Noer Ima Kaltsum : Jangan
Menunda Menulis
dok.pri |
Saya
menghidupkan hape. Ketika saya klik WA, WA diserbu pesan masuk banyak sekali dari group WA dan chat
pribadi. Ada yang membuat saya ingin bersegera melihat chat. Dari Ustazahnya si
Thole sing bagus dewe. Isinya : Bu, ni faiz katanya sakit perut, mau dijemput
tidak? #Astaghfirullaah. Glek! Pesan dikirim pukul 10,15, sedangkan saya
membuka hape pukul 12.30.
Tanpa
pikir panjang saya langsung menelepon suami. Saya meminta suami untuk segera
menjemput Thole, tidak pakai nanti. Loh, kok bukan saya yang langsung
menjemput. Huh, nggak tanggung jawab!
Saya
bilang kepada teman-teman panitia MID kalau anak saya di pondok sakit. Rata-rata
mereka menganjurkan saya untuk segera pulang. Saya bilang kalau suami sudah
meluncur ke pondok.
Tugas
siang ini adalah lembur untuk menyelesaikan menyiapkan soal, lembar jawaban dan
lain-lain yang akan digunakan untuk MID. Terpaksa saya tidak lembur sampai
selesai semua. Saya harus pulang.
Meskipun
saya sudah minta kepada suami untuk menjemput Thole, akhirnya saya juga ke
pondok. Saya bertemu wali kelasnya. Menerima penjelasan sang wali kelas, saya
menceritakan yang terjadi pada pagi hari. Thole memang bilang perutnya sakit
(BAB encer). Makannya tidak bernafsu, tidak seperti biasanya.
Sampai
di rumah, si Thole kelihatan lemas. Sedikit kuyu, badannya panas. Sore hari
saya periksakan ke dokter. Di rumah makanan dan minuman yang baru saja masuk
keluar semua, muntah. Saya paksa untuk makan 2 sendok saja memakai keripik
usus. Alhamdulillah tidak muntah. Sebelum
tidur, Thole minta untuk makan nasi lauk keripik usus lagi.
Thole
terus bleksek, klipuk, tidur manis. Giliran saya akan menulis. Menyelesaikan tugas
membaca buku. Ceritanya mau ikut lomba menulis karya ilmiah yang diselenggarakan
Perpustakaan Karanganyar. Sebenarnya saya tahu sudah sejak lama. Biasalah,
menunda dan menunda. Padahal jauh hari
bisa dicicil menulis sehari satu halaman. Coba, 30 hari 30 halaman ya kan?
Tapi
memang sensasinya kalau menulis itu di depan pintu DL. Ah, mungkin karena saya
masih belum bisa diajak bekerja ber-DL. Bekerja ber-DL, kasihan anak-anak dan
suami. Mereka bakal protes keras.
Semoga
masih ada waktu untuk menulis dan menuntaskan buku bacaan. Sabar-sabar, ini
menulisnya juga sambil mengawasi si Thole. Sebentar-sebentar pegang dahi dan
lehernya Thole, sudah meredakah suhu badannya?
Sepertinya
tidurnya nyaman, tidak gelisah. Anteng ya le, mesakke mami nek dirimu panas. Lekas
sembuh cah bagus, terus besok ngopeni ayam yang terlantar seharian ini.
Karanganyar,
26 September 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar