Gambar 1. Sondokoro, sambil terapi
dok.pri
Sekitar 2 bulan yang lalu,
Faiz (5 tahun 6 bulan) mengalami patah tulang tangan kiri (atas siku). Faiz menjalani
operasi pada pagi hari. Setelah operasi keadaan Faiz sehat. Tangan Faiz dibalut
perban elastis. Sore harinya, seorang perawat (terapis) datang. Saya tidak tahu
namanya, sebut saja Mas Ahmad. Mas Ahmad mulai mengajak ngobrol Faiz. Mungkin karena
takut atau malu, Faiz tidak mau menurut apa yang dicontohkan Mas Ahmad.
Gambar 2. Sebelum operasi
dok.pri
“Dik Faiz, tangan kiri
digerakkan seperti ini.” Mas Ahmad membuka tutup jari-jarinya. Faiz diminta
untuk membuka menutup jari-jarinya. Faiz mau memraktekkan. Alhamdulillah
“Dik Faiz, ikuti saya ya. Pegang
hidung, mulut, telinga. Kalau tidak bisa dibantu tangan kanan.”
Ya Allah, belum mencoba Faiz
sudah bilang sakit.
“Sakit, sakit Mama.”
Mas Ahmad berkata,”Ibu,
bapak, nanti kalau di rumah tolong dibiasakan memegang hidung, mulut dan
telinga. Kalau anaknya tidak mau atau bilang sakit, jangan dimanjakan ya. Tetap
harus dipaksa supaya tangannya tidak kaku. Kalau nanti gerakan-gerakan tersebut
tidak dilakukan tangannya bisa ceko (thuing, mendengar kata itu langsung saya
membatin ah, mosok bagus-bagus kok ceko. Ya Allah berilah kemudahan buat
anakku).
Gambar 3. Setelah operasi
dok. Nur Laely Roza
Selama dua minggu nanti
memang gerakan yang dilakukan adalah memegang hidung, mulut, telinga, pundak. Tangan
memang ditekuk, tidak boleh diluruskan. Supaya posisi tangan ditekuk selama dua
minggu, maka tangan digendong.
Sampai di rumah, ternyata
Faiz dengan kesadaran sendiri mau melakukan terapi. Saya tidak memaksa, biarlah
dia melakukan semampunya. Dalam waktu dua minggu Faiz sudah bisa melakukan
gerakan-gerakan minimal yang harus dilakukan sesuai anjuran terapis. Saat mandi,
tangan/luka tak boleh dibasahi/kena air. Jadilah Faiz hanya dilap bagian atas. Sedangkan
bagian bawah tetap diguyur air.
Gambar 4. Sondokoro
dok.pri
Dua minggu setelah operasi,
Faiz melakukan kontrol ke rumah sakit. Kali ini perban elastis dilepas tetapi
masih memakai gendongan tangan. Terapi yang dianjurkan adalah memindahkan benda
misalnya kelereng dengan tangan kiri terutama memindah ke atas. Luka/tangan
boleh kena air. Melakukan gerakan tangan secara bebas.
Tidak gampang ternyata sebab
jari telunjuk Faiz kalau digerakkan masih sakit. Selain telunjuk masih sakit,
telapak tangannya juga dingin, pergelangan tangan masih biru. Saya memotivasi
Faiz. Ada satu hal yang saya syukuri, yaitu Faiz tetap mau makan dalam jumlah
banyak.
Lama-kelamaan jari telunjuk
bisa digerakkan dan tidak sakit lagi. Telapak tangan tidak dingin dan warna
biru pada pergelangan tangan hilang. Faiz masih memakai gendongan tangan. Ketika
saya amati, bila memakai gendongan tangan, Faiz bebas menggerakkan tangan
kirinya. Tangan kirinya bekerja sama dengan tangan kanan tatkala bermain. Begitu
kain gendongan dilepas, Faiz malah takut menggerakkan tangannya. Tangan kirinya
ditekuk takut bergerak. Ya sudah,
terserah anaknya saja. Dia bisa mengukur kemampuannya. Kalau merasa nyaman
gerakan terus berlanjut. Bila sakit, dengan sendirinya berhenti bergerak.
Selama sebulan terapi
memindahkan kelereng ke tempat yang tinggi atau memindah benda-benda kecil
dengan cara memungut (tidak gampang lo!). Saya juga menyuruh Faiz untuk
melakukan gerakan senam ringan, tujuannya ingin tahu apakah tangannya sudah
bisa diluruskan. Lagi-lagi saya tidak memaksa. Rupanya dengan kemauannya
sendiri, lumayan bisa diluruskan. Untuk keberhasilan-keberhasilan yang dilakukan
saya selalu memberikan acungan jempol lalu memeluknya seraya mengucapkan,”Alhamdulillah.”
Gambar 5. Terapi kelereng
dok.pri
Sebulan terapi kelereng,
lalu kontrol lagi. Alhamdulillah, perkembangannya bagus. Ketika dirontgen lagi,
hasilnya bagus. Kali ini terapinya agak berat. Memindahkan bola voli dengan
cara melempar. Wah, saya tidak berani mengajari yang satu ini. Kebetulan sang
Ayah yang guru olahraga di rumah ada bola voli dan bola sepak. Ini jatahnya
sang Ayah.
Pagi hari, Faiz sudah
teriak-teriak girang main lempar bola voli bersama Ayah. Alhamdulillah,
ternyata semua berjalan dengan lancar. Kini saya tak lagi mencemaskan Faiz
dalam keadaan tidur. Maklum, anak kecil tidurnya tak terkendali gerakannya. Apalagi
kalau tidur tak mau diselimuti. Apa yang ada di sekitarnya, tanpa disadarinya
dilemparkan begitu saja.
Matur nuwun sampun kersa
pinarak. Mugi-mugi wonten manfaatipun tulisan punika.
Karanganyar, 15 Januari 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar