dok.pri |
AH
TENANE
Aksi
Hanoman
Oleh
: Noer Ima Kaltsum, S.Pd.
Belum
lama ini, Koplo, Gembus dan kawan-kawan mementaskan sendratari singkat
Rama-Sinta. Pentas diadakan di Jl. Lawu, Jaten untuk menyambut datangnya
Estafet Tunas Kelapa dari Solo.
Di
hadapan tamu undangan yang menunggu ETK, Koplo dan sohib-sohib beraksi,
pertunjukan dimulai. Ada tiga kera, Hanoman, kera merah dan kera kuning.
Saat itu waktu masih pagi. Karpet digelar di pinggir jalan. Pertunjukan sukses.
Penonton dan tamu undangan bertepuk tangan.
Setelah
ETK tiba di Jaten, ternyata Bapak Camat setempat meminta Koplo dan kawan-kawan
pentas lagi. Koplo dan kawan-kawan beraksi lagi. Kali ini lebih semangat,
bahkan permainan 3 kera termasuk Hanoman sangat aktif. 3 kera melompat ke
sana-kemari.
Setelah
pertunjukan selesai, akhirnya Koplo dan kawan-kawan meninggalkan panggung
dadakan. Mereka kemudian maksi di warung makan.
“Kenapa
kakinya pincang pak Koplo?”Tanya Cempluk
“Iya
nih Bu Cempluk, tiga kera tadi kakinya lecet-lecet.”
“Pertunjukan
yang sukses, bukan?”
“Jelas,
donggg,”kata Gembus.
“Kita
2 kali main. Pertunjukan kedua lebih atraktif dibanding pertunjukan pertama.”
“Kenapa?”Tanya
Cempluk penasaran.
“Pertunjukan
pertama masih pagi, aspal belum panas. Nah pertunjukan yang kedua, udara panas,
aspal panas, padahal karpetnya sempit. Kami tak memakai alas kaki. Nah, biar
nggak kepanasan kakinya, kami lompat-lompat dengan sigap. Itu bukan atraktif/menghayati
peran, tapi karena kepanasan. Hasilnya, kaki lecet-lecet.”
Oh,
kirain atraktif dan menghayati peran, padahal menahan panas. Kasihan Koplo dan
kawan-kawan. *******
Ini naskah aslinya!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar