Gambar 1. Silaturahmi meluaskan rezeki
Sumber : dok.alumni tirto'90
Saya percaya lahir, rezeki,
jodoh dan maut sudah ditentukan oleh Allah. Manusia tinggal menjalaninya saja. Saya
selalu berbaik sangka pada Allah. Allah memberikan tepatnya menitipkan sesuatu
kepada saya dan keluarga itulah yang terbaik, yang saya butuhkan bukan yang
saya inginkan.
Saya mengajar di SMK Tunas
Muda Karanganyar sejak tahun 1999. Sampai sekarang sudah 15 tahun saya
mengabdikan diri di sekolah yang mayoritas siswanya adalah laki-laki. Alhamdulillah
selama ini saya tidak mengalami kendala yang cukup berarti. Bagi saya mengajar
dan mendidik adalah bagian hidup saya.
Saya mendisiplinkan diri
saya sendiri. Saya bekerja sesuai dengan bidang saya. Saya loyal pada sekolah
yang telah banyak memberikan pelajaran hidup. Sahabat-sahabat saya sangat dekat
hubungan persaudaraannya. Saya merasa meskipun saudara kandung saya jauh tapi
saya memiliki saudara di lingkungan kerja saya.
Rezeki, itu sudah ada yang
mengatur. Saya percaya Allah telah menitipkan rezeki kepada keluarga dalam
jumlah cukup. Cukup untuk makan, minum, bayar listrik, bayar air PAM, beli
pulsa, memperpanjang hidup kuota internet, beli susu anak-anak, beli bensin,
menabung, membayar SPP si kecil, membayar biaya penitipan anak, dan lain-lain. Kalaupun
akhirnya Allah mengurangi jatah saya menerima rezeki, saya tetap bersyukur.
Ceritanya di sekolah saya
ada guru baru. Guru baru tersebut diberi jam sesuai dengan maple yang diampu
(matematika). Guru lama yang mengampu matematika sebenarnya lulusan jurusan
Kimia. Kemudian guru matematika yang jam pelajarannya berkurang diberi jam
pelajaran IPA (yang mengajar IPA adalah saya). Dengan demikian penambahan guru
baru ini mengurangi jumlah jam mengajar saya. Kecewakah saya? Oh tidak! Saya percaya
rezeki yang membagi itu Allah bukan manusia.
Memang secara matematis,
jumlah jam mengajar saya berkurang maka honor mengajar saya juga berkurang. Tapi
matematikanya kehidupan tidak begitu. Honor boleh berkurang tapi keberkahannya jangan
sampai berkurang. Waktu Bapak KS bilang,”Bu Ima, maaf jam panjenengan
berkurang. Maka bulanan yang diterima juga berkurang.”
“Bagi saya honor sedikit
tidak masalah. Insya Allah yang sedikit itulah lebih barokah.”
Saya tahu Bapak KS kaget. Pasti
beliau tidak menyangka kalau saya akan mengatakan seperti itu. Jangan kaget
Pak. Biasa saja, wong saya itu menerima uang banyak tidak heboh dan menerima
uang sedikit juga tidak merasa menjadi orang termiskin sedunia.
Bulan ini penerimaan honor
saya terjun bebas. Alhamdulillah, masih cukup untuk membeli bensin, membeli
nasi tumpang, membeli tempe goreng, membeli thengleng dan gule buat anak-anak. Honor
saya juga masih cukup untuk membeli susu, gas, dan pakan ayam. Bersyukur saja, jangan merasa
sakit hati. Saya yakin Allah akan menunjukkan jalan untuk membuka pintu rezeki
yang lain. Tetap semangat Ima…..
Karanganyar, 1
Desember 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar