Gambar 1. Ruang Operasi dok.pri |
Hari ini, Rabo, 9 Maret 2016
saya dan suami mendampingi si kecil yang akan menjalani operasi pengambilan pen
(platina yang dipasang di lengan kirinya). Meskipun libur Hari Raya Nyepi dan
bertepatan dengan GMT tahun 2016, RS Kustati tetap melayani operasi seperti
yang sudah dijadwalkan. Memang jadwal operasi khusus hari ini mundur dari
jadwal hari-hari biasa karena Tim Medis yang akan melakukan tindakan operasi
melaksanakan shalat Gerhana di masjid sekitar rumah sakit terlebih dahulu. Saya
dan suami tidak dapat ikut melaksanakan shalat gerhana karena harus mengantri.
(Bagian administrasi tetap berjalan, sejak jam 5 pagi, saya mulai mengantri jam
5).
Di sini saya bukan mau
menceritakan tentang operasi pengambilan pennya Faiz, melainkan menceritakan
kembali pengamatan saya waktu menunggu Faiz yang sudah dibawa masuk ke ruang
operasi. Saya berada di luar ruang operasi, sedangkan suami tetap mendampingi
Faiz sampai Faiz dibius.
Sejak mengantri di bagian
administrasi pagi-pagi, saya mendengar tangisan keras anak kecil yang tiada
henti. Dalam hati saya miris, Ya Allah, sakit apakah si kecil hingga menangis
kok tidak berhenti? Bagaimana bapak dan ibunya menghadapi anaknya yang rewel
terus-terusan. Mungkin anak itu tidak tidur semalam. Tentu saja bapak ibunya
juga begadang semalaman.
Sebuah tempat tidur
didorong/ditarik 2 orang perawat.
Seorang lelaki muda berada di sisi tempat tidur. Di atas tempat tidur ada
batita yang menangis “kejer-kejer” tidak berhenti, posisi duduk dengan kaki
diperban. Astaghfirullah, jadi, anak kecil ini yang sejak tadi menangis?
Seorang ibu muda duduk di kursi panjang di depan saya. Sepasang suami isteri
mendekati ibu muda tadi. Ibu muda dan ibu yang barusan datang (saya
memperkirakan ibunya) sambil berpelukan terisak. Beberapa orang mendekati
mereka, mungkin saudara-saudaranya. Saya pindah tempat duduk agak jauh.
Tangis si kecil tetap kuat.
Hati saya benar-benar ikut tersayat perih. Lebih dari setengah jam bapak muda
yang menunggu di dalam keluar setelah suara tangis si kecil reda. Bapak muda
duduk lesu, di sampingnya ada lelaki separuh baya yang mengusap punggung bapak
muda. Bapak muda itu menangis, benar-benar menangis. Melihat adegan itu, tak
kuasa mata saya ikut berkaca. Air mata saya ikut tumpah.
Kok saya bisa seperti itu?
Sebab 4 bulan yang lalu saya mengalami hal yang sama. Faiz jatuh dan tangannya
patah. Saya benar-benar menyesal. Saya ingat betul, malam hari sebelum paginya
Faiz dioperasi, Faiz menangis menahan sakit. Bagaimana ibunya tidak perih
tersayat hatinya melihat anaknya yang tak berdosa menanggung penderitaan
seperti itu? Saya yakin orang lain akan melakukan hal yang sama dengan
saya-suami dan pasangan muda tadi.
Saya dan orang-orang,
keluarga pasien yang menjalani operasi berpindah tempat. Menunggu di ruang
tunggu jalan keluar setelah pasien dioperasi. Pasangan muda tersebut duduk
berdampingan di kursi depan. Sedangkan bapak dan ibu dari sang isteri pasangan
muda tadi duduk di belakang saya. Ada saudaranya yang duduk di samping saya.
Ternyata mereka berasal dari
Pati, Jawa Tengah. Anak kecil yang menangis tadi usianya belum dua tahun. Saya tak
sempat menanyakan nama anak kecil. Gadis kecil tadi lagi senang-senang
berjalan. Badannya memang kecil (berat badan kurang dan memprihatinkan), ibunya
mengalami kesulitan untuk membujuk agar anaknya doyan makan. Sejak lahir memang
ada masalah dengan kondisi kesehatan batita tadi.
Kata saudara yang duduk di
samping saya, batita tadi terpeleset saat akan ke kamar mandi bersama ibunya. Ceritanya
begitu. Hari Senin (2 hari yang lalu) dibawa ke RS Kustati ini. Bagi saya
sedikit cerita ini sangat bermanfaat.
Saya beranjak dan
berjalan-jalan di sekitar ruang tunggu, sekedar menghilangkan penat dan
menghilangkan kantuk yang mulai menyergap. Semalam saya kurang tidur. Faiz mulai
jam 1 malam harus puasa. Jadi saya jam 9 harus membangunkan Faiz untuk minum
susu. Kemudian menunggu jam 12 malam untuk menyediakan minum susu yang
terakhir, saya tidak tidur. Saya mengisi malam dengan membuka dan menulis blog.
Takutnya kalau saya memejamkan mata malah bablas tidur sampai pagi. Kasihan Faiz,
bakalan kelamaan puasanya. Jam 12 lebih sedikit saya membuat susu buat Faiz. Lalu
saya bilang padanya setelah ini sudah tidak boleh makan dan minum. Dia oke-oke
saja. Yes, Alhamdulillah.
Jam setengah satu satu
tidur, jam setengah 4 bangun untuk menyiapkan semuanya dan siap meluncur ke
rumah sakit. Tiga jam saja saya memejamkan mata.
Sekitar jam 10 Faiz keluar
dari ruang operasi dalam keadaan belum sadar. Saya dan suami beserta 2 orang
petugas menuju zal. Di zal I C1 seorang perawat sudah siap menerima kedatangan
pasien. Setelah Faiz dipindahkan ke tempat tidur, mbak perawat cantik tadi
berpesan bla-bla-bla. Sip. Pesannya, jangan lupa sebentar-sebentar dibangunkan.
00000
Saya minta izin pada suami
untuk shalat di mushola. Ketika masuk mushola, saya melihat bapak muda, bapaknya
si batita tadi keluar mushola. Setelah sholat,
saya melihat beberapa orang yang saya temui di depan kamar operasi dan ruang
tunggu tadi pagi. Ternyata pasien batita tadi berada di kamar kelas 2, dekat
mushola.
Sore hari Faiz sudah benar-benar
sadar. Saya izin pada suami mau jalan-jalan sebentar. Saya menemui/menengok
batita kecil cantik di zal. Keluarga ini ingat saya. Tapi untuk pasangan
mudanya atau orang tua batita tadi, tidak tahu saya sama sekali. Setelah berbincang
sebentar, saya ikut mendoakan agar si kecil lekas sembuh dan kembali pulih
seperti semula. Akhirnya saya pamit.
Mungkin keluarga yang baru
saya kenal ini heran. Orang kenalnya juga pas di rumah sakit kok tiba-tiba
nengok. Tapi tak apalah, sama-sama
mendoakan. Semoga cepat sembuh.
Setelah maghrib Faiz
diizinkan pulang. Alhamdulillah, Faiz sehat. Sebelum pulang saat makan sore
hari rakus banget. Tempe satu potong, hati ayam, sop, nasi sepiring (tinggal 2
sendok), disantap dengan lahap. Cepat sembuh ya le. Jangan ngantuk di jalan ya
le. Soalnya kita hanya naik sepeda motor. Saya bersyukur, memasuki kawasan
Karanganyar, jalanan basah. Sore sebelumnya hujan deras (reportasenya anak saya
perempuan yang seharian berada di rumah adik ipar). Ketika pulang nggak ada
hujan, nggak ada badai.
Sampai di rumah, Faiz makan
roti bakar dan masih minta mie goreng milik ayah. Wah, maruki iki jenenge. Ya wis, rapapa thole sing bagus dewe.
Karanganyar, 9-10 Maret 2016
Catatan : maruki = makan
dengan lahap setelah tidak makan dalam jangka waktu lama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar