Gambar 1. Makan Lahap dok.pri |
Hari ini, Rabo, 9 Maret 2016
saya dan suami mendampingi si kecil sing bagus dewe yang akan menjalani operasi
pengambilan pen (platina yang dipasang di lengan atas kirinya). Meskipun libur
Hari Raya Nyepi dan bertepatan dengan GMT tahun 2016, RS Kustati, Kota
Surakarta, Jawa Tengah, tetap melayani operasi seperti yang sudah dijadwalkan.
Memang jadwal operasi khusus hari ini mundur dari jadwal hari-hari biasa karena
Tim Medis (dokter dan perawat) yang akan melakukan tindakan operasi
melaksanakan shalat Gerhana di masjid terdekat sekitar rumah sakit terlebih
dahulu.
Saya dan suami tidak dapat
ikut melaksanakan shalat gerhana karena harus mengantri. (Bagian administrasi
tetap berjalan, sejak jam 5 pagi, saya mulai mengantri jam 5). Di loket
pendaftaran mengantri tidak terlalu lama. Akan tetapi sebelum saya datang sudah
ada beberapa orang yang mengantri. Rata-rata mereka control (khusus orthopedic)
dan mau operasi (tulang).
Sebelumnya saya sampaikan
terlebih dahulu, Faiz anak saya yang kedua pada minggu keempat bulan Nopember
mengalami patah tulang lengan kiri (di atas siku). Tanggal 26 Nopember 2015
menjalani operasi pemasangan pen. Saat akan pulang, Faiz diminta banyak latihan
memegang hidung, telinga kiri, kanan dan memegang mulut. Dua minggu kemudian (8
Desember 2016), ketika control, dokter menyarankan untuk memberikan latihan
memindahkan kelereng ke tempat yang lebih tinggi (latihan meluruskan tangan)
dan gerak bebas. Tanggal 8 Januari 2016, control yang kedua disarankan oleh
dokter untuk latihan melempar bola voli/bola basket. Pada saat control ini Faiz
juga diminta untuk foto Rontgen. Ternyata posisi pen dan tulang sudah baik. Dua
bulan berikutnya, tanggal 7 Maret 2016, control lagi dan dokter mengatakan pen
bisa dilepas.
Suami saya memilih tanggal 9
Maret 2016. Padahal tanggal itu sebenarnya saya mau menhadiri acara Kopdar
Ibu-Ibu Doyan Nulis Solo, di Sukoharjo. Terpaksa saya izin, tidak ikutan
kopdar.
Operasi akan dilaksanakan
hari Rabu, 9 Maret 2016 pagi hari. Mulai jam 1 dini hari, Faiz harus berpuasa. Hari
Selasa, sewaktu makan malam saya menyuruh Faiz makan yang banyak. Jam 9 saya membangunkan Faiz untuk minum susu.
Kemudian menunggu jam 12 malam untuk menyediakan minum susu yang terakhir, saya
tidak tidur. Saya mengisi malam dengan membuka facebook dan menulis blog.
Takutnya kalau saya memejamkan mata malah bablas tidur sampai pagi. Kasihan Faiz,
bakalan kelamaan puasanya. Jam 12 lebih sedikit saya membuat susu buat Faiz. Lalu
saya bilang padanya setelah ini sudah tidak boleh makan dan minum. Dia oke-oke
saja. Yes, Alhamdulillah.
Awalnya Faiz diambil sampel
darah untuk kemudian diperiksa. Sebagai simbok yang sudah beberapa kali
menunggu anak-anak periksa di UGD, saya harus tega melihat Faiz dicoblos jarum.
Ketika mulai di lengannya diikat dengan karet, saya menutup mata Faiz agar tak
melihat tangannya dicoblos jarum suntik.
Alhamdulillah, tidak nangis
sama sekali. Wah ini simboknya berhasil. Setelah pengambilan sampel darah
selesai, kami keluar untuk menunggu tahap berikutnya. Tahap berikutnya adalah memberi
tanda bagian yang akan dioperasi. Siku Faiz diberi lingkaran hijau. Beberapa saat
kemudian Faiz masuk ruang operasi (ruang tunggu, antri operasi). Saya ikut
melepas pakaian Faiz dan mengganti dengan pakaian khusus.
Saya bisikkan pada Faiz,
Faiz berdoa ya. Bismillahirrohmannirrohim. Mama tunggu di luar,
assalamualaikum. Saya keluar, suami menunggu Faiz di dalam. Beberapa saat
kemudian saya mendengar teriakan anak kecil. Sepertinya suara Faiz, sebab yang
masuk ruang operasi tadi tidak ada anak kecil selain Faiz. Sebentar kemudian
suami keluar dari ruangan. Berarti Faiz sudah dibius. Saya tanya,”Faiz dicoblos
lagi ya?” Ternyata pemasangan infuse mengalami kesulitan karena ketika dicoblos
Faiz menarik tangannya. Sedangkan suami juga orangnya gak tegaan. Waduhh.
00000
Ketika menunggu jalannya
operasi, saya sempat berbincang-bincang dengan keluarga pasien dari Pati.
Pasiennya seorang batita cantik yang kakinya patah. Ceritanya bikin air mata
terus berlinang. Teringat waktu Faiz jatuh dan mau memasang pen 4 bulan yang
lalu.
Sekitar jam 10 Faiz keluar
dari ruang operasi dalam keadaan belum sadar. Saya dan suami beserta 2 orang
petugas menuju zal. Di zal I C1 seorang perawat sudah siap menerima kedatangan
pasien. Setelah Faiz dipindahkan ke tempat tidur, mbak perawat cantik tadi
berpesan bla-bla-bla. Sip. Pesannya, jangan lupa sebentar-sebentar dibangunkan.
Suami berada di dekat Faiz. Sesekali
menepuk-nepuk pipi Faiz pelan sambil mengucap salam. Di dekat Faiz, suami juga
melantunkan zikir. Pokoknya Faiz harus mendengar apa yang diucapkan suami
seperti ketika akan dibius tadi.
Alhamdulillah, matanya sudah
terbuka. Kembali kami mengucap salam. Yang pertama kali disebut adalah ayah. Lalu
mama, dan yang terakhir kakak. Beberapa saat kemudian minta diteleponkan ke
kakak. Pingin mendengar suara kakak.
Setelah itu Faiz tidur lagi.
Masih mengantuk. Paling cepat jam 1, Faiz baru boleh minum air putih. Setelah benar-benar
sadar dan sudah kentut sampai 3 kali rupanya anak itu ingin makan. Baru beberapa
butir nasi yang masuk mulut, Faiz batuk, muntah berupa air seperti ludah dalam
jumlah banyak. Mungkin dia merasa mual-mual dan ingin muntah.
Jam 5 sore, Faiz minta biscuit.
Saya beri sedikit saja dan sedikit air putih. Sepertinya perutnya sudah nyaman
untuk kemasukan makanan. Alhamdulillah, Faiz sehat. Sebelum pulang saat makan
sore hari rakus banget. Tempe satu potong, hati ayam, sop, nasi sepiring (tinggal
2 sendok), disantap dengan lahap.
Setelah maghrib Faiz
diizinkan pulang. Cepat sembuh ya le. Jangan ngantuk di jalan ya le. Soalnya kita
hanya naik sepeda motor. Saya bersyukur, memasuki kawasan Karanganyar, jalanan
basah. Sore sebelumnya hujan deras (reportasenya anak saya perempuan yang seharian
berada di rumah adik ipar). Ketika pulang nggak ada hujan, nggak ada badai.
Sampai di rumah, Faiz makan
roti bakar dan masih minta mie goreng milik ayah. Wah, maruki iki jenenge. Ya wis, rapapa thole sing bagus dewe.
Ketika Faiz mulai tidur, Alhamdulillah
saya bisa memejamkan mata lebih awal. Pagi harinya saya dan suami harus
mengajar. Faiz yang masih malas-malasan terpaksa seragam tidak saya pakaikan. Biarlah
dia memakai baju bebas dan tidur di Taman Penitipan Anak dulu.
Di sekolah, saya masih
mengantuk dan akhirnya pusing pun datang. Tetap kuat, kuat, dan kuat. Anak sakit
jangan digunakan alasan lantas tidak produktif.
Karanganyar, 9-10 Maret 2016
Catatan : maruki = makan
dengan lahap setelah tidak makan dalam jangka waktu lama
Sumber bacaan:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar