Pengerjaan Kipas dok.pri |
Suvenir
Kipas dari Jipangan, Kasongan, Bantul, DIY
Saya
gagal memahami rencana dadakan suami. Pagi Minggu, 4 September 2016, setelah
sarapan, saya dan Thole diajak suami naik sepeda motor menuju Madukismo. Kebetulan
ada barisan truck pengangkut tebu yang antri di bagian penimbangan. Thole
sangat suka, karena momen ini sangat berarti baginya. Saya bisa menjelaskan
tahapan pembuatan gula.
Perjalanan
dilanjutkan ke Kasongan lalu ke Selarong. Dan yang terakhir tujuannya adalah ke
Pantai Baru-Pantai Kwaru. Beberapa waktu yang lalu, saya sudah menceritakan
perjalanan ke Selarong. Untuk Pantai Baru-Pantai Kwaru, perjalanan kami hentikan
padahal sudah hampir sampai obyek wisata. Maklum, Thole tidak mau karena merasa
pernah saya ajak.
Bambu sebagai bahan baku dok.pri |
Kali
ini saya mau menulis tentang suvenir kipas yang diproduksi di Jipangan,
Kasongan, Bantul, DIY. Ketika melewati sentra industry gerabah, saya jadi ingat
ketika SMA mengikuti ekstrakurikuler KIR. Anggota KIR mengadakan observasi ke
Kasongan. Di sepanjang pinggir jalan dan kampung-kampung, sebagian besar
dijajakan aneka macam gerabah dan keramik.
Perjalanan
dilanjutkan menuju kampung yang belum pernah saya lewati. Suami menawarkan pada
saya untuk bertanya-tanya pada salah satu warga yang memroduksi kipas untuk suvenir.
Kebetulan saya melihat seorang anak yang tengah membuat kipas dari bambu. Bahan
baku kipas ini adalah bambu dan kain perca.
Dijemur agar awet dok.pri |
Saya
minta izin pada anak tersebut untuk sekadar melihat aktivitasnya. Bersyukur,
saya bisa bertemu langsung dengan bapaknya. Sebut saja Mas Tomo, usia 42
tahun. Sudah lebih dari 10 tahun Mas
Tomo memroduksi kipas. Mas Tomo menerima pesanan kipas untuk suvenit
pernikahan. Bekerja sama dengan anggota paguyuban, membuat usaha pembuatan
kipas semakin maju.
Mas Tomo, 42 tahun dok.pri |
Dengan
mengikuti paguyuban, pesanan akan mengalir begitu saja. Mas Tomo, isteri dan
anaknya membuat kipas mentah (finishing dilakukan oleh orang lain). Sambil mengobrol,
saya melihat anaknya Mas Tomo dengan cekatan memroses pembentukan kipas dengan
alat tertentu dan pisau yang sangat tajam.
Ukuran
kipas juga bervariasi. Saya tidak sempat menanyakan harga kipas per buahnya. Kebetulan,
di sini Mas Tomo juga tidak menunjukkan kipas yang sudah jadi. Atau mungkin
tempat ini khusus untuk memroses pembentukan dan pengeringan saja. Sedangkan untuk
finishing dilakukan di tempat lain.
Menurut
pengakuan Mas Tomo, usaha pembuatan kipas ini sangat membantu perekonomian
warga. Hampir tiap rumah memroduksi kipas. Saya melihat potongan bamboo di
sekitar rumah penduduk. Apapun, bisa
dilakukan untuk menambah uang dapur, uang jajan dan memenuhi kebutuhan
sehari-hari, asal mau berusaha.
Kipas Bambu dok.pri |
Pemesan
kipas ini tidak hanya sebatas orang Bantul saja, melainkan luar kota juga. Apalagi
setelah ada medsos. Pemesanan lebih praktis. Pengiriman barang juga mudah. Semoga
usaha ini semakin berkembang.
Setelah
selesai bincang-bincang, saya melanjutkan perjalanan ke Gua Selarong.
Karanganyar,
9 September 20116
Tidak ada komentar:
Posting Komentar