dok.pri |
Membeli
sesuatu di warung tetangga lebih irit. Lebih irit bukan berarti karena lebih
murah lo. Lebih irit karena kita akan berbelanja seperlunya saja. Tidak mabuk
ambil barang, mengapa demikian?
Sekilas
cerita: saya biasa berbelanja di pasar tradisional untuk keperluan mingguan. Biasanya
saya mengajak anak saya yang beranjak ABG. Dari mencari sayur, lauk, jajanan,
sembako, Dhenok sangat menikmati dan tidak mengeluh. Biasanya terakhir tempat
yang kami tuju adalah penjual makanan/minuman grosir. Dhenok ketika masih kelas
5-6 SD berjualan makanan kecil dan minuman ringan di kelas. Jadi baginya
membeli makanan/camilan di kios grosir lebih asyik dan menguntungkan.
Nah,
kalau persediaan di rumah tiba-tiba habis karena belum berbelanja lagi di
pasar, saya akan berbelanja di warung tetangga. Selain itu sengaja beberapa
barang saya beli di warung tetangga. Tujuan saya adalah untuk mendistribusikan
uang tidak hanya pada satu titik. Selain itu untuk menjaga silaturahmi.
Oleh
karena menjadi pelanggan di warung tetangga, bila saya mengalami kesulitan
(bukan keuangan) tetangga juga akan ringan untuk mengulurkan tangan membantu
keluarga saya. Kalau saya hitung-hitung membeli barang di warung tetangga juga
irit lo.
Membeli
di warung tetangga tidak perlu membawa dompet. Uang kita masukkan saku atau
digenggam saja, datang ke warung, beli barang yang kita perlukan, selesai lalu pulang. Jarang kita akan melirik sana-sini
terus jadi kepingin beli barang lain yang tidak kita butuhkan saat itu. Kita akan
menahan diri, karena uang yang kita bawa terbatas.
Berbeda
kalau kita membeli barang di pasar tradisional/toko. Seminimal berapa pun,
pasti kita membawa dompet/tas untuk mengamankan uang kita. Sering kita berburu
barang yang harganya murah, ada diskon, lalu kita tumpuk-tumpuk di rumah. Lirik
sana lirik sini, kepincut barang yang tak penting-penting amat tapi menarik. Kita
rakus memborong barang, baik yang kita perlukan atau sekadar kita inginkan
karena harganya murah. Saking banyaknya barang yang kita beli dan terlalu lama
di rumah, kadang barang tersebut sudah melewati masa kadaluwarsa. Akhirnya dibuang
juga.
Kalau
di pasar tradisional/toko bila kita membeli dalam jumlah sedikit maka sebagian
besar harganya juga harga eceran bukan harga grosir. Kadang-kadang kita hanya
membutuhkan sedikit saja. Kalau kita beli banyak dengan harga murah, toh
sisanya juga akan mubazir. Berbeda kalau kebutuhan kita memang banyak, maka
membeli sesuatu dalam jumlah banyak akan lebih hemat/murah/irit.
Semua
kembali pada kebutuhan kita masing-masing. Kalau menurut saya, kadang
berbelanja di warung tetangga lebih irit, tidak boros. Pada saat uang kita
pas-pasan, tentu kita akan menggunakan jurus pengiritan dan hanya beli yang
kita butuhkan.
Semoga
bermanfaat.
Karanganyar, 29 Desember
2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar