Kalau
Raju menanyakan sang guru tenisnya tanpa henti, bahkan pakai edisi mewek juga,
Maharani tak bisa berbuat apa-apa. Meskipun Mahendra sudah berulang-ulang
ditelepon, tetap saja tidak diangkat. Dan seperti biasa, pesan sms juga tidak
segera dibalas. Maharani memberikan alasan yang agak masuk akal. Tidak ada
sinyal.
Raju
memang sangat dekat dengan guru olahraganya daripada dengan guru kimia. Bila guru
olahraga belum ada di rumah, sudah pasti Raju akan rewel. Tapi, bila guru kimia
tidak ada di rumah, Raju tak begitu mempersoalkan. Akan tetapi ada
perkecualiannya lo, yaitu ketika sakit tetap saja Maharani yang dicari.
Seperti
biasanya bila hari Sabtu, Mahendra pulang agak sore. Mahendra mendampingi
siswanya yang latihan Pramuka. Oleh karena
tidak begitu repot, kadang Maharani mengantar Raju untuk menemui ayahnya di
perguruan. Maharani terus pulang, beres-beres rumah dan mengerjakan pekerjaan
lainnya.
Yang
jadi masalah kalau Mahendra mendampingi kegiatan siswa-siswanya di luar
sekolah. Seperti kemah dan Jumbara beberapa waktu yang lalu. Maharani bukan
tidak percaya pada Mahendra. Demi sang buah hati, Maharani nekat untuk ikut
serta dalam kegiatan Mahendra. Semua dilakukan agar Raju tidak rewel.
Tiap
acara kemah, Mahendra selalu pulang tengah malam atau dini hari. Sebelumnya,
siangnya tidak bertemu Raju. Jadilah Raju rewel, kehilangan pegangan (halah,
pegang tangan Maharani juga bisa kok).
Bila
ikut serta di bumi perkemahan atau tempat kegiatan, Raju tidak bisa diam. Selalu
saja ke sana kemari. Maharani melihat Raju rasanya lelah sekali, tapi
sepertinya Raju biasa-biasa saja.
Waktu
Jumbara, Mahendra sulit dihubungi. Biasanya pulang tengah malam. Tapi sudah jam
setengah empat pagi, Mahendra belum juga pulang. Maharani menelepon Mahendra. Ketika
diangkat, Maharani minta Mahendra segera pulang karena Raju rewel.
00000
Hari
Sabtu, Maharani dan Raju libur. Maharani ingin ikut ke tempat
diselenggarakannya Jumbara. Mahendra mengizinkan. Jadilah mereka bertiga
melakukan perjalanan ke desa. Hari Sabtu itu, acara penutupan Jumbara.
Ternyata
waktu yang ditempuh lama, jalannya juga menanjak tajam. Maharani mengajak
ngobrol Raju dan menjelaskan tentang pekerjaan Ayahnya.
“Kasihan
Ayah.”
“Iya,
oleh sebab itu kalau Ayah bekerja dan tak segera pulang, kamu jangan rewel. Lihat,
jalannya seperti ini. Kalau malam gelap gulita.”
Sampai
di lokasi, tenda-tenda sudah dilipat. Peralatan yang digunakan sudah dikemasi,
tinggal menunggu mobil jemputan. Sore sebelumnya sampai malam hari hujan turun
deras. Jadilah lapangan becek.
Meskipun
becek, Raju tetap saja mengikuti langkah Mahendra. Pada akhirnya baju kotor
kena cipratan air campur tanah, sepatu kotor.
Semakin
siang semakin panas. Raju tetap tidak bisa diam. Setelah upacara penutupan
selesai, Raju ikut mobil yang menjemput peserta Jumbara. Mobil tersebut milik
adik Mahendra.
Sesekali
Maharani dan Raju ikut serta dalam kegiatan Mahendra. Tujuan Maharani
mengikutsertakan Raju dalam kegiatan tak resmi ini agar Raju tahu pekerjaan
guru tenisnya. Tidak hanya rewel kalau ditinggal guru tenisnya yang super sabar
ini.
Walapun
Raju belum sepenuhnya paham, paling tidak sedikit-sedikit tahu pekerjaan Ayahnya.
00000
Karanganyar, 16 Oktober
2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar