Semakin
Dikenal Orang Berkat SOLOPOS
Oleh
: Noer Ima Kaltsum
Gambar 1. Bersama IIDN Solo Setelah Mengisi Talkshow
Sumber : dok.IIDN Solo
Saya mengenal koran SOLOPOS sejak tahun 1999. Pertama kali membaca
SOLOPOS ketika saya berada di sekolah tempat mengajar. Biasanya saat waktu
luang saya menyempatkan diri untuk membaca koran. Berita, hiburan, artikel
bahkan iklan-iklannya juga saya baca. Bila hari Minggu, saya membeli sendiri
SOLOPOS edisi hari Minggu dengan cara membeli eceran.
Banyak manfaat yang saya peroleh dari membaca koran ini. Lama-lama saya
ingin sekali mengirimkan naskah ke SOLOPOS. Tahun 2011 adalah tahun di mana
saya mulai menulis lagi dan pertama kali saya mengirim naskah di SOLOPOS.
Alhamdulillah, cerita anak dengan judul Slamet (kemudian judulnya diubah
menjadi Namaku Slamet), dimuat di SOLOPOS edisi Minggu.
Betapa bahagianya hati saya. Selain merasa bahagia karena tulisan saya
dibaca orang lain, juga berbahagia karena mendapat honor. Terima kasih SOLOPOS,
akhirnya tulisanku pecah telur. Ternyata rezeki saya tidak hanya itu, beberapa
cerita anak dan cerpen juga dimuat di SOLOPOS.
Selain di SOLOPOS tulisan saya ada yang dimuat di majalah. Bagi saya
SOLOPOS merupakan tempat belajar menulis saya. Dengan dimuatnya beberapa cerita
anak/cerpen membuat saya termotivasi untuk membuat cerita yang lebih bagus.
Saya tidak puas hanya menulis dengan kualitas tulisan biasa saja, maka saya
memelajari cara menulis yang baik.
Pengalaman menulis di SOLOPOS lainnya adalah dimuatnya cerita lucu di Ah
Tenane dengan tokoh utama Jon Koplo. Ada 3 buah cerita lucu yang sudah dimuat
di Ah Tenane. Sekali lagi, keuntungan saya membaca dan menulis di SOLOPOS
adalah bertambahnya wawasan dan ilmu serta mendapatkan keuntungan materi berupa
honor. Saya bersyukur honor dari SOLOPOS membawa keberkahan karena bisa
dinikmati teman guru dan murid-murid.
Dengan membaca tulisan/berita dari SOLOPOS saya bisa mendapatkan ide.
Biasanya berita-berita atau tulisan yang saya baca dari SOLOPOS, saya jadikan
bahan referensi tulisan saya yang akan saya tayangkan di blog pribadi dan blog
keroyokan kompasiana dengan alamat www.kahfinoer.blogspot.com
dan www.kompasiana.com/noerimakaltsum.
Tahun 2013, saya bergabung di dalam komunitas Ibu-Ibu Doyan Nulis Solo.
Di komunitas inilah saya menceritakan pengalaman saya menulis di SOLOPOS.
Cerita saya ini tentu saja merupakan peluang bagi teman-teman untuk mengirimkan
naskah ke SOLOPOS. Bahkan setelah tulisan saya dimuat di Ah Tenane, teman-teman
IIDN Solo ikut bersemangat untuk mengisi tulisan di Ah Tenane. Berkat virus
yang saya tularkan dan motivasi untuk anggota yang saya sampaikan,
alhamdulillah lebih dari 75% anggota IIDN Solo tulisannya pernah tembus di Ah
Tenane SOLOPOS.
Saya paling rajin membaca Ah Tenane tiap pagi. Sering saya memberi tahu
teman IIDN Solo yang tulisannya dimuat di Ah Tenane SOLOPOS. Biasanya mereka
mengatakan menunggu mbak Ima memberi kabar tulisannya dimuat di Ah Tenane.
00000
Dunia tulis-menulis mulai saya tekuni tahun 1989. Ketika itu saya duduk
di bangku SMA. Karena cerita anak yang saya tulis pernah dimuat di majalah
lokal Yogyakarta, maka saya berusaha untuk mengembangkan kemampuan saya.
beberapa dongeng sempat dimuat di koran lokal, Kedaulatan Rakyat. Sayang,
setelah kuliah saya berhenti sementara menulis.
Setelah vakum beberapa tahun lalu saya mulai menulis lagi, saya berniat
berbagi ilmu untuk siapa saja. Alhamdulillah, wadah yang saya ikuti Ibu-ibu
Doyan Nulis Solo semakin membuat saya lebih berarti. Tiap anggota IIDN
mempunyai kewajiban untuk menularkan ilmu yang dimiliki. Pada bulan Juni dan Agustus
tahun ini (2015) IIDN Solo diberi kesempatan untuk mengisi talkshow yang
diadakan di eks Goro Assalam. Talkshow tersebut bertujuan untuk meramaikan Pameran Buku Murah.
Beberapa anggota IIDN Solo menjadi narasumber, termasuk saya. Pada bulan
Juni, tema yang kami usung adalah Manajemen Waktu Ala IIDN Solo. Meskipun
peserta talkshow tidak banyak, tapi talkshow tetap berjalan seru. Apalagi pada
sesi tanya jawab, kami sebagai narasumber bisa memberikan jawaban yang
memuaskan. Kadang peserta talkshow memberikan suatu pertanyaan di luar tema.
Tak apalah, yang penting semua bisa berjalan fleksibel.
Pertanyaan yang sering disampaikan (baik pada KOPDAR IIDN anggota baru,
maupun di group facebook) adalah ke mana tulisan yang sudah kita buat bisa kita
kirimkan. Kami anggota IIDN Solo sudah tidak asing dengan koran SOLOPOS, maka
kami menyarankan untuk mengirimkan ke media cetak lokal lebih dahulu, misalnya
SOLOPOS.
Talkshow yang kedua pada bulan Agustus, mengusung tema Nulis Jadi Duit.
Oleh karena kami sudah punya pengalaman menjadi narasumber, maka pembawaan kami
sudah semakin matang. Peserta talkshow kali ini tidak sama dengan yang dulu,
tapi pertanyaan ke mana tulisan harus kita kirimkan tetap ada. Sekali lagi,
secara tidak langsung kami memromosikan SOLOPOS. Kami juga menyebutkan beberapa
rubrik yang bisa diisi oleh pembaca. Dengan demikian penanya akan memiliki
gambaran, tulisan yang manakah yang bisa dikirimkan dan dimuat di SOLOPOS.
Tentu saja kami memberikan sedikit bocoran bahwa nulis di SOLOPOS juga dapat
duit loh (maksudnya dapat honor).
Awal bulan Oktober 2015, kami IIDN
SOLO diwawancarai oleh wartawan Hadila. Tentu saja yang kita sampaikan sekitar
dunia penulisan. Semoga dengan tampil di Majalah Hadila IIDN Solo, khususnya
saya semakin dikenal orang.
Alhamdulillah, di komunitas menulis yang saya ikuti bila ada anggota baru
teman-teman mengatakan kalau tulisan saya di SOLOPOS sudah tak diragukan lagi.
Sebenarnya saya malu dibilang seperti itu. Tulisan saya belum seberapa
dibandingkan yang lain. Tapi apa yang dikatakan teman saya merupakan doa,
semoga saya tetap bisa eksis menulis. Akan lebih senang lagi kalau tulisan saya
tembus SOLOPOS lagi dan mendapat honor (#edisi mengharap dengan sangat, hehe).
00000
SOLOPOS edisi Minggu biasanya tulisan yang saya baca tentang keluarga.
Kalau selain hari Minggu biasanya saya membaca tulisan secara acak dan berita
aktual. Dengan demikian saya tidak ketinggalan berita. Membaca berita bersama
teman-teman sering berlanjut menjadi diskusi. SOLOPOS memang menambah wawasan kami.
Delapan belas tahun usia SOLOPOS, semoga SOLOPOS semakin berbobot.
00000
Noer Ima Kaltsum, S.Pd:
Guru Kimia SMK Tunas Muda Kab. Karanganyar, bergabung di Ibu-ibu Doyan Nulis
Solo.
Tulisan ini diikutsertakan dalam Writing Contest Soloensis:
Soloensis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar