Pedagang Pasar Tradisional dok.pri |
Bijak Mengelola Keuangan Setelah Lebaran #10
Hari Senin besok, aktivitas
berjalan seperti sedia kala. Bagi karyawan yang diberi cuti selama satu minggu,
besok sudah mulai masuk kantor lagi. Bagi pekerja, tak ada alasan menambah
cuti. Harus masuk dan bekerja.
Selama ini saya tidak libur
kerja lo. Setiap hari tetap bekerja meskipun kalender tanggal merah. Setiap hari
saya menulis dan setiap hari memosting tulisan. Iya, penulis itu tugasnya
menulis dan tak boleh berhenti (kecuali ada halangan).
Apalagi kalau sudah memiliki
komitmen menulis tiap hari dengan slogan one day one post. Mau tidak mau dalam
keadaan apapun harus menulis. Justeru di sinilah enaknya, idenya segera
tertuang. Bukankah saat libur kenaikan kelas dan lebaran, banyak peristiwa yang
bisa dituliskan?
Tadi pagi saya berbelanja di
pasar tradisional terdekat. Sebenarnya saya paling malas berbelanja kebutuhan
dapur di pasar. Mengapa demikian? Karena berbelanja di pasar bagi saya membuat
kantong cepat kosong. Meskipun sudah saya tulis barang-barang yang akan dibeli,
tetap saja ada yang dibeli di luar
rencana.
Pedagang Pasar Tradisional dok.pri |
Saya lebih suka berbelanja
sayur dan kebutuhan dapur pada mas-mas pedagang sayur keliling kampung-kampung.
Hanya saja tadi saya belum menemukan mas pedagang sayur yang ganteng dan baik
hati. Suami dengan senang hati mengantar saya belanja di pasar.
Tak banyak yang saya beli,
hanya tempe dua papan, sop-sopan dua ribu rupiah, Lombok, kerupuk dan sate
lontong buat Faiz. Ternyata harga sayuran dan kebutuhan dapur normal-normal
saja, masih wajar, tidak terlalu mahal.
Kalau selama ini yang saya
tahu setelah lebaran biasanya harga kebutuhan pokok masih tinggi. Kali ini
tidak, harga-harga masih normal dan
pasokan cukup. Dan saya hanya membeli sesuatu yang saya butuhkan saja. Saya memakai
kacamata kuda agar tak melirik sana-sini yang bisa menguras kantong.
Sampai di rumah lalu
mendadak jadi koki. Sarapan di rumah adalah langkah tepat untuk menjalankan
program pengiritan. Selain itu memasak bahan-bahan yang ada di dapur untuk
makan siang dan sore akan menjauhkan kita dari pemborosan.
Langkah pengiritan lainnya
adalah tidak bepergian ke tempat wisata. Tempat-tempat wisata di Kabupaten Karanganyar
pada liburan ini sangat padat pengunjungnya. Mengunjungi Grojogan Sewu bagi
penduduk asli Karanganyar pada saat ini adalah tindakan yang kurang
perhitungan. Selain padat pengunjung di tempat wisata, juga tak mungkin sabar
berdamai dengan macet. Bahkan kemarin diberitakan Tawangmangu-Karangpandan
(Karanganyar) macet sampai 3 km. Macetnya ini memang tidak separah Tol Brebes
atau Semarang.
Warung lesehan biasanya
menjadi tempat favorit untuk makan malam. Kalau kita memiliki kolam ikan di
rumah, lebih baik dikuras dan dimasak bareng-mareng daripada makan di warung
lesehan yang harganya selangit.
Masih banyak tindakan
pengiritan yang bisa dilakukan. Intinya, jangan habiskan uang untuk lebaran saja.
Masih ada 21 hari berjalan kebutuhan sehari-hari yang harus dipenuhi. Lakukan pengiritan
sana-sini, agar dompet kita tetap berisi. Kalau pertengahan bulan dompet kita
kosong, kita bisa meringis. Jangan lupa, anak-anak butuh biaya besar untuk
kebutuhan sekolah.
Karanganyar, 10 Juli 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar