dok.pri |
Lebaran Tanpa Lombok Rawit
Apa istimewanya membicarakan lebaran hanya dengan tema
sekadar Lombok rawit? Bagi orang lain mungkin hal itu biasa saja tetapi bagi
saya dan keluarga menjadi luar biasa. Mengapa demikian?
Lombok rawit biasa dimakan bersama gorengan, misalnya
sosis, bakwan, tahu, tempe, risoles, tahu bakso, mendoan. Orang menyebut Lombok
rawit sebagai lalapan. Tentu saja Lombok rawit yang dikonsumsi adalah Lombok rawit
hijau yang sudah tua.
Kalau Lombok rawit merah, biasanya digunakan untuk
sambal. Kalau dibuat sambal maka menjadi bermacam-macam namanya. Malah sekarang
ada rumah makan yang menyediakan aneka macam sambal dan dikenal dengan nama
Rumah Makan SS (serba sambal). Umumnya sambal rawit merah ini disediakan pada
pedagang mie ayam, bakso dan soto.
Pada beberapa hari terakhir Bulan Ramadan, kami mau
mengadakan acara bukber. Kebetulan salah satu kudapan yang disuguhkan adalah
tahu. Maka kami membutuhkan Lombok rawit hijau sebagai lalapannya (diceplus
atau digigit). Dulu ketika Ibu kondisinya masih kuat selalu menyediakan sayuran,
bumbu dapur dan Lombok rawit di dalam kulkas tetapi sekarang tak lagi.
Di dalam kulkas tak ada persediaan Lombok rawit. Berarti
kami harus membeli Lombok rawit hijau. Sebab tanpa Lombok rawit, makan tahu
menjadi aneh (bagi yang suka nyeplus Lombok). Akhirnya Ibu membeli Lombok rawit
secukupnya saja. Memang ada sisa sedikit untuk dikonsumsi. Yah, habis dah
lomboknya.
Sehari sebelum lebaran, biasanya Ibu memasak opor ayam
dan sambal goreng krecek. Namun kali ini beda, lebaran kali ini tidak ada
ketupat, tidak ada opor ayam dan sambal krecek. Ibu tidak memasak untuk
lebaran. Yang memasak untuk hidangan lebaran adalah kakak saya. Kakak memasak
sayur asem, dan gurame asam pedas. Sayangnya kakak juga tidak membeli Lombok rawit,
baik hijau maupun merah.
Di rumah Ibu banyak makanan berbahan baku kedele, ada
tahu goreng dan tempe goreng. Makan tahu dan tempe tidak sambil nyeplus Lombok rawit
kok beda banget. Mau membeli Lombok di warung tetangga ternyata warungnya
tutup. Lebaran begini tidak melayani pembeli.
Lebaran tanpa Lombok rawit, memang beda banget. Saya sendiri
sebagai tamu (maksudnya anak yang rumahnya jauh dari Ibu) tak tahu-menahu
tentang isi kulkas. Tahu kalau tak punya Lombok rawit, pasti saya bakal membeli
untuk persediaan.
Siapa yang tak suka makan gorengan sambil nyeplus Lombok?
Rasanya banyak orang yang suka makan gorengan sambil nyeplus Lombok. Semoga lebaran
kedua sudah ada pedagang sayuran yang mulai berjualan.
Yogyakarta, 6 Juli 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar