris
: Zakiah Wulandari, Bendahara: Arinta Adiningtyas. Anggota IIDN Solo mencapai
ratusan orang, akan tetapi yang aktif sekitar 20 orang, dan tiap pertemuan
rata-rata dihadiri 15 anggota. Pada Kopdar II kami bertemu langsung dengan mbak
Indari Mastuti. Kami bersilaturahmi ke Pustaka Arofah (Penerbit dan Toko Buku)
dan Penerbit Tiga Serangkai
2.
bagaimana
cara berbagi ilmu, bagaimana cara memotivasi anggota, bagaimana cara menularkan
ilmu menulis, adakah pencapaian target membaca buku dan membuat karya,
Kalau yang ini, semua anggota aktif menjawab. Mbak Eki
sampai tertawa bahkan kelihatan sekali ikut bahagia soalnya IIDN-nya agak
berbunga-bunga (maklum mau ada penampakan di Majalah Hadila. Sebagai bocoran :
dalam waktu dekat penampakan itu akan nyata terlihat).
Setiap anggota membagikan ilmu yang dimiliki sesuai
bidangnya masing-masing. Tiap Kopdar materi dan nara sumbernya sudah
ditentukan. Tiap nara sumber memiliki ilmu yang harus disampaikan kepada
anggotanya. Tiap anggota menekuni bidangnya masing-masing, tapi perlu
mempelajari bidang yang lain.
Biasanya bila ada anggota IIDN Solo yang tulisannya berhasil
tembus media, bukunya berhasil terbit, atau memenangkan kompetisi (lomba
menulis), mereka akan menyebarkan virus keberhasilannya dengan membuat
postingan di group. Jadilah para anggota ingin mengikuti jejak anggota yang
lebih dulu berhasil. Contoh : ketika ada yang menulis cerita lucu Jon Koplo di
Solopos, maka teman yang lain akan ikut mencobanya. Alhamdulillah, sepertinya
anggota aktif IIDN Solo sudah berhasil menembus Jon Koplo-nya Solopos. Demikian
juga dengan cerpen, artikel, opini yang sudah dimuat di media, akan disebarkan
di group agar anggota yang lain memiliki kesempatan berhasil yang sama.
Karena kesibukan masing-masing anggota tidak sama maka
kami tidak memberikan target minimal membaca buku dalam sehari. Untuk membuat karya
juga demikian, target kami berbeda-beda.
3.
bidang
apa saja yang ditekuni penulis, , apakah ada syarat khusus untuk menjadi
anggota IIDN Solo, apakah calon anggota yang belum menikah alias belum ibu-ibu
bisa bergabung di IIDN Solo.
Mbak Candra : Buku religi, mbak Nurul : buku non fiksi,
mbak Hana: fiksi, mbak Nurhas, Arinta, Noer Ima: Cerita anak, mbak Fafa dan Uti
Astuti: pendidikan, mbak Ety: Blogger. Anggota lain yang belum saya sebut boleh
mengangkat jari protes hehe. Akan tetapi kami juga mempelajari bidang yang lain.
Sebagai contoh saya, saya suka menulis bermacam-macam, target saya tulisan yang
saya posting di www.kompasiana.com
banyak pembacanya. Syukur-syukur masuk artikel pilihan atau HL
Tak ada syarat khusus menjadi anggota IIDN Solo, yang
belum menikah pun bisa bergabung, yang penting perempuan meski belum memiliki
satu karya pun, keanggotaan umum tidak sebatas muslimah, kalau ada yang non
muslin kami juga terbuka. Di sini ada anggota yang statusnya belum menikah,
yaitu mbak Hana, Rozie dan Zukhruf.
4.
apakah
calon anggota yang mau bergabung harus sudah memiliki karya, sudahkah IIDN Solo
memiliki karya (buku) bersama,
calon anggota yang belum memiliki karya boleh
bergabung, justeru dengan bergabung di komunitas ini diharapkan ada perubahan
lebih maju. Jadi bisa menulis, jadi memiliki karya dan lebih berhasil lagi. Untuk
sementara IIDN Solo belum memiliki karya bersama. Dulu memang pernah berusaha
mengumpulkan karya anggota untuk dijadikan satu buku, akan tetapi belum pas
untuk diterbitkan. Suatu saat kami memiliki karya bersama, Insya Allah.
(Diingatkan mbak Eki jadi bernafsu untuk membuat buku bersama, semangat-semangat)
5.
pesan
apakah yang akan disampaikan pada masyarakat agar bisa menulis dan termotivasi
untuk menulis?
Kalau mau menulis, menulislah. Menulislah sampai
selesai, diendapkan beberapa hari, dibaca lagi lalu diedit. Kalau memiliki
tulisan, mintalah tolong kepada orang lain untuk membaca. Orang lain akan
obyektif menilai tulisan kita. Selanjutnya kirim tulisan kita ke media atau
penerbit. Jangan takut gagal dan jangan menyerah! 10 karya terbaik kita kirim ke redaksi semoga salah satunya
berhasil. Kalau belum berhasil simpan saja, jangan dibuang atau didelete. Biarkan
tulisan itu terkumpul banyak, suatu saat kita edit lagi, kita revisi lagi,
semoga berhasil.
Gambar 2. IIDN Solo bersama Mbak Eki Reporter Majalah Hadila
Sumber: dok.Fafa Fatturochma
Bincang-bincang ini tak terasa lebih dari satu jam. Semoga
bermanfaat untuk kita semua, dan terus berharap agar IIDN Solo dikenal
masyarakat luas. Siapa tahu kita diundang lagi oleh pengundang dadakan. Silaturahmi
itu perlu karena silaturahmi mendatangkan rezeki. Kalau tidak percaya ada
kudapan bakpia, pudding, pastel, mie rebus yang rasanya maknyus dan teh hangat.
Tak sia-sia usaha saya untuk bergabung dengan sahabat
IIDN Solo hari ini, meski agak kemalaman dikit. Di penitipan si thole sudah
menunggu. Hari sudah gelap, azan maghrib berkumandang ketika saya berada di
Solo. Alhamdulillah, Nok Faiq dan Thole Faiz baik-baik saja.
Karanganyar, 8 Oktober 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar