Nikmat sehat dan rezeki barokah dok.pri |
Ini hari ketiga saya digoda
teman-teman, diajak makan tongseng/sate/tengleng di warung sate kambing di
depan Stadion 45 Karanganyar. Yang ngajak ini dermawan atau cuma menggoda saja?
Selain menggoda sebenarnya teman-teman benar-benar mau mengajak makan siang. Maklum,
waktu kami bisa makan siang bareng tinggal beberapa hari lagi. Bulan depan
sudah memasuki bulan Ramadhan.
Saya berniat untuk mengganti
puasa yang saya tinggalkan selama 6 hari. Pada hari Senin yang lalu sampai
Sabtu yang akan datang, saya tidak menemani sarapan Thole dan ayah. Kalau Dhenok
biasa sarapan di sekolah. Kalau sudah selesai barulah saya mau diajak makan
siang ke mana saja asal gratis. (Okeh kancane nek ngene iki)
Sore hari, saya dan suami
menjemput Thole di Taman Penitipan Anak. Saya pikir, setelah menjemput Thole
terus pulang. Saya harus menyiapkan buka puasa sendiri. Tapi Ayah mengajak
bezuk Maya, temannya Dhenok, di rumah sakit. Ya, sudahlah tak apa, yang penting
sebelum Maghrib sampai rumah.
Hanya sebentar saja kami
bertemu Maya dan Ibunya. Maya, Ibu dan Bapaknya mengalami keracunan makanan
setelah menghadiri acara pertemuan keluarga di rumah keluarga besarnya. Tidak hanya
keluarga Maya, keluarga yang lain termasuk tuan rumah (5 anggota keluarga)
masuk rumah sakit dan opname. Kebetulan Ibunya Maya hanya makan nasi lauk
telur, tidak mengambil lauk yang lain. Beliau selamat tidak muntaber.,
sedangkan Bapak dan Maya mengalami muntaber. Sudah 4 hari Maya dirawat di rumah
sakit.
Pulang dari rumah sakit
menuju rumah. Saya lihat Jalan Lawu bagian timur putih pertanda hujan. Kebetulan
kami hanya membawa sepasang jas hujan. Kami harus berteduh. Saya terus berdoa,
semoga hujan segera reda. Di tempat berteduh, saya memikirkan si Dhenok yang
masih dalam perjalanan pulang.
Dhenok baru saja membezuk
temannya. Pagi tadi, temannya (Salsa) dan Ibunya mengalami kecelakaan di dekat
sekolah. Kaki kanan Ibunya patah, kaki kirinya retak. Salsa sendiri hanya
lecet-lecet.
Setelah reda, kami melanjutkan
perjalanan pulang. Tak lupa saya mampir ke warung angkringan. Beli nasi bandeng
dan teh hangat. Alhamdulillah, saya berbuka puasa cukup dengan minum teh hangat.
Kembali sepeda motor membawa
kami menuju Taman Pancasila. Dhenok turun dari bis di Taman Pancasila. Akhirnya
kami bertemu, Dhenok diantar pulang terlebih dahulu, baru saya dijemput Ayah.
Sampai di rumah, Alhamdulillah
bisa makan malam bareng. Meskipun kami menyantap makanan yang sederhana,
rasanya semua harus disyukuri. Nasi bandeng, nasi tumpang, dan soto, siap untuk
dihabiskan.
Seperti biasa, Dhenok
bercerita tentang semua yang dialami di sekolah, di jalan dan kegiatan hari
ini. Saya memang harus mendengarkan semua ceritanya dengan baik. Maklum, saya
ibu yang baik, yang harus mau mendengarkan curhatnya Dhenok.
Kembali saya mengingatkan
Dhenok,
“Fai, bersyukur itu
kuncinya. Allah terlalu sayang pada keluarga kita. Tanpa kita minta pun Allah
sudah menitipkan nikmat yang begitu banyak. Nikmatnya sehat dan rezeki lancar. Masih
tidak mau bersyukur?
Keluarga Maya dan Salsa
sedang diberi ujian sakit. Bersyukurlah kamu, jangan lupa shalat sama sedekah,”itu
pesan saya.
Setelah makan, rupanya Thole
dan Dhenok mengantuk. Ditinggal cuci piring, keduanya terus klipuk, sudah
berada di alam mimpi.
Karanganyar, 11 Mei 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar