Dunia milik berdua, yang lain ngontrak dok. Mbak Sudiyati-Mas Waljiman |
Sore
tadi saya dikirimi pesan lewat inbox oleh tetangga saya di Yogyakarta. Sungguh kabar
yang membuat saya menitikkan air mata haru. Betapa tidak? Kabar bahwa Ibu dan
Bapak ikut jalan-jalan bersama tetangga lansia lainnya ke hutan pinus Imogiri. Sungguh,
di luar dugaan saya.
Sudah
2 kali tetangga saya (dulu suaminya) mengabarkan bahwa Ibu dan Bapak ikut
rombongan jalan-jalan. Beberapa bulan yang lalu Ibu dan Bapak diajak
jalan-jalan ke Suramadu dan Masjid Turen, Malang. Mungkin lelah, tapi
kelihatannya Ibu dan Bapak sangat bahagia.
Apa istimewanya
jalan-jalan bersama rombongan (tetangga)? Ya, karena Ibu dan Bapak tak muda
lagi. Ibu usianya 70 tahun sedangkan Bapak 74 tahun. Di usia itu mereka bisa
berdua tanpa anak-anak, menikmati perjalanannya.
Ah,
itu sederhana. Itu biasa. Mungkin sebagian orang akan mengatakan seperti itu. Tapi
bagi saya tidak. Itulah waktu istimewa buat Ibu dan Bapak. Dahulu Ibu dan Bapak
tak mengenal piknik atau menghilangkan penat. Waktu mereka dihabiskan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga yang tidak sedikit. Kalau sekali tempo bepergian,
itu artinya menabung berbulan-bulan!
Bersama orang-orang yang saling memberi perhatian di usia senja dok. Mbak Sudiyati-Mas Waljiman |
Enam
anak-anak Ibu dan Bapak membutuhkan biaya sekolah, uang saku, dan lain-lain. Dahulu
belum ada dana BOS, tidak ada KIP (Kartu Indonesia Pintar) dan
kemudahan-kemudahan untuk mendapatkan beasiswa. Untuk anak yang bersekolah di
negeri memang ada keringanan atau bebas SPP. Saya dan saudara saya juga
mendapatkan keringanan SPP, besarnya 50%.
Kembali
ke bahagianya Ibu dan Bapak menikmati masa tua. Ya, sudah 52 tahun Ibu dan
Bapak mengarungi bahtera rumah tangga. Suka dan duka, sedih dan bahagia,
membesarkan, merawat dan mendidik anak-anak. Kami pantas bangga memiliki orang
tua yang secara materi kekurangan namun cinta dan kasih saying mereka telah
membuat kami tangguh dan berhasil.
Di usia
senja ini, masa tua, Ibu dan Bapak hanya ingin melihat kami bahagia. Melihat kami
menjadi sholeh dan sholehah. Kami selalu mendoakan untuk kesehatan Ibu dan
Bapak. Demikian pula Ibu dan Bapak selalu mendoakan kami menjadi yang istimewa.
Tak ada
yang bisa kami lakukan lebih banyak. Saudara-saudara saya yang tinggal di
Yogyakarta dan ketika berada di rumah Ibu dan Bapak, berusaha membahagiakan Ibu
dan Bapak dengan cara mengajak beliau berdua “keluar rumah”, jalan-jalan atau
makan di luar. Kalau saya biasanya hanya bisa membawakan makanan dan minuman
kesukaan Ibu dan Bapak, hehe.
Di usia
senja ini Ibu dan Bapak bahagia bersama anak-anak dan tetangga yang baik hati
dan penuh perhatian. Kami, anak-anak, sayang Ibu dan Bapak.
Karanganyar, 22
Oktober 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar