Makanan Pokok Nasi dok.pri |
Dalam seminggu ini, saya harus rela berbuka puasa
dengan nasi yang luar biasa artinya di luar kebiasaan. Pertama berbuka dengan
nasi setengah kering (sebagian yang kering saya sisihkan). Ada alasan mengapa
saya tiba-tiba harus makan nasi tersebut. Yang kedua berbuka dengan nasi belum
matang.
Berbuka
dengan nasi setengah kering (nasi aking)
Hari itu sepulang dari penitipan, biasanya Faiz minta
makan terlebih dahulu lalu tidur. Kali ini Faiz minta mandi lantas tidur. Saya tidak
terlalu repot, karena dengan Faiz tidur saya bisa mengerjakan segala
sesuatunya.
Suami hari itu repot rapat kelulusan untuk kelas IX,
dan menerima tamu wali murid yang akan menerima surat kelulusan tersebut. Oleh karena
sampai sore, dugaan saya adalah berbuka puasa di sekolah. Sampai jam lima lebih
suami belum pulang.
Di rumah saya sudah menyiapkan segalanya untuk berbuka
puasa dengan Faiq. Rasanya sudah beres semua. Waktunya azan maghrib, saya dan
Faiq langsung berbuka dengan minum teh hangat. Setelah itu saya mengambil
piring lalu membuka mejikom. Saya terbelalak, kaget, hah. Ternyata nasinya
tinggal sedikit dan setengah kering. Saya bilang ke Faiq,”Nok, nasinya kering. Ternyata
tinggal sedikit.”
Kata Faiq yang penting makan sop saja. Makan nasinya
belakangan juga tidak apa-apa. Lantas saya mengirim pesan sms pada suami. “Nasi
habis, tolong belikan nasi”. Sebentar kemudian suami datang. Dia belum berbuka
puasa. Dia memberikan satu kardus kecil berisi kudapan dan satu kardus besar
berisi bermacam-macam Roti Kecil.
“Ayah, tidak beli nasi?”
“Tidak.”
“Lahhhhh, sms- ku nggak dibaca.”
“Rapapa. Ngliwet dhisik.”
Saya ceritakan, ternyata kita tak punya nasi. Biasanya
kalau pagi hari nasinya tinggal sedikit, mejikom dimatikan lalu nasi diberikan
pada ayam-ayamnya Faiz. Pagi tadi Ayah memberi pakan kering. Saya pikir nasi di
mejikom masih banyak, soalnya petugas mematikan mejikom adalah Ayah. Tetap bersyukur,
masih ada makanan lain untuk berbuka puasa. (tak perlu mengeluh, pada hari-hari
biasa banyak loh orang yang kelaparan)
Berbuka
dengan Nasi Belum Matang
Kemarin siang sampai sore listrik mati. Aktivitas yang
ada kaitannya dengan sumber arus macet, termasuk menanak nasi. Alhamdulillah,
jam lima kurang seperempat listrik hidup. Saya bergegas menanak nasi dengan
mejikom. Lalu saya meninggalkan rumah untuk membeli sop galantin. Kebetulan suami
membawakan pulang lauk dari sekolah.
Di perjalanan listrik mati lagi. Sampai di rumah gelap
semua. Saya mengambil lilin lalu menyalakannya. Saya membuka mejikom. Alhamdulillah,
ternyata nasi belum matang. Jadilah kami makan nasi belum matang. Tetap bersyukur,
masih ada makanan lain untuk berbuka puasa.
Sukses berbuka puasa hingga Isya belum menyala/hidup
listriknya. Akhirnya saya tertidur setelah shalat Isya. Ketika hampir jam
setengah Sembilan saya bangun, ternyata lampu sudah menyala. Saya mau menulis
agak malas, biasanya kalau hujan-hujan seperti kemarin listrik mati hidup mati
hidup. Daripada nanti di tengah perjalanan menulis, listrik kembali mati lebih
baik nulisnya saya tunda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar