Semangat! dok.pri |
Estafet
Tunas Kelapa, Lingkungan Tetap Bersih
Saya
sering mengerjakan sesuatu untuk dicontoh. Istilahnya adalah mengajak. Kegiatan
mengajak adalah kegiatan yang kita lakukan untuk ditiru orang lain. Saya cenderung
tidak memerintah. Kepada anak-anak dan suami, saya juga tak mau menyuruh.
Mungkin
saya sudah berulang-ulang menuliskan tentang kebaikan membuang sampah pada
tempatnya dan dipilah-pilah terlebih dahulu. Sampah dipilah dan dikelompokkan
menjadi sampah organic dan non organic.
Kalau
yang organic, bila masih memungkinkan maka ini jatahnya ayam-ayam Thole. Sedangkan
yang non organic saya kelompokkan ke dalam plastic, kertas dan bukan plastic-kertas.
Tentu saja yang tak bisa saya manfaatkan lagi, saya buang di tempat sampah
akhir. Yang masih bisa dimanfaatkan, biasanya saya kumpulkan. Bukan saya bawa
ke bank sampah, melainkan saya tawarkan kepada pemulung yang biasa lewat. Biarlah
mereka memanfaatkan barang yang sudah tak saya pakai lagi.
Semua
itu saya lakukan bila berada di rumah. Kalau di tempat lain/tempat umum, paling
tidak saya hanya akan membuang sampah di tempat yang telah disediakan. Bila tak
ada tempat sampah, sampah akan saya bawa pulang. Kebiasaan ini ternyata diikuti
kedua anak saya.
Hari
Rabu, 7 September 2016 di Karanganyar ada kegiatan yang menyita perhatian banyak
orang. Baik dunia pendidikan maupun non pendidikan. Ya, ada Estafet Tunas
Kelapa (ETK) yang merupakan Gerakan
Pramuka yang diselenggarakan tiap tahun. Jadi ini merupakan rutinitas.
Dua
hari sebelumnya di sekolah diadakan diskusi untuk menyambut ETK. Ada beberapa
guru yang bertugas untuk memberikan air mineral buat peserta ETK. Ada yang
lucu, yakni usul seorang teman untuk peserta yang telah minum air untuk membuang
kemasan plastic di pinggir jalan. Saya langsung protes.
“Saya
tidak setuju. Sebaiknya dari kita dibagi, ada yang menyerahkan air mineral dan
ada yang mengumpulkan kemasan plastic, lalu dimasukkan ke dalam kantong plastic.
Atau biarlah wadah yang sudah kosong dimasukkan ke dalam kantong celana peserta
ETK.”
Akhirnya
disepakati, sebagian guru mengumpulkan wadah plastic dari peserta ETK dan
dimasukkan dalam kantong plastic. Inilah perilaku cinta lingkungan. Cinta lingkungan
sebagian dari Iman.
Setelah
berada di lapangan, ternyata sebagian anggota Pramuka sebagai relawan
mengumpulkan botol bekas, wadah plastic yang digunakan peserta ETK. Cinta lingkungan,
membuang sampah pada tempatnya adalah gaya hidup. Gaya hidup sehat mulai dari
diri sendiri. (SELESAI)
Karanganyar,
11 September 2016
http://www.kompasiana.com/noerimakaltsum/estafet-tunas-kelapa-lingkungan-tetap-bersih_57d578dc6323bd584a80c648
Tidak ada komentar:
Posting Komentar