Gambar 1. Thole Nleser dok.pri |
Ketika Ibu dan Bapak mertua
masih ada, tiap panen padi di sawah belakang rumah saya hasilnya lumayan
banyak. Ada sekitar 30 karung ikan/pakan ayam. Biasanya setelah diambil
beberapa karung untuk persediaan makan sehari-hari, sebagian dijual untuk
menutup biaya operasional/produksi dan sebagian disimpan. Gabah kering yang
disimpan ini sebagai tabungan, bila sewaktu-waktu membutuhkan uang, tinggal
dijual.
Saya dan suami sejak tahun 2002,
hidup mandiri. Tinggal di rumah sendiri. Rumah yang dibangun di atas tanah
milik mertua. Belakang rumah saya sawah. Kiri, kanan, dan depan rumah juga
sawah. Bila musim hujan, nyanyian katak menemani kami. Tikus, kadal, luwing,
bahkan ular berbisa juga menemani kami, kadang masuk rumah, Hi… ngeri kalau
yang ini.
Saya dan suami sering ditawari
beras oleh ibu mertua, tapi saya selalu bilang masih punya. Saya membeli beras
sendiri. Meskipun beras di rumah habis, saya akan bilang sudah punya. Kalau suami
biasanya mau mengambil beras dari rumah mertua. Akan tetapi kalau Ibu mertua
sudah memasukkan beras ke dalam kantong plastic, atau karung gandum, saya tidak
menolak. Pasti saya angkut dan dalam hati saya bersyukur, Alhamdulillah gak
beli beras, ngirit….
Mengapa kalau sekedar ditawari
saya mengatakan di rumah berasnya masih ada? Sebab, saya tidak ingin
menjatuhkan wibawa suami. Jangan sampai nanti tetangga Ibu mertua ada yang
bilang enak ya, gajinya utuh la wong makannya saja masih disuplai orang tua.
Gambar 2. Nleser, merontokkan padi dok.pri |
Tapi kalau sudah dimasukkan
kantong plastic rasanya beda. Kan saya bisa menjawab ke orang-orang tetangga
Ibu mertua, saya dipaksa membawa. Soalnya Ibu terlanjur memecah gabah hehe. Kalau
beras tidak segera habis, lama-lama bau dan rasanya berubah.
Mulai tahun 2009, sawah belakang
rumah praktis dikelola suami dan adik-adiknya (empat bersaudara). Ibu dan Bapak
mertua sudah meninggal. Nah, karena kami tak punya latar belakang bertani maka
pengelolaan sawah diserahkan pada kerabat, saudara dekat. Sistemnya paroan. Pengelola
menyediakan benih, membajak sawah hingga menanam. Untuk pupuk ditanggung
pengelola dan keluarga suami. Bila panen tiba, biaya panen ditanggung berdua.
Hasil panen dibawa pengelola
untuk dijemur. Keluarga suami tahu beres tinggal membayar ongkos mengeringkan. Saya
tidak tahu persis, berapa banyak biaya operasionalnya sebab semua biaya
operasional diambilkan dari uang kas keluarga. (Bahasanya uang kas, rada
mentereng. Kas ini berasal dari uang sewa lahan-lahan warisan mertua yang belum
dibagi. Mertua meninggalkan rumah besar di pinggir jalan. Bagian depan ada
semacam kios-kios. Dari kios-kios yang disewakan ini uang kas bertambah. Uang
kas yang terkumpul, nantinya akan digunakan untuk biaya balik nama setelah
warisan dari mertua dibagi)
Satu tahun biasanya hanya dua
kali tanam padi setelah itu tanah dibiarkan menganggur, karena tidak ada air. Rata-rata
dalam setahun mendapatkan 44 karung gabah kering (belakang rumah saya Tanami pohon
tahunan. Dulu waktu Ibu dan Bapak mertua masih ada, tidak ada pohon tahunannya).
Pengelola mendapatkan 22 karung. Keluarga suami mendapat 22 karung. Dari 22
karung ini masing-masing mendapatkan 5,5 karung. Ini lebih dari cukup untuk
makan setahun. Alhamdulillah, kami tak kekurangan makan.
Beras yang kami dapatkan
kualitasnya bagus, pulen, wangi dan rasanya mantap. Berasnya enak, lauknya
enak, makan pun jadi lahap. Semoga apa yang diberikan mertua untuk anak-anaknya
menjadi amal. Apa yang diusahakan anak-anak hingga saat ini mendapatkan
keberkahan.
Pengelola sawah kami, juga
menggarap sawah milik beliau sendiri. Menurut cerita dan pengalaman yang
sudah-sudah, sawah milik beliau hasilnya tidak bagus. Ada saja masalahnya, dari
padi ambruk, hama wereng, sekarang kena hama walang sangit. Dengan menggarap
sawah milik keluarga suami, beliau bisa menikmati jerih payahnya selama di
sawah. Minimal menikmati hasil panen sawah yang lain.
Hari Senin yang lalu ketika
panen, buruh tebangnya memuji kalau padi sawah kami hasilnya bagus. Padinya tidak
ambruk dihempas angin kala hujan deras. Sedangkan sebelah kiri, kanan, dan
depan rumah sebagian ambruk.
Semoga Allah senantiasa
menitipkan rezeki yang barokah untuk keluarga saya dan keluarga adik-adik
suami. Amin.
Karanganyar, 17 Maret
2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar