Cilok Idul Adha |
Cilok Bandung Sumber : http://www.resepmasakanindonesia.me/cara-membuat-cilok/ |
Setiap
Idul Adha, saya dan suami selalu menyempatkan diri ke rumah kerabat jauh di
desa. Tujuannya adalah berbagi daging kurban. Biasanya keluarga saya
mendapatkan jatah daging kurban dari masjid terdekat dan dari sekolah tempat
suami bekerja. Kalau Dhenok mendapatkan jatah dari sekolahnya, dimasak
bareng-bareng dengan temannya.
Saya
tidak ingin berlebihan mengkonsumsi daging kurban, secukupnya saja. Dan saya
juga tidak mau berlama-lama menyimpan daging kurban di dalam freezer. Bagi saya,
daging kurban cepat habis itu lebih baik. Satu-satunya jalan untuk mempercepat
kosongnya freezer dari daging kurban adalah sesegera mungkin didistribusikan.
Sore
hari, saya membawa 2 bungkus jatah saya ke rumah kerabat. Kebetulan, kerabat
saya dan anak-anaknya yang sudah menikah, rumahnya hanya berdekatan saja. Satu bungkus
besar saya berikan ke Bu lik dan satu bungkus ukuran kecil saya berikan untuk
anaknya.
Nah,
anak dan menantu Bu lik ini pekerjaannya adalah berjualan cilok dan es secara
keliling. Pada jam istirahat sekolah, anak dan menantu Bu lik berjualan di SD
terdekat. Cilok yang dijual ukurannya kecil dan bahan bakunya juga sederhana. Tepung
kanji, bawang putih, garam dan bumbu penyedap rasa adalah bahan bakunya.
Cilok-cilok
yang sudah jadi ukuran kecil sebesar kelereng dijual dalam bentuk rebus atau goreng.
Lalu diberi saus, kecap atau rasa lainnya (balado atau pedas). Namanya juga
melayani anak-anak dan pasarnya adalah orang-orang beruang terbatas, maka harga
cilok sangat terjangkau.
Biasanya
ketika pulang saya diberi cilok dalam jumlah banyak. Dulu saya kewalahan kalau
diberi cilok banyak. Tapi 3 tahun terakhir, saudara saya memberi saran kalau
cilok tersebut digoreng setelah dilumuri telur kocok. Ternyata rasanya mantap. Kalau
tidak langsung digoreng semua, maka sisanya bisa disimpan di kulkas.
Bagi
saya, cilok tak perlu berlama-lama istirahat di kulkas. Ketika Dhenok mau
bakar-bakar satai di rumah temannya, dia minta cilok yang ada di kulkas. Saya bawakan
cilok dan telunya. Biar Dhenok dan teman-temannya menggoreng sendiri.
Ketika
pulang dari rumah temannya, Dhenok bilang temannya suka cilok yang dibawanya
dan ketagihan. Cilok oh cilok. Cilok yang diberikan oleh saudara saya ini saya
namakan cilok Iduladha karena saya miliki pas Iduladha. Sepertinya cilok goreng
ini cocok kalau dicelupkan ke dalam bumbu pecel daripada saus sambal.
Mau
dicelupkan ke dalam sambal pecel atau saus pedas dan kecap semua tergantung
selera masing-masing orang. Kalau saya sih sukanya cilok tinggal makan, gratis
pula (ah, kalau begitu banyak temannya).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar