Ibu dan Bapak tinggal di Dukuh, Kalurahan Gedongkiwo. Dukuh dan Gedongkiwo adalah kampung yang bersebelahan. Di Gedongkiwo ada tempat yang menarik bagi wisatawan mancanegara. sekitar tahun 80-an, tempat tersebut sangat ramai pengunjung.
Para wisatawan yang sering disebut bule tersebut melihat pertunjukan wayang di Agastya, Gedongkiwo, Yogyakarta. Dulu, saya sering melihat para bule naik becak menuju Agastya. 30 tahun telah berlalu. ternyata keramaian Agastya oleh turis asing kini tak terlihat lagi.
Beberapa hari yang lalu, seorang teman membuat status tentang Bubarnya Agastya. Ketika saya mencari tahu tentang Agastya Gedongkiwo, ternyata mbah Google tidak memberikan jawaban yang memuaskan. Artinya artikel /tulisan tentang Agastya tidak saya temukan.
Inilah status teman yang ditulisnya:
Bubarnya Yayasan Kesenian Agastya yang
terletak di Gedongkiwo Mj I/1031 Yogyakarta, entah apa penyebabnya bagiku
sangat menyedihkan. Di situlah tempat pertunjukan wayang kulit dan wayang golek
kemasan.
Warga sekitar dapat menonton gratis, juga
sebagai ajang penampilan dalang muda dari SMKI untuk praktek, wiyogo, sinden
dapat selalu tampil berpakaian adat lengkap, ramah santun kepada semua
pengunjung wisatawan domestik maupun internasional.
Catatan pengunjung wisatawan asing di yayasan
kesenian Agastya sewaktu aku masih duduk dibangku kuliah : Tahun 1990 = 7.120
orang, Tahun 1991 = 5. 318 orang, Tahun 1992 = 4.924 orang. Sekarang sudah
berkurang "something to see" , jarang bahkan tak kelihatan lagi
wisatawan asing naik becak ampyak-ampyak-an lewat Pojok Beteng Kulon sebelum
jam 15.00 wib.
Sekecil apapun tempat itu
sangat bermanfaat budaya bagi warga sekitar, dan keunggulan komparatif bagi
orang manca, tak ada lagi, menyedihkan.
*****
Suatu saat saya akan menulis tentang Agastya, menurut hasil pencarian berita saya.
Karanganyar, 8 September 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar