Noer Ima Kaltsum : Rezeki
Kayu Jati di Kebun Desa
Bukan hutan jati, melainkan pinus dok.pri |
Namanya
tanah ternyata juga akan menemukan jodohnya. Tanah, walaupun dikejar kalau
belum jodohnya juga tidak mungkin kita miliki. Demikian juga bila tanah itu
memang berjodoh dengan kita, ternyata tanah akan mendatangi kita. Sungguh,
cerita tentang perjodohan orang dengan tanah adalah benar adanya.
Kisah
Maharani dan Mahendra ini contohnya. Sebenarnya bukan hanya Maharani, kakak
perempuannya Maduri juga demikian. Maduri tiba-tiba ditawari tanah beserta
bangunannya oleh tetangga samping rumah orang tuanya. Dua kapling sekaligus
dengan harga murah, tanpa tawar-menawar. Beberapa tahun kemudian, Maduri
mendapatkan tawaran rumah tetangga depan rumah orang tuanya.
Dulu
ketika Maduri dan saudara-saudaranya masih kecil dan remaja, rumah orang tuanya
terlalu sempit dihuni 8 orang. Sekarang di saat semua sudah meninggalkan rumah
orang tua, kok tetangga sebelah dan depan rumah pindah dan rumah ditawarkan
pada keluarganya. Ternyata tanah memang akan menemukan jodohnya atau orang
menemukaan tanah yang sudah menjadi jodohnya.
Maharani
dan Mahendra memilih hidup sederhana. Mereka tak pernah bangga dengan apa yang
dimilikinya. Semua hanya titipan. Dan titipan itu sewaktu-waktu akan diambil
pemilik yang sebenarnya. Oleh sebab itu Maharani dan Mahendra kelihatan
menikmati hidup sederhananya.
Sebagai
anak tertua dan kedua orang tua telah tiada, Mahendra selalu bermusyawarah
dengan ketiga adik-adiknya. Di kala kedua orang tua Mahendra masih hidup,
mereka tak pernah sekalipun membicarakan “rencana Warisan” untuk anak-anaknya. Dengan
musyawarah tersebut, Mahendra berharap tidak ada rasa iri dan merasa
diperlakukan tidak adil.
Mahendra
justeru membiarkan ketiga adiknya memilih lokasi/tanah yang disenangi milik
orang tuanya. Mahendra tidak mengatur ketiga adiknya. Baginya, kerukunan yang
menjadi prioritas.
Setelah
berembug, ternyata ketiga adiknya memilih tanah di pinggir jalan raya, Jalan
Solo-Tawangmangu. Lokasi yang sangat strategis untuk mendirikan usaha. Lantas di
mana tanah yang Mahendra dapatkan? Mahendra mendapatkan tanah di desa. Jauh dari
keramaian kota. Tanah tersebut berupa kebun dan biasa ditanami sayuran/palawija
oleh orang desa. Dan untuk hasil kebunnya, keluarga Mahendra tidak mendapatkan
apa-apa. Kalau sedang beruntung, mendapat kiriman hasil kebun. Jumlahnya tak
seberapa.
Di atas
kebun tersebut terdapat beberapa batang pohon tahunan. Dan salah satu pohon
yang bisa diambil manfaatnya adalah pohon jati. Pohon jati yang usianya 20
tahunan.
Beberapa
waktu yang lalu, Mahendra pernah ditawari tanah oleh kenalannya. Maharani
menolak. Maharani tahu kalau tanah tersebut bermasalah. Lagi pula Maharani
tidak memiliki sejumlah uang yang harus dibayarkan. Mahendra ingin membeli
tanah tersebut dengan cara berhutang. Sekali lagi, Maharani menolak. Buat apa
memiliki tanah kalau hutang menumpuk lalu tiap bulan sebagian besar gajinya
dipakai untuk membayar hutang? Hidup tak nyaman karena hutang. Tidur tak lagi
nyenyak karena tagihan hutang.
Bagi
Maharani, tanah dan rumah yang dibangun di atasnya sudah lebih dari cukup. Dunia
itu kalau dikejar, tidak akan ada habisnya. Prinsip Maharani hidup itu yang
secukupnya saja, tidak berlebihan.(Ora sah ngaya)
Baru-baru
ini Mahendra ditawari tanah oleh seorang kerabat. Kebetulan kerabatnya
membutuhkan uang. Kalau yang ini Maharani sangat setuju. Semoga tanah yang
dibeli ini membawa keberkahan. Tanah yang masih berupa sawah dan lokasinya
dekat dari rumah tersebut bisa digunakan untuk bercocok tanam. Cocok untuk
menyalurkan hobi Maharani. Kalau musim hujan ditanami padi, lumayan kan
hasilnya. Tidak perlu membeli beras.
Kalau
kebun warisan ada beberapa batang pohon jatinya, di sekitar rumah Maharani ada
3 batang pohon jati. Sebenarnya 14 tahun yang silam, Maharani sudah menyarankan
pada Mahendra untuk menanam pohon jati di sekitar rumah. Misalnya ada 10 batang
pohon jati, ya hasilnya lumayan. Kalau bukan Maharani dan Mahendra yang
memanen, bukankah bisa dinikmati oleh anak cucu?
Mungkin
mulai saat ini, Mahendra harus memiliki program satu orang 3 batang pohon jati.
Tugasnya adalah memupuk dan menyiram. Biarkan pohon-pohon itu tumbuh dan hidup
dengan sentuhan pemiliknya. Semoga pohon-pohon jati tersebut memberikan
manfaat.
Semoga
bermanfaat.
Karanganyar, 1
Oktober 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar