Maharani
menerima keputusan kerabatnya (paman dari suaminya). Meskipun kerabatnya secara
ekonomi pas-pasan, tapi tetap ingin mengasuh bayi kembar (anak keempat dan kelima)
yang baru saja dilahirkan istrinya. Bukan apa-apa, rezeki dari Allah memang
datangnya bisa dari mana saja. Bisa jadi dengan memiliki anak kembar ini,
rezeki keluarga kerabatnya bertambah lancar.
Maharani
terlanjur jatuh hati pada Rohim, salah satu bayi kembar itu. Kebetulan Puja
juga senang. Akhirnya, Maharani sepakat dengan Mahendra untuk menjadi orang tua
asuh Rohim. Biarlah Rohim bersama orang tuanya. Dari sebagian rezeki yang
diterima, Maharani sedikit menyisihkan untuk Rohim. Oleh sebab itu setiap awal
bulan, Maharani, Mahendra, dan Puja menjenguk Rohim.
“Maharani,
ikhlaskan Rohim pergi,”kata mertuanya, pada suatu hari.
“Maksudnya?”
“Pamannya
Mahendra bilang kalau Rohim diberikan pada temannya.”
Semoga
kabar itu tidak benar. Maharani minta pada Mahendra untuk mengantarkannya ke
rumah paman. Yang menemuinya adalah bibi.
“Maharani,
maafkan bibi. Selama ini, bibi tahu kalau kamu ingin mengasuh Rohim. Tapi pamanmu
tidak mengizinkan karena dia punya keyakinan akan mengasuhnya sendiri.
Tapi
sayang, beberapa hari yang lalu, secara mendadak pamanmu berubah pikiran, dia memberikan
Rohim kepada temannya. Temannya kebetulan anak-anaknya sudah besar dan ingin
memiliki anak angkat.
Aku sudah
mengingatkan, kalaupun diberikan pada orang lain, maka biarlah diasuh Mahendra.
Tapi pamanmu mengambil keputusan sendiri.”
Kerongkongan
Maharani terasa kering. Dia tak menyangka sama sekali kalau selama ini keinginannya
mengasuh Rohim tidak bakalan terwujud lagi. Sungguh, hatinya teriris, perih. Matanya
berkaca-kaca. Maharani tak sanggup untuk berlama-lama di rumah pamannya.
Ingin
segera pulang lalu menumpahkan segala rasa kecewanya.
00000
Karanganyar,
30 Maret 2017
Cerita
ini adalah kisah nyata. Pemeran utamanya adalah penulis sendiri. Dan kisah ini
ditulis setelah belasan tahun berpisah, kemudian tanggal 26 Maret yang lalu
bertemu lagi pada acara pernikahan kakak dari si kembar.
Nak,
semoga engkau bahagia bersama orang tua dan saudara angkatmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar