Kebun Teh, Kemuning, Ngargoyoso, Kab. Karanganyar Dok.pri |
Menjenguk Tetangga Sakit Kanker Payudara
Hari ini saya menjenguk
tetangga kampung yang sedang sakit. Empat bulan yang lalu tetangga saya tadi
tergolek di tempat tidur tak bisa mengerjakan apa-apa. Kabarnya sakitnya luar
biasa, bahkan untuk memiringkan badan saja tak mampu, harus dibantu orang lain.
Sebelum sakit, tetangga saya
adalah perempuan pekerja keras. Pekerjaan apa saja dilakukan asalkan halal. Setahu
saya beliau adalah buruh tani. Tiap musim tanam, beliau ikut menanam padi, lalu
menyiangi rumput. Berangkat kerja setelah subuh, pulangnya matahari sudah akan
tenggelam. Dalam bekerja, beliau memiliki team khusus. Team ini terdiri dari
beberapa perempuan tangguh.
Saya sering mengamati beliau
kalau sedang menanam padi di samping rumah saya. Sambil bekerja beliau ngobrol dan
bersenda gurau dengan sesama teman menanam padi. Pada suatu musim tanam, saya
tak mendapatkan beliau ada dalam satu rombongan buruh tani. Suatu ketika saya
bertanya pada tetangga kampung, ternyata beliau sedang sakit.
Awalnya beliau mengatakan
sakit badannya. Saya tidak berani bertanya lebih jauh. Tadi pagi, adalah
kedatangan saya yang keempat. Kondisi beliau masih sama, bahkan sekarang malah
kedua kakinya harus diikat dengan kain jarik agar tidak bergerak bebas tanpa control
(menurut beliau dan saudaranya kedua kakinya bisa bergerak sendiri tanpa digerakkan.
Setelah itu kakinya sulit untuk dikembalikan seperti pada posisi semula bila
tak dibantu orang lain.
Saya tak bisa membayangkan,
betapa berat penderitaan wanita perkasa ini. Kini semua aktivitasnya dikerjakan
di atas tempat tidur. Beruntung, kalau ditinggal suami dan anaknya bekerja,
beliau ditunggui oleh saudaranya yang rumahnya berada di samping rumahnya.
Sudah segala macam
pengobatan ditempuh. Dulu ketika keluhannya pada tulang, beliau sudah dibawa ke
ortopedi. Pengobatannya juga sudah sampai Yogyakarta. Dan akhir-akhir ini
pengobatan dan pemeriksaan dilakukan di RS Muwardi, Jebres, Surakarta.
Menurut cerita beliau dan
saudaranya, di RS Muwardi dilakukan pemeriksaan scan (beliau bercerita badannya
dimasukkan dalam terowongan). Kata dokter yang memeriksa, sakit yang diderita
tetangga saya karena ada benjolan di payudara sebelah kanan.
[Memang ketika saya datang, beliau pertama kali
menunjukkan pada saya payudara yang ada benjolannya dan ditekan-tekan. Menurut beliau
sudah 5 tahun ini benjolan itu ada dan tidak terasa sakit sama sekali]
Kata dokter penyakit beliau
bisa sembuh kalau benjolan itu diambil (artinya benjolan itu kanker atau
tumor). Sayangnya, beliau tak tahu kalau itu kanker dan mungkin tak diberi
tahu.
Setelah cukup lama saya
menjenguk tetangga kampung, akhirnya saya pulang. Saya ceritakan keadaan
tetangga kampung pada suami. Seperti biasa, suami tak menanggapi, tapi
memperhatikan cerita saya.
Sore harinya, suami
bercerita kalau dia bertemu salah satu saudara tetangga kampung yang sakit
tadi, sebut saja Mas A. kata Mas A, sebenarnya saudaranya menderita kanker
payudara stadium 4. Astaghfirulloh. Ibu, semoga cepat sembuh ya.
Manusia hanya bisa menjalani
semua yang sudah menjadi bagian hidupnya. Jalan cerita sudah disiapkan Yang
Maha Pandai, dan kita tak pernah tahu apa yang akan terjadi. Maka mulai
sekarang perbanyaklah bekal untuk pulang kampung.
Saya hampir mewek, teringat
Ibu mertua saya yang dulu mengidap tumor limfa stadium lanjut. Saya dan suami
merahasiakan sampai beliau meninggal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar