Sebagai
Ibu bekerja di luar rumah, saya harus pandai-pandai mengatur waktu. Meskipun tidak
ada jadwal kegiatan sehari-hari tetapi saya juga mengalokasikan waktu untuk
menulis. Sesibuk apapun hari ini, saya tetap mengusahakan harus menulis kecuali
kalau badan tidak bisa diajak kompromi.
Sebenarnya
kalau sudah menjaadi rutinitas, menulis itu bisa dilakukan di sela-sela
kegiatan yang lain. Saya salut dengan sahabat-sahabat penulis yang saya kenal
lewat medsos. Saya perlu belajar, mencontoh kegiatan menulis para sahabat. Biasanya
mereka menulis dengan cara mencicil. Mereka menulis tidak selalu sekali menulis
lalu selesai.
Ada
yang menulis dimulai pada pagi hari, 15 menit untuk menulis. Kemudian siang
harinya menulis selama 15 menit. Pada sore hari dan malam hari masing-masing 15
menit. Total sehari semalam minimal mereka menulis selama 1 jam, tetapi tidak
terasa lama. Ya, karena komitmen menulis sedikit demi sedikit, setiap hari dan
konsisten.
Ada
seorang sahabat yang menggunakan waktu menulis setelah shalat tahajud. Benar-benar
memerlukan perjuangan! Tidak semua orang bisa melakukan ini, menulis setelah
shalat tahajud. Bahkaan kadang-kadang untuk bangun shalat tahajud saja
godaannya banyak. Karena terlalu sibuk, akhirnya lelah. Karena lelah inilah
jadi malas menulis. Kesibukan ternyata bisa menjadi hambatan dalam menulis.
Saya
termasuk orang yang tak begitu sibuk, tapi membiarkan waktu luang hilang begitu
saja. Hal ini terjadi bila berada di kantor. Keadaan memaksa saya untuk
berhenti menulis meskipun ada waktu luang atau ada kesempatan padahal saat itu
tidak mengajar. Satu tahun terakhir, saya tidak bisa leluasa untuk menulis
ketika berada di kantor. Ada factor tertentu yang membuat saya tidak bisa
menulis sesuka hati.
Kalau
kesibukan menjadi alasan tidak bisa menulis, maka kita perlu membuat agenda
harian. Kita memerlukan jadwal untuk menulis. Katakanlah ada 4 waktu di mana
kita harus menulis. Setiap waktu menulis, kita luangkan 10-30 menit. Dengan langkah
ini semoga kesibukan kita tidak menjadi alasan kita tidak menulis.
Alangkah
mudahnya bicara dan berandai-andai, tapi prakteknya sulit. Kita memang perlu
menanamkan komitmen pada diri kita sendiri kalau perlu kita paksa. Semua berawal
dari terpaksa juga boleh. Nanti kalau sudah menjadi kebiasaan, di saat apapun,
kita tetap menulis. Sesibuk apapun kita tetap menulis.
Tetap
semangaat menulis dan jangan menunda menulis.
Karanganyar, 7
Januari 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar