Setelah kembali dari mudik,
saya harus segera menuliskan ini. Mumpung masih ingat dan semoga bermanfaat
untuk orang lain. Berbagi itu sangat perlu, apalagi berbagi tulisan yang bisa
membantu orang lain yang memiliki permasalahan yang sama.
Kepulangan saya kali ini
hanya ingin bertemu ibu dan bapak saja, tidak ada tujuan yang lain. Syukur, Alhamdulillah,
ibu dan bapak dalam keadaan sehat wal afiat. Saya tambah bersyukur, karena
beberapa hari yang lalu ibu kambuh lagi ambeiennya, sekarang kondisinya membaik
dan tensinya normal.
Dua tahun yang lalu ibu
menjalani operasi ambeien. Setelah menjalani operasi, ternyata kami baru tahu
kalau ibu menjadi pelupa. Kalau diajak berbicara ibu bisa menjawab, dan
nyambung tapi kejadian yang baru saja kadang malah sudah lupa. Mungkin Allah
memberikan ujian pada kami, anak-anaknya, untuk sabar merawat ibu.
Karena ibu mudah lupa,
mungkin kadang-kadang bapak jadi tidak sabar. Ya, namanya orang tua, tidak ada
yang mau mengalah. Kalau sudah begitu ibu dan bapak tensinya jadi naik. Sebulan
yang lalu ibu merasa pusing. Adik saya dan suaminya membawa ke dokter. Karena tensinya
tinggi, seketika itu ibu diminta untuk meminum obat yang diberikan dokternya. Adik
saya mengantri mengambil obat.
Ternyata dulu waktu ibu
sakit ambeien dan tensinya tinggi, setelah mendapatkan obat oleh dokter sudah
dipesan, ibu harus cek tekanan secara rutin. Minum obat untuk darah tinggi
rutin tidak boleh terputus dan ada beberapa makanan yang harus dipantang, terutama
mengurangi garam.
Sepertinya setelah obat
ambeien sudah habis, ibu tidak mengkonsumsi obat untuk darah tinggi. Bapak juga
berpikir kalau obat untuk darah tingginya sudah habis. Sekarang adik saya memberi
tahu bapak dan keponakan saya yang tinggal bersama ibu dan bapak. Pesannya :
ibu tidak boleh lupa minum obat. Karena ibu pelupa maka bapak dan keponakan
saya bertugas untuk mengingatkan minum obat dan control kesehatan ringan di
Puskesmas.
Karena ibu pelupa, tentu saja
ke mana-mana ibu harus ditemani anggota keluarga, ibu tidak boleh bepergian
sendiri. Kami khawatir ibu lupa tempat yang akan dituju dan bingung ketika mau
pulang. Nah, karena ibu menjadi pelupa di usianya ke 70 ini, dokter menyarankan
ibu diberi gelang identitas. Saran ini berlaku untuk orang tua, terutama yang
sudah benar-benar sepuh dan pelupa.
Apakah gelang identitas itu?
Gelang identitas merupakan gelang
dengan nama pemakai dan berisi alamat/no telepon salah satu keluarga yang mudah
dihubungi. Ternyata gelang identitas ini memiliki tujuan positif, yaitu apabila
orang yang memakai gelang tersesat maka siapa saja yang menemukan orang ini
akan mudah menghubungi keluarganya. Orang tua ini bisa secepatnya kembali ke
keluarganya. (Bapak saya bilang kaya wong munggah haji kae nganggo gelang. dadi nek kesasar ketahuan kalau dia orang Indonesia hehehe)
Orang tua adalah
orang yang sudah memasuki usia senja, lebih-lebih orang tua ini sudah menjadi pelupa.
Sebenarnya bukan hanya orang tua saja yang diberi gelang identitas semacam ini.
Maaf, untuk anak-anak/orang kurang normal juga bisa mengenakan gelang ini.
Akhir-akhir ini sering
ditemukan orang tua yang sudah “sangat pelupa” atau anak kurang normal dan
diajak komunikasi agak sulit. Adanya medsos mempermudah mempertemukan orang tua
ini/anak dengan keluarganya. Mungkin gelang identitas ini akan sangat membantu
dan bermanfaat.
00000
Kelihatan ibu dan bahagia
waktu saya datang. Tapi bapak sempat bertanya pada saya,”kamu pulang karena
apa? Karena dikabari siapa?”
“Ya, pingin pulang saja. Kan
saya sudah lama tidak pulang. Apalagi kemarin waktu ibu sakit saya tidak bisa
pulang.”
“Berarti ada yang memberi tahu
kalau ibu sakit.”
“Nggih pak, lewat WA.”
“Ya wis. Sekarang ibu sudah
sehat. Makannya juga dikontrol. Tapi ibu sudah sering lupa.”
Saya, ibu dan bapak berbincang-bincang
ringan sambil bercanda. Saya suka bapak dan ibu tertawa lepas. Ibu juga tertawa
kalau disindir-sindir. Sekarang ibu tidak marah lagi kalau disindir-sindir. Saya
benar-benar terharu. Kadang saya menyesal tidak bisa dekat dengan ibu dan bapak
di saat mereka sudah berusia senja. Tapi bapak memahami keadaan saya. Malah siang
itu bapak bertanya pada saya mau pulang jam berapa? Saya memang pamit pada
suami akan kembali ke rumah sore hari. tapi tiba-tiba langit gelap dan hujan
deras. Jam setengah empat sore seharusnya saya meninggalkan rumah ibu dan
bapak, tapi saya urungkan.
Saya mengirim pesan singkat
pada suami. Saya minta maaf karena tidak bisa kembali ke rumah sore. Jawaban suami
sungguh membuat saya kaget. ANAK-ANAK NYUSUL. Badalah, pagi-pagi saya tidak
pamit anak-anak soalnya nanti mereka ribut. Akhirnya anak-anak tahu dan minta
menyusul mudik. Akhirnya suami, dhenok (kelas X SMA) dan thole (TK), ke
Yogyakarta naik sepeda motor. Malamnya kami sekeluarga berkumpul di rumah ibu
dan bapak. Tidak sengaja kami akhirnya mudik semua.
Hari Minggu, saya dan
anak-anak diantar adik pulang ke Karanganyar. Suami saya naik sepeda motor
pulang sendiri. Alhamdulillah, kami selamat sampai di Karanganyar. Terima kasih
Lely, yang sudah mengantar keluargaku pulang dan terima kasih kamu sudah
wira-wiri mengantar ibu dan merawat beliau. Jadikan semua itu ladang amal. Yang
sabar dan berlemah lembutlah pada ibu dan bapak.
Karanganyar, 27 Maret
2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar