Hijau Itu Teduh dok.pri |
Jangan Mengolok-olok Pemakai Gamis
#24
Tahun
1990, ketika saya menjadi mahasiswa baru D3, ada beberapa mahasiswi jurusan
yang sama mengenakan gamis warna gelap dan bercadar. Mahasiswi lainnya juga
memakai gamis warna gelap tapi tidak bercadar. Baik yang bercadar atau tidak,
termasuk mahasiswa yang berhijab atau tidak, semua mengikuti kuliah dengan
berbaur. Tidak ada penbentukan kelompok-kelompok tertentu.
Saya
tidak merasa berbeda dengan mereka. Saya merasa sama saja antara saya dengan
mereka. Kami kuliah dengan mata kuliah yang sama. Bedanya tempat mengaji kita. Saya
tidak perlu menceritakan ini. Yang jelas, kami memiliki pemahaman sedikit
berbeda tentang pemakaian busana. Saya melihat mereka biasa saja. Kalau ada
orang yang berbisik-bisik membicarakan mereka yang bergamis gelap dan bercadar,
itu juga bukan urusan saya.
Kalau
sekarang banyak saya lihat perempuan bergamis gelap dan bercadar, hal itu saya
anggap biasa saja. Selain perempuan, yang laki-laki juga memakai gamis dan
celana panjang cingkrang. Bagi saya, itu tak masalah. Kita memiliki pemahaman
yang tak sama. Kalau kita bisa bertoleransi terhadap pemeluk agama lain, tentu
saja kita juga akan membiarkan yang demikian. Bila kita sudah dewasa, tentu hal
semacam ini tak perlu dibesar-besarkan.
Suatu
ketika, saya mengetahui ada sekolah di bawah yayasan Islam. Kebetulan ustaznya
memakai gamis dan bercelana cingkrang. Sedangkan ustazahnya bergamis warna
gelap dan bercadar. Dengan demikian murid/santrinya juga sama pakaiannya. Hanya
saja santriwati yang masih kecil tidak bercadar.
Saya
tidak merasa asing melihat pemandangan semacam ini. Ah, biasa saja. Tapi ternyata
ada sebagian orang yang melihat anak-anak kecil berpakaian semacam yang saya
sebutkan di atas merasa kurang lazim. Bahkan ada anak yang memakai gamis dan
bercelana cingkrang seperti diolok-olok. Saya rasa orang yang mengolok-olok ini
tidak dewasa.
Ternyata
ada hikmah besar dengan pakaian gamis tersebut. Pertama melindungi/menutup
aurat, kedua terhindar dari pelecehan seksual, ketiga kenyamanan pemakainya. Oleh
sebab itu, hargailah mereka yang telah memutuskan untuk berpakaian bergamis.
Kalau
kita merasa nyaman dengan pakaian kita, tak perlu mengolok-olok orang lain. Kita
boleh berbeda dan tak sama. Kita jugalah yang berhak memutuskan.
Karanganyar,
24 Juli 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar