Gambar 1. Senyum Ceria
Sumber: dok. Faiqah Nur Fajri
Sudah beberapa hari ini
Thole dijemput siang. Tidak seperti waktu-waktu sebelumnya, pulang sekolah Thole
berada di Taman Penitipan Anak dan dijemput untuk pulang ke rumah pada sore
hari. Saya sering merasa kasihan kalau Thole dijemput sore, waktu berada di rumah
jadi sedikit. Pertemuan dengan Thole begitu singkat karena setelah Maghrib
keburu tidur. Akan tetapi bila Thole pulang/berada di rumah siang hari, maunya
naik sepeda ngeluyur terus. Tambah tidak tega karena jalan depan rumah dan
perumahan ramai.
Bila sudah di rumah, saya
berusaha untuk mengajarkan huruf dan angka, atau sekedar bertanya tentang huruf
dan angka. Ternyata Thole belum begitu paham dengan huruf dan angka, baru
beberapa saja yang dia tahu. Dibandingkan dengan Dhenok, rasanya jauh. Dulu ketika
Dhenok seusia Thole, dia sudah memiliki kesadaran untuk belajar. Mudah bagi
saya untuk mengajarkan membaca dan menulis.
Saya memang harus mau
menerima kelebihan dan kekurangan kedua anak saya, si Thole dan Dhenok. Saya
kadang membatin, di tempat les membaca si Thole itu perkembangannya bagaimana
ya? Saya lalu memupus harapan dengan menerima keadaan si Thole. Mungkin saatnya
saya harus mengajarkan huruf dan angka sendiri sambil bermain. Atau mungkin
saya mengajar Thole setelah bangun tidur pagi, sebelum Thole mengayuh sepeda di
pagi hari untuk olahraga.
Semoga si Thole segera
berkeinginan bisa membaca tanpa dipaksa. Dunia dia adalah dunia bermain dan sesuatu
yang menyenangkan. Bagi anak-anak dunia ini menyenangkan kalau banyak bermain. Ketika
ada paksaan untuk melakukan sesuatu, itu pelanggaran hak. Dan sesuatu yang tak
menyenangkan tersebut ditunjukkan dengan sakit panas sebagai bentuk protesnya.
Karanganyar, 11 Nopember 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar