Gambar 1. Mengatur posisi almari
dok.pri
Sejak beberapa hari yang
lalu, dhenok ingin mengecat kamarnya sendiri. Saya sangat setuju, saya bilang
itu mama banget waktu masih SMA.
Selama ini untuk hal-hal
yang sederhana dan bisa dikerjakan sendiri, suami selalu menyuruh orang untuk
melakukan pekerjaan tersebut. Contohnya memperbaiki gorong-gorong yang ambles
karena dilewati kendaraan besar dan mengecat rumah. Sebenarnya semua bisa
dikerjakan sendiri, yang penting ada rasa hepi dulu, tak perlu pasang target
dan hasilnya sempurna. Asal aman dan dilihat tidak bikin orang lain berkomentar
beres, bukan?
Gambar 2. Senjata Pengecatan
dok.pri
Ketika saya remaja, saya dan
keempat saudara perempuan selalu membantu bapak. Pekerjaannya bisa dianggap
enteng, bisa juga dianggap berat. Contoh : ikut menjadi tukang di rumah sendiri
ketika renovasi rumah, tembok diplester, memperkeras lantai dan mengecat rumah.
Untuk mengecat rumah, kami
juga ikut naik tangga atau meja yang disusun agar bagian tinggi terjangkau. Kami
mengerjakan dengan hepi. Bagi kami jangan sampai mengeluarkan uang untuk
mempercantik rumah sendiri. Maklum, bapak saya tukang dengan penghasilan
pas-pasan. Semua dihitung dengan rupiah bila mengandalkan tenaga orang lain. Mencari
rupiah juga sulit, sedangkan kami sekeluarga membutuhkan makan dan biaya
sekolah.
Jaman dulu tidak sama dengan
sekarang. Dulu yang namanya bantuan/bea siswa tidak semudah sekarang
mendapatkannya. Sekarang, sekolah dari SD sampai perguruan tinggi ada bantuan
dari pemerintah. Alhamdulillah, meski dalam keadaan sulit bapak dan ibu bisa
menyekolahkan anak-anak.
Kembali masalah mengecat
rumah. Hari Minggu ini saya, suami dan anak-anak bersiap-siap untuk mengecat
kamar. Mengecat kamar sebisanya dan kami sepakat tidak akan memegang hape
selama pekerjaan belum selesai.
Gambar 3. Ayo mengecat
dok.pri
Rupanya dhenok dan thole
semangat banget memainkan kuas. Alhamdulillah, dengan keringat yang bercucuran
akhirnya selesai juga. Tahap berikutnya membersihkan kuas dan wadah yang
digunakan untuk menaruh koloid cat (bahasane wong kimia, koloid gitu).
Setelah selesai, ternyata si
thole diajak ayah ke lapangan tenis. Malah dengan pe de thole memakai sepatu. Dia
siap mengayunkan raket setelah dua bulan absen mengayunkan raket tenis karena
tangannya patah.
Tinggallah saya dan dhenok
menyelesaikan semua sampai mengatur posisi dipan dan almari. Karena dhenok
ingin berganti suasana, maka kamar saya juga ganti suasana. Lumayanlah, hari
ini pengiritan dana sampai 60 ribu rupiah. Asyikkk
Begitu pekerjaan selesai,
waktunya diizinkan membuka hape. Ternyata hape saya sepi pengunjung. Ada 2
berita, itu pun tak terlalu penting. Berarti, sebenarnya kita putus hubungan
dengan hape atau gadget beberapa jam tak terlalu berpengaruh (kecuali pelaku
bisnis).
Saya memang tidak
ketergantungan hape. Kadang saya membatin kok orang-orang kalau sudah pegang
hape sepertinya tak mau menaruh hape barang sebentar. Terus sekarang berkembang
budaya ndhingkluk (menunduk).
Ada keuntungan yang saya
dapat hari ini. Pertama, menghemat biaya ongkos tukang. Kedua hemat pulsa dan
yang ketiga adalah dengan kebersamaan ini kami benar-benar bisa menikmati hari
libur bersama. Bisa ngobrol berempat. Kesempatan langka ini bisa kami dapatkan
kalau kami agendakan. Kebersamaan seperti ini tidak setiap hari bisa kami
dapatkan.
Ternyata Family Time,
Gerakan Tanpa Gadget sangat bermanfaat lo.
Karanganyar, 31
Januari 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar