BAB
III ALASAN MENULIS
Menulis
Sebagai Tempat Perlindungan
Terry McMillah menulis
pengalamannya dalam buku Chicken Soup for the Writer’s Soul. Dia menyatakan :
“Menulis adalah tempat
perlindunganku. Aku tidak bersembunyi di balik kata-katanya; aku menggunakan
kata-kata itu untuk menggali di dalam hatiku untuk menemukan kebenaran. Selain itu,
menulis tampaknya merupakan satu-satunya cara agar aku bisa benar-benar
mengendalikan sebuah situasi atau setidaknya mencoba memahaminya. Kurasa aku
bisa mengatakan, sejujurnya, bahwa menulis juga menawariku semacam kesabaran
yang tidak kumiliki dalam kehidupan sehari-hariku. Menulis membuatku berhenti. Menulis
membuatku mencatat. Menulis memberiku semacam perlindungan yang tidak bisa
kuperoleh dalam kehidupanku yang tergesa-gesa dan penuh dengan kegiatan.”
Menulis
Sebagai Obat Stress
Sebagian orang mengatakan
menulis itu membuat stress. Akan tetapi ada yang mengatakan bahwa menulis
adalah obat stress. Kegiatan sehari-hari yang padat tanpa jeda bila tidak
dinikmati dan disyukuri akan membuat tertekan. Untuk mengurangi tekanan dalam
mengerjakan kegiatan tersebut, maka di antara mengerjakan kegiatan penting
tersebut diselingi menulis. Ternyata “selingan menulis” ini hasilnya juga
memuaskan, karena selingan yang terencana. Menulis merupakan obat stress karena
kegiatan menulis ini dilakukan dengan senang.
Dosen
dan Tradisi Menulis
Menulis pada dasarnya
merupakan sebuah bentuk komunikasi. Komunikasi tertulis tampaknya masih menjadi
aspek yang kurang berkembang secara baik dalam dunia akademis di Indonesia. Budaya
menulis menjadi dasar yang penting di dalam dinamika dan pengembangan keilmuan
di dunia pendidikan, khususnya pendidikan tinggi.
Idealnya, dosen sebagai
seorang intelektual terus memproduksi dan mengembangkan pengetahuannya lewat
penelitian dan publikasi karya ilmiah. Namun realitas menunjukkan, hanya sebagian kecil saja dosen yang memanfaatkan
berbagai sarana penyebaran ilmu, khususnya lewat penerbitan karya tulis. Padahal,
dosen harus membuat karya tulis untuk kepentingan kepangkatannya.
Mahasiswa
Pasti Bisa Menulis
Pramoedya Ananta Toer
mengatakan,”Menulislah. Selama engkau tidak menulis, engkau akan hilang dari
dalam masyarakat dan dari pusaran sejarah.”
Komunikasi lisan/ucapan akan
segera hilang, tapi tulisan, sepanjang bentuk fisiknya masih ada, masih dapat
dibaca, ditelaah, dan terus dikaji sepanjang masa.
Di era sekarang ini,
diperlukan pemikiran serius mengenai peran apa yang dapat dilakukan oleh mahasiswa.
Gerakan menulis oleh mahasiswa sangat diperlukan. Menuliskan ide dan gagasan
oleh mahasiswa dapat dilakukan melalui media cetak dan media elektronik. Meskipun
pengaruh dari tulisan tidak sehebat gerakan fisik atau gerakan massa, tapi
pengaruh dari tulisan akan jauh lebih lama, mengakar kuat dan jangkauannya
lebih luas.
Seperti halnya dosen, hanya
sebagian kecil saja mahasiswa yang menulis. Sebetulnya syarat menulis itu hanya
memiliki kemauan untuk terus menulis.bagi mahasiswa yang harus dibangun saat
menekuni dunia menulis adalah memompa semangat menulis, menjaga secara
konsisten, tekun, rajin dan terus berusaha menulis. Tundukkan semua hambatan
dan halangan yang membuat sulit menulis.
(BERSAMBUNG)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar