Kemah di rumah dok.pri |
Faiz
Saat Hari Pramuka di Bumi Perkemahan
Sore
ini, Faiz ikut ayah ke bumi perkemahan, Delingan, Kabupaten Karanganyar. Saya tidak
ikut serta sebab saya harus menjemput kakak Faiq yang mengikuti les tambahan. Biasanya,
ayah pulang ke rumah setelah Isya’. Istirahat di rumah sebentar lalu kembali ke
buper lagi.
Tepat
satu tahun yang lalu, saya dan Faiz ikut di buper sejak sore. Ayah menyiapkan
semuanya untuk murid-muridnya, terutama menyiapkan lampu penerangan. Giliran saya
mengikuti Faiz ke mana dia melangkah. Saya khawatir, meskipun buper terang
tetap saja situasinya lain.
Tiba-tiba
Faiz rewel, mulai minta yang aneh-aneh. Memang di buper banyak pedagang yang
berjualan makanan dan minuman. Saya tidak terbiasa membelikan Faiz jajanan di
keramaian. Tujuannya agar Faiz tidak sering minta jajan bila bepergian.
Memang
Faiz tidak minta makanan dan minuman, dan inilah anehnya. Faiz menunjuk suatu
arah. Katanya tempatnya terang, ada penjual mainan. Saya bilang gak ada. Taapi dia
tetap ngotot. Padahal yang ditunjuk bukan tempat yang terang benderang. Dan saya
berusaha mengikutinya.
“Itu
tempat yang gelap, Le.”
“Mama
ki lo. Itu ada penjualnya, yang membeli juga banyak.”
“Mana?
Nggak ada.”
Saya
mengikuti langkahnya. Lalu saya bilang dengan tegas. “Faiz, itu tempatnya
gelap. Gak ada pedagangnya.”
“Tadi
di sini ada rame-rame. Ada yang membeli jajanan.”
Faiz
saya pegang, lalu saya gendong.
“Faiz,
dengarkan mama. Ini tempatnya gelap. Faiz bilang terang. Yang terang sebelah
sana.”
Saya
menunjuk tempat yang terang. Ada banyak pedagang yang menjajakan dagangannya.
“Ah
aku salah, Ma.”
Saya
lega. Ternyata tidak seperti yang saya duga sebelumnya. Saya takut Faiz bisa
melihat “sesuatu” lagi seperti ketika masih kecil.
Akhirnya,
saya harus membelikan minuman untuk Faiz. Agar dia tak rewel lagi. Ketika saya
ceritakan kejadian barusan pada suami, suami tersenyum.
“Gak
papa. Maksudnya Faiz barangkali mau menunjuk tempat orang jualan makanan dan
minuman. Nah karena saking banyaknya orang, saking banyaknya tempat yang terang,
saking banyaknya suara dan pengeras suara itulah yang membuatnya bingung,”kata
suami.
00000
Hari
ini saya sempat khawatir, Faiz dan suami belum juga pulang. Pikiran saya, kalau
di jalan nanti mengantuk terus bagaimana? Saya mengirim pesan lewat sms. Sms tidak
dibalas, tidak sampai 10 menit kemudian, suara sepeda motor masuk garasi
terdengar. Alhamdulillah, mereka sudah sampaai rumah.
Faiz
saya ajak tidur. Setelah istirahat sebentar, suami pamit akan ke buper lagi. Semoga
selamat sampai tujuan. Sebenarnya saya kasihan pada suami. Tiap ada kegiatan
sekolah/kecamatan selalu kurang istirahat. Tapi suami selalu menenangkan saya,”Namanya
juga bekerja. Sudah dibayar Negara, ya harus bertanggung jawab.”
00000
Karanganyaar, 12
Agustus 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar