Oleh-oleh dari Tawangmangu dok.pri |
Saya berniat untuk mengganti
puasa yang saya tinggalkan tahun lalu. Memang menjalankan ibadah puasa, baik
puasa sunah maupun mengganti puasa wajib yang ditinggalkan sangat berat. Selain
berat karena tidak ada teman yang sama-sama berpuasa juga karena godaannya
tidak ringan.
Hari ini saya sudah berniat
untuk berpuasa. Si kecil membangunkan saya sebelum fajar karena dia biasa buang
air kecil dan minta dibuatkan susu. Si kecil tidak lantas tidur, tapi malah
bermain mobil-mobilan. Saya makan sahur dengan porsi teramat sedikit. saya
tidak melupakan minum madu. Sebenarnya kalau di rumah ada VCO, saya akan
mengkonsumsinya, agar puasa saya tidak mendapatkan halangan. Tapi VCO belum
tersedia, jadi saya cukup minum teh panas dan madu saja.
Sampai di sekolah, godaan
pertama datang dari petugas yang menaruh minuman di atas meja saya. Saya bilang,
minuman ini menggoda iman saya. Belum juga saya tawarkan, teman saya sudah
minta izin untuk memindahkan gelas saya ke mejanya.
Godaan yang kedua adalah
acara syukuran. Seorang teman yang baru saja mendapatkan kelebihan rezeki
membuat syukuran kecil-kecilan. Petugas menaruh kudapan 3 jenis di atas piring plasti
kecil di meja saya. Lagi-lagi, saya harus menyingkirkan kudapan ini supaya saya
tidak lupa memakannya. Kudapan saya taruh di meja teman saya yang duduk di belakang
saya.
Dua godaan tersebut belum
seberapa. Yang ketiga, yang ini benar-benar menguji iman kita. Seorang teman
mengajak makan tengleng di warung sate kambing. Astaghfirullah, beruntung saya
tidak kepincut. Saya tetap bertahan.
“Bu, kalau besok bagaimana? Kita
ke warung sate bareng-bareng.”
Benar-benar bikin ngiler. Kalau
sekarang jelas berpuasa karena sudah separo perjalanan. Nah, kalau besok jadi
terus puasa atau berhenti dulu diganti hari lain?
“Maaf, jangan menawarkan
makan daging kambing mulai hari ini sampai Sabtu. Saya mau mengganti puasa yang
saya tinggalkan dulu. Mumpung waktunya masih longgar. Kemarin-kemarin ada saja
alasan untuk tidak berpuasa. Kalau sekarang tidak ada alasan lagi.”
“O, iya. Bulan puasa
sebentar lagi ya. Memang bagi ibu-ibu, bulan ini waktunya mengganti puasa yang
ditinggalkan tahun lalu,”kata teman saya, yang mualaf, yang isterinya seorang guru agama Islam.
00000
Sebenarnya saya ingin
mengganti puasa bulan Ramadhan yang saya tinggalkan sesegera mungkin. Tapi apa
daya, godaan selalu ada. Saya salut pada teman-teman, saudara-saudara saya yang
selalu menyegerakan mengganti puasa yang ditinggalkan tanpa halangan. Saya salut
pada teman-teman yang terbiasa menjalankan puasa sunah.
Saya sendiri jauh sekali
dari mereka. Saya akui, mungkin saya kurang taat ya. Mulai saat ini, saya mau
mencoba menjalankan puasa sunah. Memang harus ada komitmen. Paling tidak dalam
sebulan, meski hanya sehari harus menjalankan puasa sunah. Semoga Allah memberi
kemudahan pada saya. Wahai teman-teman saya, jangan ganggu saya dong.
Catatan : Puasa wajib yang
ditinggalkan, harus diganti pada lain waktu sesegera mungkin. Mengganti puasa
yang ditinggalkan bisa dilaksanakan dari bulan Syawal sampai Sya’ban (sebelum
bulan Ramadhan tahun berikutnya). Apabila tahun-tahun sebelumnya, masih ada
puasa yang ditinggalkan, maka kita tetap memiliki kewajiban menggantinya. Berniat
kuatlah untuk mengganti puasa yang ditinggalkan. Allah Mahatahu dan Allah Maha
Pengampun. Jangan berkecil hati, tetaplah berbaik sangka pada Allah.
Kalau kita sudah dalam
keadaan tidak berdaya, sakit yang tak mungkin sembuh, tua renta dan senja
(lemah), pikun, tak ada waktu untuk mengganti maka membayar fidyah adalah
solusi. Membayar fidyah pun ada ketentuannya ya, fidyah bukan jalan pintas lo. Untuk fidyah, silakan
Anda mencari referensinya.
Semoga bermanfaat. Ayo menulis,
wahai muslimah.
Karanganyar, 9 Mei 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar