Siap Panen, Semakin Merunduk dok.pri |
Menjelang Lebaran Dapat Rezeki Nomplok (#2)
Anak perempuan sudah diantar
ke rumah Ibu (Yogyakarta). Saya sudah mulai beres-beres rumah, beres-beres yang
ada kaitannya dengan dunia menulis, si kecil bukannya beres-beres melainkan
menyebarluaskan mainannya sampai di mana-mana. Tidak apa-apa, yang penting
tidak bermain di luar.
Saya mengambil dompet besar,
biasanya berisi nota atau kuitansi pembayaran. Saya membuka dompet pelan-pelan,
takutnya ada kertas atau uang kertas yang nyangkut di retsleting. Alhamdulillah,
persediaan uang saya masih aman. Untuk belanja sampai akhir bulan masih ada. Kalau
tidak cukup, masih ada uang recehan milik Dhenok yang disimpan di wadah plastik.
Bisa dipinjam dulu, nanti bilang ke Dhenok belakangan.
Di sekolah ada rezeki datang
tanpa permisi. Lumayan, dapat SHU koperasi dan saham koperasi yang sudah
dikembalikan (saya keluar dari keanggotaan koperasi). Begitu terima uang,
pikiran saya bukan buru-buru ingin ke swalayan atau ke mall. Saya langsung
membayangkan berada di Pegadaian untuk investasi lagi. Soalnya kalau dipegang dalam
bentuk uang tidak bakal bertahan satu minggu.
Ada lagi rezeki nomplok
lainnya yaitu uang transport masuk kantor. Jumlahnya lumayan untuk membeli gula
pasir yang kabarnya harganya selangit. Alhamdulillah, masih bisa minum manis,
tak perlu terlalu manis. Uang transport tadi juga bisa untuk membeli bensin
beberapa ember.
Uang transport kalau saya
bawa pulang memang bisa untuk membeli bensin atau gula. Tetapi saya sengaja
tidak membawa pulang uang transport. Uang transport sengaja saya simpan di
dalam laci meja dengan anak kunci nomor sekian. Uang transport tersebut
menyimpan cerita unik dan kenangan yang indah, maka saya tak akan
menggunakannya untuk belanja. Bukan saya sok kaya tak butuh uang, bukan itu
maksud saya.
Menjelang lebaran ini, saya
juga sudah mendapatkan kabar berita dari alam. Walah, apa ya? Alam telah
menghembuskan kabar baik. Padi di belakang rumah sudah mulai merunduk, sebentar
lagi menguning lalu panen. Nah, ini adalah rezeki yang saya tunggu-tunggu dari
pertanian. Semoga panen pada MT II baik sebab air untuk sawah masih cukup. Ini bagian
rezeki dari hujan di bulan Juni. Hasil panen MT I kemarin gabah dan berasnya
masih ada, untuk membayar zakat masih cukup.
Bersyukur dan sabar, itulah
yang selalu saya ungkapkan setelah mendapatkan nikmat. Apalagi saya, suami dan
anak-anak masih diperkenankan menggunakan nikmat kesehatan untuk beribadah pada
Ramadan kali ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar