Mudik Ayo Mudik dok.pri |
Jangan Habiskan Uang Untuk Berlebaran
Lebaran hampir tiba. Kebutuhan pokok harganya kian
melambung. Kalau sudah melambung, kadang tidak mau terjun bebas. Harga-harga
melayang-layang di atas, bertahan pada posisinya.
Baju baru, makanan untuk menjamu tamu, makan besar
khas lebaran, salam tempel, dan lain-lain cukup menguras dompet. Belum lagi
bagi yang putra-putrinya masuk ke jenjang yang lebih tinggi (SD, SMP, SMA,
perguruan tinggi). Pengeluaran yang satu ini cukup besar juga.
Oleh sebab itu atur pengeluaran untuk lebaran sedemikian
rupa. Kita mendadak jadi ahli keuangan. Uang sedikit dijereng-jereng
(dibagi-bagi) biar semua kebutuhan terpenuhi. Sekiranya tak terlalu penting,
pengeluaran bisa dipangkas. Lebarannya hanya sehari, tapi persiapannya
membutuhkan waktu berhari-hari. Pertanyaannya
apakah harus selalu begitu? Tidak juga.
Dahulu, saya pernah menanam mentimun dan harus dipanen
setiap hari. Saya menanam mentimun di atas lahan lebih kurang 500 m2. Sebelum dan
sesudah lebaran panen terus. Malah setelah shalat Id, saya tidak mengunjungi
tetangga dan saudara untuk bersilaturahmi. Saya harus memanen mentimun. Kalau hari
ini tidak dipanen, mentimun ukurannya bertambah besar bila telat dipanen. Artinya
itu malah tidak laku karena pasar membutuhkan mentimun yang masih muda.
Oleh karena saya dan suami sibuk di sawah, maka saya
melupakan persiapan ini-itu untuk lebaran. Semua berjalan seperti hari-hari
biasa. Tak ada baju baru. Tak ada makanan khas untuk lebaran. Tidak juga mudik.
(orang tua memaklumi keadaan saya).
Saat itu Faiq masih kecil. Saya hanya menyiapkan baju
dan makanan kesukaan Faiq saja. Untuk makan besar, kami memotong ayam piaraan
sendiri. Pokoknya simpel saja. Kok bisa begitu ya? Bisa saja, karena keadaan membuat
saya menyesuaikan semuanya.
Keadaan saya yang seperti itu ternyata ngirit waktu,
ngirit tenaga, ngirit semuanya. Bertemu saudara akhirnya saya agendakan saat
pertemuan trah. Nah, di sini bisa bertemu siapa saja tanpa kita mengetuk dari
pintu ke pintu.
Tahun ini, agenda keluarga kecil saya mudik ke Yogya. Tahun
2009, saya tidak mudik ke Yogyakarta karena Ibu mertua sakit keras dan
meninggal setelah lebaran. Tahun 2010, saya tidak mudik karena memiliki Baby
usia 2 bulan.
Tahun 2011 dan seterusnya, saya mudiknya ke Yogya
kalau lebaran. Mudik irit ala saya. Pengeluaran ditekan sedemikian rupa
sehingga usai mudik dompet masih terisi. Masih banyak kebutuhan yang harus
dipenuhi setelah lebaran. Kalau Anda menerima Tunjangan Hari Raya, sebaiknya
jangan dihabiskan. Kalau sampai habis bulan Syawal, THR masih juga tersisa
banyak sebaiknya sedekahkan saja.
Selamat mempersiapkan kebutuhan lebaran dengan bijak. Semoga bermanfaat.
JOIN NOW !!!
BalasHapusDan Dapatkan Bonus yang menggiurkan dari dewalotto.club
Dengan Modal 20.000 anda dapat bermain banyak Games 1 ID
BURUAN DAFTAR!
dewa-lotto.cc